Chereads / Transmigration: Come To You / Chapter 47 - Hadiah Perpisahan

Chapter 47 - Hadiah Perpisahan

Byur!

Dirangsang oleh air dingin, Ling Chu terbangun dalam keadaan basah kuyup. Dia yang terikat di posisi yang sama membuat tubuhnya kaku dan lemas akibat tak diberi nutrisi seharian.

"Sampai kapan kamu akan tidur? Di sini aku tidak menerima tamu" ujar Ling Yao dengan acuh tak acuh.

Ling Chu gemetar kedinginan, seluruh wajah dan baju atasannya basah tersiram air dingin. Satu-satu alat pemanas di gudang ini, ada di samping Ling Yao. Ia menggertakkan giginya menahan rasa menggigil yang menggigit tulang.

Ling Chu melirik Ling Yao yang asik bersenandung sambil mengecat kukunya. Di belakang Ling Yao ada dua pria berotot yang tampak garang.

Salah satu dari mereka adalah orang yang menolong Ling Chu dari amukan Ling Yao.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Ling Chu terbatuk keras, tenggorokan yang tidak diberi air terasa kering dan gatal. Bawahan Ling Yao sempat memberinya segelas air putih.

Tapi segelas air tidak cukup melegakan dahaga dan kebutuhan cairan dalam tubuh. Terutama dalam cuaca ekstrim hari ini, dimana badai salju baru saja reda. Ia hanya bisa menelan ludah untuk meredakan gatal di tenggorokannya.

Ling Yao risih oleh batuk Ling Chu, sangat mengganggu konsentrasinya mengecat kuku. Ling Yao yang kesal secara acak mengambil botol cat kuku dan melemparnya ke arah Ling Chu.

Prak!

Botol kaca pecah berkeping-keping, cat kuku meluber turun dari dinding belakang Ling Chu.

Aksi tiba-tiba Ling Yao membuat Ling Chu menahan nafas. Ia menghela lega kar'na lemparan Ling Yao miring ke kanan sehingga botol itu meleset, tidak mengenai kepalanya.

Melihat pemandangan yang diharapkan tidak terjadi, memancing amarah Ling Yao untuk berbuat hal yang lebih keji.

Iris Ling Yao menyusut, ia menegakkan punggungnya bersandar pada sofa. Ling Yao bertanya dengan nada nakal, "Saudariku~ Apa kamu haus?"

Ling Chu tertegun oleh pertanyaan sopan Ling Yao. Ia memiliki firasat buruk tentang pertanyaan wanita licik di hadapannya.

"..Tidak-" Jawab Ling Chu dengan suara serak. Tiba-tiba tenggorokannya tercekat, ia batuk lebih keras, "Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

"Ck, kenapa kamu menipu dirimu sendiri? Berpura-pura tidak butuh" ejek Ling Yao menatap jijik Ling Chu. Kemudian ia menoleh pada bawahan Ying Bai, memberi pria itu perintah, "Ambilkan teh panas"

"..Baik"

Bawahan Ying Bai segera datang membawa pesanan Ling Yao. Dengan hati-hati pria bertubuh kekar itu meletakkan teko berisi teh panas dan dua gelas teh.

Ling Yao : "Kamu bisa minum"

Ling Chu : "....."

Ling Yao : "Ah~ aku lupa kamu terikat. Biar kubantu"

Ling Chu : "....."

Ling Yao dengan santai meraih gagang teko. Tidak peduli teh panas dalam teko akan tumpah.

Tak!

Tak!

Tak!

Ketukan heels Ling Yao menggema dalam gudang. Ia berjalan menuju hadapan Ling Chu dalam beberapa langkah.

Menatap Ling Chu yang terduduk lesu dan menyedihkan, Ling Yao merasakan kepuasan tersendiri.

Dia tahu bahwa rasa ini tidaklah dimiliki orang normal tapi apa yang harus dilakukan jika ia benar-benar suka melakukannya?

Ling Yao : "....." Tentu saja, aku akan terus mengejar kesenangan~

Ling Chu tertegun, sesaat ia merinding oleh tawa picik Ling Yao. Mata rubah itu menatap dingin pada Ling Chu, seakan ingin mengulitinya hidup-hidup.

"Xiao Chu, buka mulutmu~"

"Ling Yao, apa kau gila?! Uhuk! Uhuk!!"

"Haha.. Tidak mau minum? Kamu pikir kamu punya pilihan lain?!" Nada bicara Ling Yao menjadi tinggi, ia dengan kasar meraih dagu Ling Chu. Memaksanya untuk membuka mulut.

Rahang Ling Chu sakit ditekan paksa oleh Ling Yao. Kuku tajamnya menekan keras pipi Ling Chu hingga menunjukkan garis lengkung kemerahan yang dalam.

"Ling.. Yaoo!"

Ling Chu meronta dengan sia-sia, tangannya terikat erat di belakang Pipa, sulit baginya untuk menggerakkan tubuhnya yang kaku.

Mata Ling Yao menyipit, menunggu kegembiraan datang dari penderitaannya.

Teko yang masih mengepul mendekati wajah Ling Chu.

Dahinya berkeringat deras, dalam kepanikan satu ide terbesit di benak Ling Chu. Sekuat tenaga menggerakkan kaki yang tak terikat, lalu menendang tulang kering Ling Yao.

"Hahahaha- Ah!"

Crush!

Ling Yao terjatuh, tulang keringnya berdenyut nyeri. Teh panas dari teko meluber ke lantai yang dingin, dengan cepat teh berubah menjadi air hangat.

Meski tak terciprat teh panas, tangan Ling Yao memerah dan sedikit lecet akibat terjatuh keras mengenai lantai semen yang kasar.

"Nona! Anda baik-baik saja?!" Tanya bawahan yang panik membantu Ling Yao berdiri. Jika bosnya tahu ada keributan di gudang lagi, dia akan dihajar habis-habisan.

"Lepas! Kamu, ambilkan aku air panas!"

Wajah Ling Yao menggelap, ia memelototi Ling Chu, melepas paksa tangan yang membantunya berdiri.

Ia berdiri di hadapan Ling Chu, mengangkat kaki kanannya tinggi-tinggi dan menginjak paha orang dibawahnya. Menekan kuat ujung heels yang lancip, menusuk daging seperti menginjak tanah berlumpur.

"Ahh!!"

Ling Chu menjerit kesakitan, mencoba menghentakkan kaki Ling Yao dari pahanya.

Dengan kasar menjambak rambut Ling Chu. Membenturkan kepala Ling Chu pada pipa air di belakangnya, "Kamu menendangku?! Akan kubuat kamu menyesal!"

Tak sampai dua menit, seseorang membawa teko berisi teh panas lain. Ling Yao menyeringai, mulai menuang teh panas secara sembarangan.

Cesss!!

"Ahhhhhhh!!!! Panas! Panas!"

Jeritan menyakitkan keluar dari tenggorokan Ling Chu. Paha kanan bagian dalam, melepuh oleh teh panas.

Bau daging masak, ada diantara Ling Yao dan Ling Chu. Ia menahan rasa sakit hingga air mata besar menetes.

"Ling Yao, kau brengsek! Lepaskan aku! Ahh!!"

"Kekeke.. Hahaha" Ling Yao tertawa geli terus menuang teh panas sedikit demi sedikit. Ia sangat senang melihat Ling Chu menangis kesakitan sampai memohon padanya.

Tiba-tiba tangan besar berkulit madu, menegakkan teko yang Ling Yao tuang. Air teh berhenti mengalir dari teko, Ling Yao berbalik menemukan Ying Bai di sampingnya.

"Bersenang-senang?" ujar Ying Bai menyerahkan teko pada bawahannya.

"Ying Bai, kenapa kamu kemari?" tanya Ling Yao dengan cemberut.

"Harusnya aku yang bertanya padamu" Ying Bai menarik pinggang Ling Yao, ia menunduk dan menatap rubah kecil yang tak patuh.

Seharusnya Ling Yao berada di kamar tapi wanita licik ini keluar untuk bermain, "Apa yang kamu lakukan disini? Kamu lupa janjimu?"

Memutar matanya Ling Yao bersandar malas pada Ying Bai. Membiarkan pria itu menggendongnya pergi dari gudang, "Aku memberi hadiah selamat tinggal pada saudariku"

Ying Bai menoleh ke Ling Chu yang terengah-engah, bersandar lemah pada pipa. Keringat dingin membasahi wajah pucat Ling Chu.

Hadiah yang diberi Ling Yao jelas cukup menyiksa Ling Chu fisik dan mental.

"Selamat tinggal Xiao Chu~" kata Ling Yao mengucapkan perpisahan.

Dia berjanji mengikuti Ying Bai ke selatan, asalkan Ling Chu menghilang.

Ying Bai telah mengatur keberangkatan Ling Chu hari ini. Menjual Ling Chu ke ke negara terpencil yang jarang diketahui orang.

Dengan begitu Guo Chen tidak akan menemukan Ling Chu. Mereka akhirnya, takkan bisa hidup bersama-sama.

Ling Yao : "Hahahaha" Tidak ada diantara kalian yang bisa bahagia.

Sensasi perih dari teh panas seakan mengupas kulitnya. Kebencian di lubuk hati Ling Chu meledak. Dia benar-benar ingin mencabik-cabik iblis berkulit manusia.

"..Kenapa kamu bertindak sejauh ini?! Apa salahkuu?!!"

Teriakan Ling Chu tidaklah kecil, suara putus asa dan amarah menggelar di dalam gudang, menghentikan langkah kaki Ying Bai.

Ling Yao mengangkat salah satu alisnya, mengintip Ling Chu dari balik bahu Ying Bai. Sambil menepuk pundak kekasihnya, ia terkekeh berkata dengan santai, "Bukankah sudah jelas? Aku sangat-sangat membencimu. Kamu dan ibumu seperti kutu busuk yang sulit di usir"

"Kakak Chen tidak akan membiarkanmu pergi! Begitu juga Ayah dan Ibu, mereka tidak akan memaafkanmu" kata Ling Chu dengan suara parau.

Ling Yao memutar matanya sembari berdecak lidah, "Ck, dari awal Ayah sudah membuangku. Sejak kalian berdua datang, Ayah telah mencampakkanku"

"Ayah tidak pernah membuangmu. Kamulah yang mencampakkan cinta Ayah!"

Ling Yao terdiam, luka lama ditorehkan kembali oleh Ling Chu. Dia benar-benar muak mendengarnya.

"Jika kamu berbicara lagi. Akan kusiram wajahmu dengan teh panas" ancam Ling Yao.

Ling Chu menggertakkan giginya, ia tak mengatakan apa-apa lagi. Mata ruby itu menunjukkan amarah yang ingin membakar Ling Yao hidup-hidup.

Ling Yao tersenyum sinis, tak takut dengan wajah muram saudara tirinya. Dia sudah selesai berurusan dengan Ling Chu.

Biarkan bawahan Ying Bai yang mengurus sisanya. Ling Yao keluar dari gudang bersama Ying Bai meninggalkan Ling Chu yang lesu.

Ling Chu termangu menatap kosong kedua pria berotot di depannya. Tidak ada ekspresi dari kedua orang tersebut.

Mereka mengeluarkan kunci untuk melepas ikatan Ling Chu dari pipa. Sebelum membawanya keluar, mereka menutup mata Ling Chu dan menyumpal mulutnya dengan kain.

Kedua pria kekar itu dengan mudah menyeret tubuh Ling Chu dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Pergi ke belakang gunung" Kata pria di samping Ling Chu saat mobil telah bergerak meninggalkan gudang.

Mendengar ucapan pria itu, Ling Chu tidak bisa lagi duduk diam. Ia menggeram panik, berusaha melepaskan ikatan di tangannya.

Untuk apa membawanya ke belakang gunung kalau bukan melemparkan mayatnya ke hutan? Membiarkan hewan liar menggerogoti tubuhnya sampai tak tersisa.

Ling Chu : "Ehm!!" Jelas ini skema pembunuhan klasik!!

Pak!

"Diam!" Pria yang menahan Ling Chu kesal, menamparnya dengan kuat hingga kepala Ling Chu terbentur kaca.

Pukulan tersebut menyebabkan kepalanya pusing. Ia gemetar hebat, bersandar pada kaca sambil menangis dalam diam.

Memikirkan nasibnya lebih buruk dari Xie Ran dalam novel membuat Ling Chu frustasi sampai sesenggukan parah.

Jika rencana pembunuhan Xie Ran gagal karena bantuan 'Ling Chu', lalu siapa yang akan menolong Ling Chu sekarang?

Apakah dia akan berakhir seperti ini? Bisakah Guo Chen menemukannya hidup-hidup?

Ling Chu : "Hiks-" Guo Chen, tolong aku..