Setelah malam tiba, aku menjalankan rencana untuk mengumpulkan informasi di area kota Edelweis secara diam diam. Kenapa aku melaku ini, Karena saat aku meminta informasi tentang pedang atau pun sang pahlawan, Ron tidak memberi tau ku apapun dan juga tidak mengijin kan ku membaca sejarah tentang itu.
Disaat aku keluar dari kamar, terlihat semua orang sudah pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat, kecuali Tohru yang masih duduk di meja makan dengan wajah yang marah.
"Hehe.. masih bangun rupanya.. " aku mencoba menyapa nya, tapi dia hanya menggeram dan mengacuhkan ku.
Setelah itu aku pergi keluar penginapan, karena aku keluar saat sekitar jam 1 pagi, tidak banyak orang disekitar selain para penjaga yang berpatroli.
Karena di kota ini tidak ada kerajaan atau semacamnya untuk mengendalikan kota ini, jadi semua nya diserahkan pada guild. Di guild pasti banyak dokumen dan buku sejarah yang bisa kugali informasinya.
Aku pun berjalan menyelinap melewati para penjaga yang berpatroli di sekitar kota. Dan saat sampai di depan guild, terlihat ada 2 orang yang berjaga di pintu masuk guild.
Melihat itu aku mengambil sebuah batu lalu melemparkan nya ke belakang guild.
Mendengar itu, para penjaga pun datang untuk memeriksa nya. Tak menyia nyiakan kesempatan, aku pun masuk ke dalam guild.
Saat berada di dalam terlihat guild yang kosong, aku pun pergi ke ruangan Ron. Karena dia adalah ketua guild sekaligus orang yang dipercaya Reedz aku yakin jika di ruangan nya ada beberapa dokumen penting.
Setelah sampai, aku pun masuk ke ruangan Ron. Disana aku melihat berbagai berkas dan buku tertata rapi di rak buku belakang meja Ron.
Aku pun segera mencari buku atau berkas yang sekiranya mengandung informasi tentang pedang pahlawan, atau sang pahlawan itu sendiri.
Setelah 5 menit mencari, aku akhirnya menemukan buku yang berlabelkan "Sang pahlawan dan pedang legendaris. "
Aku pun membawa buku itu, lalu duduk di sofa dan mulai membacanya.
Didalam buku itu bertuliskan jika sang pahlawan hanya lahir diantara ras manusia, tapi bisa juga seorang yang dikirim dari langit.
"Seorang dari langit, apakah yang dia maksud di Bereinkarnasi ke dunia ini?. " Gumam ku.
Buku itu juga menuliskan Tentang pedang pahlawan. Dibuku ini tertulis, jika pedang pahlawan akan memilih pengguna nya dengan cara membiarkan dia mengangkat pedang itu.
"Jadi seperti pedang raja Arthur ya.. "
Lalu tertulis juga jika sang pahlawan sudah mengalahkan raja iblis, dia akan diberikan waktu hidup sekitar 10 tahun, dan setelah 10 tahun pahlawan akan menghilang secara misterius dan raja iblis yang baru akan lahir.
"Jadi begitu.. pantas saja Ron melarang ku untuk mengetahui tentang fakta ini. "
Setelah selesai membaca buku itu, aku pun meletakkan ketempat semula. Tapi aku masih penasaran tentang Dewa Natash dan pedang yang dia berikan padaku. Aku pun mencari tentang itu di deretan buku-buku disana, tapi aku tidak menemukan apapun.
Sepertinya Informasi ini akan ku tanyakan langsung pada dewi Loa pada pertama berikutnya.
Setelah mendapat informasi yang kuingin kan, aku bergegas keluar lewat jendela yang ada di kantor Ron. Setelah memanjat keluar, aku pun menutup kembali jendela agar tidak ada kecurigaan pada esok hari. Setelah itu aku berjalan melewati para penjaga dan kembali ke penginapan.
Saat masuk, aku melihat Tohru yang sudah tertidur di sofa, dia meringkuk sepertinya kedinginan. Aku pun pergi kekamar untuk mengambil selimut, setelah itu aku meletakkan di atas tubuh Tohru dia pun terlihat tidak kedinginan lagi.
Karena aku ingin informasi tentang dewa Natash dari Dewi Loa, aku pun pergi kekamar untuk tidur. Siapa tau Dewi Loa akan memanggil ku seperti kemarin lagi, Setelah berbaring dikasur aku pun tertidur.
Dan benar saja, tak lama aku berada di ruangan Dewi Loa. Terlihat dia sedang duduk santai sambil menjahit sebuah pakaian.
"Permisi Dewi.. "
"Oh, Nian... ada apa hari ini kami datang?. " Katanya sambil meneruskan jahitannya.
"Anu... kemarin aku di panggil Dewi Natash, teru-. "
Sebelum aku menyelesaikan ucapan ku, Dewi loa berdiri dari kursi nya dan berlari ke arah ku dan kedua tangan nya memegang pipi ku.
"Kamu tidak apa apa. " katanya dengan panik.
"Aku tidak apa-apa kok Dewi, dia hanya berbicara kepada ku dan memberikan sebuah pedang padaku. " Kataku sambil memegang tangan Dewi Loa.
"Syukurlah kamu tidak apa-apa Nian.. "
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?. "
"Aku ingin menanyakan tentang cerita lengkap antar Dewi Loa dan Dewi Natash, karena dari pembicaraan ku kemarin dengannya kalian nampak sudah kenal cukup lama. "
"Jadi begitu ya... kalau begitu akan kuceritakan awal mulanya. Pada saat itu, dunia yang aku ciptakan ini berada dalam kehancuran karena orang yang aku kirim sebelumnya menjadi raja iblis dan menghancurkan segalanya. Karena aku tak tahan dengan itu, aku membuat perjanjian dengan Natash, dia akan meminjamkan kekuatannya untuk menghentikan raja iblis itu tapi sebagai gantinya setiap orang yang bereinkarnasi akan mati setelah mengalahkan raja iblis. Dan kekuatan itu berupa pedang pahlawan."
"Jadi begitu... berarti pahlawan yang hilang setiap 10 tahun itu adalah akibat dari perjanjian itu?. "
"Benar.. "
"Tapi kenapa setiap pahlawan menghilang, raja iblis akan terlahir kembali?. "
"Kalau itu aku tidak tau Nian, semenjak itu aku merasakan rasa bersalah yang sangat. Itu karena aku hanya mengirim orang ke dunia ini hanya untuk menjaga agar dunia ini tidak hancur, aku egois bukan?. " kata Dewi Loa sambil meneteskan air mata.
"Tapi saat aku melihat dirimu yang berjuang mati matian demi melindungi orang lain, aku pun sadar. Jika aku hanya lah Dewi egois, yang merampok kedamain orang lain untuk kepentingan diriku sendiri. " Katanya sambil bersender kepada ku.
Melihat itu, aku mengelus kepalanya dan memenangkan nya.
"Tidak apa-apa Dewi... aku yakin semua orang akan melakukan apapun untuk menjaga orang banyak, aku tidak marah kok tenang.. "
"Benarkah?. "
Aku hanya mengangguk sembari mengusap air mata di wajah Dewi Loa.
"Aku berjanji aku akan menemukan jalan untuk menghentikan Dewi Natash. "
"Janji?.. "
"Iya." Kataku sambil membuat janji kelingking dengan Dewi Loa, setelah itu aku pun terbangun di kamar ku lagi dan nampaknya hari sudah siang.