Tiga monster tersebut seketika terjatuh di dekat Tenzo kemudian tidak bangkit lagi. Tenzo hanya diam kemudian, berdiri dari tempatnya.
"Tidak banyak yang aku harapkan. Heh, kurasa aku akan kembali ke tujuan awal ku saja."
Bagi Tenzo, monster-monster ini bukanlah lawan yang cocok baginya. Dari ekspresi wajahnya, dia nampak kecewa karena lemahnya monster ini. Jadi, dia berniat untuk kembali ke tujuan awalnya, mencari sisa-sisa warga desa yang ditangkap sama mereka.
Tapi sebelum itu ....
Tenzo memutar langkahnya, berjalan mendekati kelompok William. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan kepada mereka. Di saat bersamaan, Rezgar yang kembali melihat kejadian tersebut, merasa begitu panik. Keringat dingin bercucuran deras. Wajahnya mengkerut sedemikian rupa, menunjukkan emosi marah sekaligus takut.
Argh sial! Bagaimana bisa, bagaimana bisa dia membuat monster buatanku tumbang semudah itu!? Padahal aku bahkan tidak melihatnya menarik senjatanya. Aku harus cepat berbuat sesuatu sebelum dia melakukan hal yang lain.
Dia harus memikirkan cara untuk mengalahkan si Tenzo itu sebelum si Tenzo melakukan sesuatu yang dia takutkan.
Sementara itu William beserta yang lainnya, ketika melihat hal itu, mereka hanya bisa tercengang. Bagaimana tidak, monster yang sedari tadi mereka lawan, tidak menimbulkan cidera apa-apa kalah begitu saja oleh dia. Mereka juga tidak tahu bagaimana Tenzo mengalahkan monster itu karena dia tidak pernah menarik pedang yang ada di samping pinggulnya.
Orang ini siapa sebenarnya dia? ucap William yang bertanya di dalam hati. Kemudian dia melihat jika Tenzo memutar balik badannya dan berjalan ke arah mereka. Hal itu menimbulkan pertanyaan lain. Kenapa dia malah kemari??
Singkatnya, Tenzo pun sudah berada di hadapan William. Secara otomatis semua orang yang berada di dekat sana, langsung berkumpul untuk melihatnya. Memang benar, dia memakai pakaian yang begitu lusuh seperti tidak pernah diganti. Rambutnya panjang dan berantakan. Kemudian mimik wajah yang setengahnya tertutupi oleh kain. Hal yang paling mencolok adalah warna dari bola matanya yang memiliki warna emas terang.
Lalu, Tenzo pun menunjuk ke suatu tempat. Tempat itu ialah pintu masuk yang mereka lalui sebelumnya. "Kalian, pergilah keluar dari tempat ini. Biar di sini aku yang urus sisanya." Tenzo menyuruh mereka meninggalkan ruangan ini.
"T-tapi ... apakah tidak ada sesuatu yang bisa kami lakukan untuk membantu Anda."
Yah, datang tiba-tiba dan langsung memerintah untuk pergi dari sini, rasanya tidak baik. Tapi, William tidak mau mengatakan hal buruk kepadanya karena dia dan semua rekannya telah berhutang nyawa dengannya. Jadi dia kembali bertanya tentang sesuatu yang diharapkan agar dia bisa berada di sini, ikut berkontribusi bersama Tenzo.
Tenzo hanya berbalik dan berkata sembari melangkah pergi. "Hal yang dapat kalian lakukan untuk membantuku adalah pergi keluar dari tempat ini secepat mungkin."
Pada akhirnya itu hanya sia-sia. Memang dia disuruh untuk meninggalkan tempat ini. "Baiklah kalau begitu, kami akan pergi." William tidak bisa menolak permintaan itu dan memilih untuk mengindahkannya.
"Oh yah dan satu lagi." Tenzo berkata kepada William. "Sesudahnya kalian di luar, tunggu saja sebentar, ada yang ingin aku berikan nanti."
William hanga mengangguk paham kemudian mengajak rombongannya untuk keluar dari lapangan ini. Pada saat melihat hal itu, Rezgar tidak bisa menerimanya. Dia pun langsung berdiri dari tempatnya.
Aku tidak bisa membiarkan mereka pergi dari sini. Bisa-bisa mereka akan memberitahu kepada orang luar soal info monster ini.
Tentang monster buatan yang digunakan untuk melawan para petualang ini, itu sebenarnya masih dalam tahap uji coba. Jadi monster ini belum bisa digunakan di pertempuran luar. Hanya butuh sedikit lagi, agar mereka sudah sempurna. Akan tetapi semuanya akan kacau jika hal ini sampai ketahuan dan para petualang inilah ancaman terbesarnya.
Rezgar langsung berdiri di tempatnya dan memberikan perintah kepada seluruh iblis yang ada di ruangan itu.
"Semuanya! Segera habisi mereka tanpa ada sisa sedikit pun!"
Langsung seketika ruangan itu menjadi ricuh kembali. Para Demon berhamburan ke bawah, memenuhi lapangan. Sebagian dari mereka mulai mengepakkan sayapnya dan terbang menghampiri kelompok William.
"Hei, hei, hei! Bukannya ini buruk!?" teriak Ares dengan panik yang melihat kejadian itu.
"Sudahlah, fokus saja untuk pergi meninggalkan tempat ini. Gerakkan kaki kalian lebih cepat."
William menyuruh mereka untuk tidak memedulikan pada Demon itu dan lebih fokus ke tujuan mereka. Yah, jauh di dalam hatinya, dia sudah begitu panik dengan ratusan Demon yang akan mengincar mereka. Akan tetapi, seperti yang dikatakan oleh orang itu/Tenzo, mereka hanya harus pergi meninggalkan tempat ini. Jadi dia percaya kalau mereka akan keluar.
Benar saja. Ketika jarak Demon itu sudah hampir dekat dengan mereka, secara tiba-tiba mereka merasakan jika ada sesuatu yang lewat. Dan sebuah sensasi yang tidak biasa pun muncul. Kepala mereka semua terpisah dari tubuhnya. Tidak hanya itu, ada juga yang anggota tubuh lainnya lepas dari badannya. Hal itu menyebabkan pergerakan mereka menjadi kacau. Yang tadinya terbang, langsung terjatuh secara berantakan dan yang berada di daratan seketika tersungkur ke tanah. Tidak ada di antara mereka yang sampai ke kelompok William. Itu hanyalah sebuah sensasi yang mereka rasakan. Sebenarnya tubuh mereka baik-baik saja.
Lalu Tenzo pun muncul setelah mereka lewat. Dia masih memegang gagang Katana-nya sembari berkata, "Lawan kalian adalah aku."
Semua Demon yang ada diam di tempat. Tidak ada di antara mereka yang ingin maju menghadapinya setelah rekan-rekan mereka mati secara misterius.
Tidak berapa lama, akhirnya kelompok William sudah tidak terlihat lagi. Mereka sudah keluar dari ruangan ini. Melihat hal itu, Tenzo bisa berfokus kepada Demon-Demon ini.
"Baiklah, sudah lama aku tidak melakukan hal ini kepada orang lain, jadi bersiaplah kalian semua untuk menjadi bahan pemanasan buat ku." Dan secara perlahan menarik Katana-nya keluar dari tempatnya.
**
Di jalur gua, tempat William dan lainnya berada. Setelah mereka berlari dalam waktu yang cukup lama, mereka tidak terasa jika sudah jauh dari tempat arena para Demon sehingga mereka berjalan normal sembari memulihkan diri. Suasana yang ada di sana begitu hening tenang. Mereka saat ini hanya bisa termenung atas apa yang terjadi tadi. Ada banyak hal aneh terjadi hari ini.
Namun sesaat, Ares kembali memecahkan keheningan itu dan bertanya kepada William. "William, apakah kamu mengenali siapa orang itu??Dia memiliki gaya bertarung yang sungguh aneh."
William hanya diam sejenak. Dia juga sebenarnya tidak tahu menahu tentang orang misterius, bahkan namanya saja dia tidak tahu.
"Aku pun tidak mengenali orang itu. Tapi kurasa dia bukanlah orang dari sekitar tempat ini."
Entah mengapa menurut kata hatinya, Tenzo bukanlah orang bagian sini.
"Tapi kalau dari penampilannya dan senjata yang ada di pinggulnya tadi, aku merasa dari berasal dari tanah para Samurai di daerah Zathzer."
"Eh, mereka?! Bukankah itu adalah tempat yang begitu jauh? Ngapain orang itu datang ke tempat terpencil seperti ini?"
Dari mimik wajah terkejut yang diperlihatkan oleh Ares, Tenzo berasal dari Tanah para Samurai yang berada di daerah Zathzer. Itu merupakan daerah yang begitu jauh dari tempat ini. Dia pun bertanya-tanya kenapa orang seperti Tenzo datang ke tempat terpencil seperti ini.
Sementara itu tebakan William tidak sepenuhnya betul tapi itulah yang paling menyakinkan. Dari pakaian dan juga senjata yang orang itu kenakan, dia berasal dari sana.
Lalu William kembali menjawabnya, "Aku juga tidak tahu. Yah, tiap orang memiliki urusannya masing-masing."
Mereka tidak menemukan titik terang atas pertanyaan itu. Jadi mereka memutuskan untuk lanjut berjalan hingga pada akhirnya mereka pun telah keluar dari gua tersebut tanpa ada halangan.