Chereads / Transmigration: Come To You / Chapter 45 - Plot Utama

Chapter 45 - Plot Utama

Hari itu Ling Chu tidak bisa bangun dari tempat tidur. Tubuh terasa remuk seperti tertabrak mobil, ia benar-benar tak habis pikir dengan Guo Chen makin malam semakin menggila.

Ling Chu sangat kesal, melarang pria itu menyentuhnya dan tinggal di kamar terpisah selama sebulan.

Untuk orang lain hukuman Ling Chu tampak biasa saja namun bagi Guo Chen yang terobsesi dengan Ling Chu merupakan hukuman berat.

Bagaimana tidak? Wanita yang ia cintai, ada di sekitarnya tapi Guo Chen dilarang menyentuh sehelai rambutpun.

Guo Chen mencoba berkompromi dengan Ling Chu. Ia harus puas dengan jangka waktu larangan yang berkurang menjadi setengah bulan.

Meski begitu dalam beberapa hari mood Guo Chen naik turun akibat tidak mendapat cinta yang cukup dari Ling Chu.

Hal ini membuat Asisten Huan harus bekerja lebih keras di bawah aura penindasan dan mood jelek Guo Chen. Dia berharap Nona dan Tuan segera berbaikan.

Di sebuah cafe tempat kerja Shen Qi. Ling Chu menyeruput kopi panas sembari mengetik sesuatu di laptopnya.

Selagi menunggu Shen Da Li tiba, Shen Qi menjaga meja kasir karena cafe sangat ramai saat jam makan siang.

Ling Chu yang duduk di lantai dua sedang asik mendengar musik sambil mengetik dalam bahasa asing.

Sebenarnya Ling Chu menyalin cerita asli dari novel XXXXX untuk dicetak ke bentuk buku. Dia ingin menyimpan cerita tersebut dalam bentuk buku.

Shen Qi yang baru selesai mengirim makanan ke pelanggan. Ia penasaran apa yang sedang Ling Chu kerjakan. Shen Qi menemukan Ling Chu menggunakan bahasa asing.

"Bahasa apa itu?"

"Ini?" Tanya Ling Chu menunjuk kata-kata di laptop, "Ini bahasa indonesia"

Di dunia novel XXXXX tidak menggunakan bahasa Indonesia. Melainkan menggunakan bahasa asing yang sejujurnya tak dimengerti Ling Chu.

Berkat memasuki tubuh 'Ling Chu kecil' secara otomatis memorinya terserap oleh Ling Chu.

Karena itu saat pertama kali dia tiba datang ke dunia ini, Ling Chu dapat langsung memahami ucapan orang lain.

"Wow! Hebat! Apa kamu juga bisa berbicara bahasa Indonesia?" tanya Shen Qi yang penasaran.

"Ya"

Dalam 23 tahun hidup menggunakan bahasa Indonesia. Bagaimana mungkin, Ling Chu lupa bahasa aslinya sendiri?

"Aku sudah mempelajarinya dari kecil"

Shen Qi menatap tak percaya, sungguh luar biasa didikan keluarga Ling Chu. Belajar bahasa asing sejak usia dini, sungguh membuat iri.

Ling Chu yang di tatap iri berdeham beberapa kali sebelum berkata, "Jika kamu mau aku bisa mengajarimu"

"Wah, serius?" Tanya Shen Qi dengan antusias, tidak mungkin ia menolak tawaran Ling Chu, "Tentu saja aku mau"

'Manager Shen!" Salah satu staff cafe memanggil Shen Qi.

Mau tak mau Shen Qi harus memprioritaskan pekerjaannya. Meninggalkan Ling Chu seorang diri.

"Maaf, aku pergi dulu"

Ling Chu mengangguk, ia melanjutkan menyalin novel. Dengan cepat Ling Chu mengetik tujuh bab.

Jemari ramping Ling Chu terhenti di plot akhir sebelum protagonis memasuki 'Happy Ending'.

Dimana Ling Yao berencana membunuh Xie Ran dengan menculiknya. Namun rencana itu digagalkan oleh Ling Chu yang memberitahu Guo Chen keberadaan Xie Ran.

Ling Chu mengetuk jari telunjuknya di atas laptop. Tanpa sadar ia meniru kebiasaan Guo Chen yang suka berpikir sambil mengetukan jari.

Ia berpikir keras mengenai plot final, kebanyakan gagasan yang muncul dibenak Ling Chu adalah pikiran negatif.

Jika dunia ini dapat mengisi plot hole, bukankah dunia yang Ling Chu tempati juga bisa mempertahan plot asli?

Seketika sekujur tubuh Ling Chu merinding, ujung jemarinya mendingin hingga kukunya berwarna ungu.

Saat ini posisi Ling Chu seperti Xie Ran dalam novel asli XXXXX. Ia adalah kekasih Guo Chen dan orang yang paling Ling Yao benci.

Wajah Ling Chu menggelap, ia menekan batu ruby di lehernya. Mencoba mencari teks dengan kata 'Ling Yao' untuk berjaga-jaga menghindari plot utama.

Berulang kali Ling Chu membaca cerita, tidak membuahkan hasil. Nama Ling Yao tak disebutkan lagi semenjak Guo Chen memasukan Ling Yao dalam rumah sakit jiwa.

Seolah kisah hidup Ling Yao telah berakhir di dalam rumah sakit jiwa. Tapi..

Ling Chu : "....." Aku tidak yakin, ini adalah hasil akhir dari nasib Ling Yao.

Mungkin Ling Chu harus menanyakan keadaan Ling Yao pada Guo Chen. Ada baiknya, dia menjenguk Ling Yao untuk memastikan plot berdarah ini tidak akan terjadi.

"Haa…" Shen Qi kembali ke meja Ling Chu setelah cafe tidak ramai. Ia bersandar lemah di bangku. Sambil mengeluarkan ponselnya yang bergetar.

Selama berbicara di telepon, alis Shen Qi berkerut tak nyaman. Ia hanya bergumam menjawab panggilan Shen Da Li.

"Ada apa?" tanya Ling Chu penasaran.

"Bibi Shen tidak jadi kemari. Xiao Liu mendadak demam"

"Ah, akhir-akhir banyak sekali yang sakit" Kata Ling Chu mengingat Asisten Huan sakit beberapa hari lalu.

"Ya, kamu benar. Sekarang musim orang sakit" Kata Shen Qi sambil membalas pesan Shen Da Li.

Shen Qi mengobrol sebentar dengan Ling Chu. Ia sibuk mengurus laporan keuangan akhir bulan.

Melihat Shen Qi yang sibuk, ada baiknya dia tidak mengganggu konsentrasi Shen Qi bekerja.

Jadi Ling Chu mulai mengemasi barang bawaannya untuk pulang.

Blub! Blub! Blub!

Ringtone suara gelembung air mengingatkan Ling Chu yang ingin membeli bunga untuk mengganti bunga layu di vas ruang tamu.

Dia ingat di blok G, ada toko bunga yang baru buka bernama Fiole. Yang akan tutup satu jam lagi. Ling Chu bergegas memasukkan barangnya dalam tas laptop.

Turun menemui Shen Qi, Ling Chu yang berpamitan melambaikan tangannya, "Shen Qi, aku pergi dulu ya. Bye"

"Pulang sekarang?"

"Tidak, aku ingin membeli bunga di toko florist Fiole" Kata Ling Chu yang keluar dari cafe

"Baiklah, hati-hati di jalan!"

Toko bunga tak jauh dari blok D jadi Ling Chu jalan kaki di tengah hujan salju. Langit men-jingga, alunan musik lembut yang ia dengar sangat cocok dengan suasana jalanan yang sepi.

Butiran salju dan hembusan uap dari Ling Chu. Hari ini jalan menuju blok E lebih sepi dari biasanya.

Banyak toko di sini tutup karena adanya perbaikan. Hanya toko-toko tua yang terbuka tanpa adanya pelanggan.

Mata Ling Chu berkeliling sekitar, tak sengaja menemukan bayangan mobil van putih yang tak jauh darinya.

Mobil itu menyala namun tidak segera bergerak, seolah sedang menunggu sesuatu.

Ling Chu memiliki firasat buruk, ia menunduk merasa tak nyaman. Tanpa sadar, mengencangkan genggamannya pada tas laptop.

Tiba-tiba bayangan di depan Ling Chu tampak lebih besar. Bayangan itu bergerak, segera sesuatu menutupi mulut Ling Chu membuat dadanya sesak. Ia panik meronta-ronta, mencoba berteriak meminta tolong.

Ling Chu : "Emmm!!" Aku di culik!

"Ssst-! Diam dan tidurlah" Bisik suara pria serak yang terdengar menghina Ling Chu.

Aroma kuat dari benda di hidungnya dengan cepat melumpuhkan saraf Ling Chu. Tubuhnya mulai lemas dan penglihatan menjadi kabur.

Energi terakhirnya digunakan meraih gagang sepeda yang ada di dekatnya.

Bak!

Sepeda itu miring dan jatuh, mengeluarkan suara padat yang keras. Pria itu membopong Ling Chu di bahunya, dengan gesit meninggalkan lokasi.

Ling Chu yang kehilangan kekuatan pasrah dibawa ke mobil van putih.

Pandangan mulai menggelap, musik dari earphone yang masih ada di telinganya perlahan lenyap.

Rasa takut dan ketidakberdayaan muncul sebelum Ling Chu benar-benar pingsan.

"Mimpi indah saudariku~"