Chereads / Berinkarnasi ke Dunia Lain / Chapter 26 - Ep 26 : Rencana

Chapter 26 - Ep 26 : Rencana

"Dimana yang lainnya? Apakah mereka belum selesai?" tanyaku.

"Belum, mereka masih membantu Lily meminta maaf kepada para penduduk," jawab Tohru.

Setelah selesai makan, aku berencana untuk menemui mereka.

"Tohru, bantu aku. Aku ingin pergi ke tempat mereka."

Tohru mengangguk lalu membantuku untuk berdiri, tapi sebelum pergi aku menyuruh Tohru mengangkat Yukka ke atas kasur dan membiarkannya istirahat.

Aku dipandu dengan Tohru menuju ruang tahta di mana Anastasia, Aurora, dan Lily sedang bersama. Mereka tampak sedang mendiskusikan sesuatu. Aku pun mendekat untuk mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.

"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanyaku.

"Ahhh.. Nian, kenapa kamu di sini? Kamu seharusnya beristirahat," kata Lily cemas.

"Tidak apa, aku tidak ingin berbaring terus di tempat tidur, lagi pula aku sudah mendingan."

Aku menunjuk pada berkas-berkas yang berserakan di meja.

"Apa ini?" Aku pun mengambil selembar, tertulis di sana rencana tentang penculikan para warga desa.

"Ini adalah dokumen yang kami temukan di kamar kepala penjaga, sepertinya dia sudah merencanakan ini," ucap Lily sambil menunjukkan dokumen yang lainnya.

"Oi, Himari..." aku mencoba memanggilnya untuk bertanya tentang rencana ini, tapi sepertinya dia masih belum kembali.

"Kami juga sedang menyelidiki masalah ini, kami juga menduga akan terjadi hal yang sama di wilayah lain," tambah Aurora.

"Apa kamu tidak terkait dengan rencana ini?" tanyaku pada Lily.

Lily menggeleng.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang ini, aku baru tersadar saat Anastasia memukulku dengan keras dan akhirnya aku terbangun. Sepertinya saat rencana ini berlangsung, aku berada dalam kendali pikiran."

"Jadi apa rencana kalian selanjutnya? Tidak mungkin kan kita membiarkan masalah ini?" tanyaku.

"Kami berencana untuk menyelidiki ini dengan mengunjungi setiap wilayah kekuasaan setiap ras, dan Lily akan mengirim bantuan jika kita perlu," kata Anastasia.

"Bukankah itu memakan waktu yang lama?" ucapku.

"Benar, kami sudah mengirimkan pembawa pesan ke setiap wilayah, tapi mereka ditolak dan disuruh kembali," jelas Lily.

"Tidak kah aneh? Apakah sebelumnya seperti ini, Lily?" tanyaku.

"Tidak, sebelumnya para pengirim pesan bisa keluar masuk dengan bebas. Tapi sekarang kami kesulitan mendapatkan informasi apapun, seolah-olah wilayah menutup diri secara tiba-tiba."

"Kalau begitu bukan kah sudah jelas, semua wilayah sudah dikendalikan. Mereka melakukan itu agar orang dari luar tidak mengetahui rencana mereka," kataku lalu merobek dokumen yang kuperoleh menjadi dua bagian.

"Kita tidak perlu memastikan lagi, mari kita datangi dan selesaikan para penjahat ini."

"Kalau begitu, kita tidak boleh berlama-lama, lebih cepat lebih baik," ujar Anastasia.

Kami pun mulai menyusun rencana untuk membasmi para pengganggu.

"Jadi ada berapa wilayah di sini?" tanya Tohru.

"Ada total 6 wilayah yang dikuasai oleh 6 ras. Ras naga dan elf kita kecualikan dulu, tersisa dwarf, beastman, manusia, dan iblis," jelasku.

"Jadi total 4 ya?" ucap Lily.

"Bagaimana jika kita membentuk 2 tim, masing-masing mengurusi 2 wilayah?" kata Anastasia.

"Siapa saja yang akan masuk?" tanya Aurora.

"Aku dan Tohru akan mengurusi Beastman dan iblis, dan Anastasia dan Aurora akan mengurusi sisanya," ucapku.

"Bagaimana dengan Yukka?" tanya Lily.

"Biarkan dia tinggal di sini. Kamu akan menjaganya," jawabku.

"Baiklah, kita akan memulai rencana ini besok. Siapkan perbekalan kalian mulai dari sekarang," ucap Anastasia.

Setelah itu, aku kembali ke kamar untuk mempersiapkan perjalanan besok, begitu juga dengan Tohru dan yang lainnya.

Saat aku kembali ke kamar, Yukka ternyata sudah bangun. Aku pun berjalan mendekatinya lalu mengusap kepalanya.

"Terima kasih, Yukka."

Yukka lalu memelukku erat.

"Jangan sering membahayakan dirimu, aku khawatir."

"Hahaha, maaf ya. Nanti aku traktir jalan-jalan lagi deh."

"Janji?"

"Iya."

Tiba-tiba, Yukka mendekat dan menciumku.

"Itu sebagai tanda janji kita, jangan sampai melupakan," kata Yukka padaku.

Aku hanya terdiam dengan wajah memerah, tidak menyangka akan mendapat serangan kejutan seperti itu.