Ming Ze menyelipkan ujung jarinya dalam sela celana dalam Ling Chu, mata rubah itu menyipit murung, "..sayangnya, kamu akan di lelang besok. Aku hanya bisa mencicipi hari ini saja"
Ketika Ming Ze akan menarik celana dalamnya Ling Chu berusaha keras menendang dada pria itu.
Ming Ze terdorong ke belakang, dadanya sedikit sakit oleh tendangan Ling Chu, "Kamu benar-benar tidak patuh"
Celana panjang yang tersangkut pada lutut wanita itu menyulitkan Ming Ze melepas celana terakhir. Dia memegang paha kanan Ling Chu yang berontak, mencoba menarik celana panjang agar lepas terlebih dulu.
Ia lupa ada luka di paha dalam Ling Chu. Wanita itu mengerang kesakitan ketika Ming Ze tak sengaja menekan luka melepuh.
Mata Ming Ze terbelalak oleh bekas merah mudah yang mekar di kaki putih tersebut. Dia menunduk tertawa keras.
Brak!
"Xiao Ze! Sudah kubilang jangan bermain dengan mereka!" bentak Ayah Ming Ze melihat adegan senonoh anaknya yang selalu kepanasan melihat gadis cantik.
"Ayah, barang ini dari awal sudah cacat. Tak ada gunanya menjual gadis yang terluka dalam pelelangan" Kata Ming Ze memutar matanya sambil mengangkat paha putih Ling Chu yang melepuh merah. Ling Chu mengerang marah berusaha menghimpit kaki untuk menutupi bagian bawahnya.
"Apa?! Tidak mungkin! Kenapa dia memiliki luka jelek seperti ini? Kenapa Tuan Yin memberi kita gadis ini?!"
"Ayah, sepertinya aku mengerti maksud Tuan Yin" Ming Ze melepas tangannya dari kaki Ling Chu, "Tuan Yin tidak ingin kita melelangnya tapi melemparkan adik ini sebagai pelacur di Blue House?"
Ling Chu tidak tahan mendengar ucapan Ming Ze, dia menendang pundak pria itu hingga terjungkal dari kasur.
Ming Ze tidak marah, ia tersenyum kecil sambil menyipitkan mata. Dia mengatakan sesuatu yang ditakuti Ling Chu, "Sekarang aku bisa mencicipi kapan saja"
Bulu kuduk Ling Chu berdiri, tanpa sadar ia mengangkat kaki sembari mendorong Ming Ze.
"Ck, adik kesabaran kakak ada batasnya" kata Ming Ze menerkam gadis yang terikat di kasur.
"Nnggg!!"
Ming Ze menekan luka Ling Chu di paha. Tangannya mengambil kesempatan untuk menarik kemeja Ling Chu hingga seluruh kancing berjatuhan ke lantai.
Ayah Ming Ze melihat anaknya, hanya bisa menggerutu. Dia tidak berkomentar mengenai ucapan Ming Ze, sudah dipastikan gadis malang itu akan dilempar ke Blue House sebagai pelacur. Ia berbalik meninggalkan putranya yang kepanasan.
"Mmmm!!"
"Ayah.. Tidakkah menyenangkan bermain dengannya? Lihat meski dia memiliki luka tapi tubuhnya sangat menyegarkan" tanya Ming Ze sebelum Ayah Ming Ze pergi jauh.
Pria tua itu menengok ke belakang, dahinya mengerut tebal. Dengan ragu-ragu menatap mereka yang bergelut di kasur.
Ming Ze menambah bara dalam api, menggoda iman Ayahnya, "Aku tidak akan mengatakannya pada Ibu"
Pria tua menelan ludah pada sosok lembut Ling Chu. Buah dada yang menonjol menggoda iman. Sudah lama ia tak bermain dengan gadis muda secantik ini. Ayah Ming Ze berbalik menutup pintu sebelum menghampiri mereka.
"Ck- Jangan katakan apapun pada Ibumu" ancam pria tua kepada anaknya. Dia membuka kancing celana dan menurunkan resletingnya.
"Ngmm!!" Ling Chu menutup mata tidak ingin melihat kelamin menjijikkan pria itu. Ia merasa matanya ternoda oleh sesuatu yang kotor.
Dalam kamar ketiga orang berkumpul membuat tempat itu sedikit pengap.
Pria muda dan tua menggerayangi Ling Chu yang sudah pasrah dengan nasibnya.
Buah dada itu seperti terkoyak, tangan kasar pria tua meremas keras. Jemari tua itu memainkan puting Ling Chu. Sesekali mencubit menggunakan kuku hingga Ling Chu gemetar hebat, mencoba menghindari sentuhannya.
"Haha, Ayah bukankah dia cocok sebagai pelacur"
"Hm, kamu bisa melatihnya agar lebih patuh. Aku yakin gadis ini bisa memberi kita banyak uang" kata Pria tua yang serius seolah menguji produk yang akan dijual.
Seluruh tubuh Ling Chu seperti dikerubungi ngengat, merayapi setiap bagian tubuhnya tanpa terkecuali.
Ling Chu menggigit kuat kain yang menghalangi mulutnya. Ia sudah tidak tahan dengan siksaan ini.
Apa dia harus berakhir dengan di perkosa ayah dan anak bermarga Ming? Menjadi pelacur murahan seumur hidupnya?
Ling Chu : "Mmm!" Tidak! Aku tidak mau!
"Adik~ jangan menangis. Kami akan membawamu terbang ke langit" Kata Ming Ze sambil terkekeh melepaskan celananya.
"Tidak buruk menjadi pelacur di sini. Selama kamu mampu memuaskan klien, kami akan memperlakukanmu dengan baik" Imbuh Ayah Ming Ze mengatakan pekerjaan baru untuk gadis yang menangis dalam diam.
Ling Chu : "Nggh! Nggh!" Pergi kalian! Aku tidak mau! Kalian binatang!
Pak!
"Diam!" bentak Ayah Ming Ze yang kesal pada Ling Chu tidak berhenti melawan. Jelas gadis itu tahu bahwa perjuangannya sia-sia, hanya membuang energi saja.
Telinga kanan Ling Chu berdengung, tubuhnya berkeringat dingin namun dadanya sesak terasa panas. Pikirannya panik seakan meledakkan otaknya kapan saja.
"Ayo cepatlah!" Perintah Ayah Ming Ze yang tidak sabaran. Dia ingin segera bercinta dengan gadis itu yang kuyu di bawah kungkungan putranya.
"Ha~ Ayah tidak bisakah kamu melihatnya? Adik sangat ketakutan, kita tidak bisa membuatnya trauma" Kata Ming Ze memainkan alat kelaminnya yang basah pada pintu inti bunga Ling Chu, "Adik, kakak akan datang perlahan"
Ming Ze bersiap menyodorkan juniornya ke dalam inti bunga Ling Chu. Senyuman lebar muncul di wajah licik Ming Ze, dengan nada main-main ia berkata, "Selamat bergabung di Blue House~"
Ling Chu : "...hiks-" ..semua berakhir
Brak!
Ketika mereka bersiap memulai pesta makan besar, pintu kamar terbanting keras. Tiga pria dengan setelan rapi melihat adegan tak senonoh dalam kamar ini.
"Siapa kalian?!" Teriak Ming Ze dengan cepat mengambil selimut menutupi dirinya.
Pak!
"Ayah?" Ming Ze memegang bagian belakang kepalanya. Tak percaya pria tua akan memukulnya.
"Haiz, bicaralah dengan sopan. Tidak bisakah kamu melihat, mereka pasti tamu yang salah kamar* bisik Ayah Ming Ze pada putranya.
Dia memakai celana, berjalan lambat untuk menghampiri pelanggan baru. Pria tua itu merinding ketika ditatap tajam oleh pria yang berada di tengah.
"Hehe.. Apakah tuan baru-"
Zlep!
Dalam sekejap pria tua terkapar di tanah. Matanya terbuka lebar menunjukkan ketakutan hebat sebelum menghembuskan nafas terakhir.
"Ayah!" teriak Ming Ze yang panik saat Ayahnya terjatuh tapi ia tak berani bertindak gegabah.
Zlep!
Adegan terlalu cepat, suara tembakan pistol terendam di barengi erangan menyakitkan Ming Ze menutupi kakinya yang berdarah. Peluru telah menembus daging pada paha kirinya.
Tanpa banyak bicara dua pria belakang menyeret Ming Ze dan Ayahnya keluar dari kamar.
Aura membunuh tidak bisa diredakan, pria dewasa yang tersisa termangu memandang wanita yang menatap kosong ke arahnya.
Iris ruby yang biasanya terang benderang tampak redup. Seakan bintang mulai kehilangan sinarnya.
"Xiao Chu.."
Saat tahu pria yang datang adalah kekasih yang ia tunggu-tunggu, iris ruby Ling Chu kembali hidup. Air mata kegembiraan mengalir membentuk sungai kecil di pipinya.
Ling Chu : "...." Kamu datang..
Pakaian Ling Chu telah robek, mengekspos seluruh tubuhnya. Kulit seputih salju sangat kontras dengan memar-memar pada bagian wajah, pinggang dan pergelangan kakinya.
Guo Chen mendekati kekasihnya. Dengan gerakan yang lembut, ia melepaskan ikatan di pergelangan tangan dan mulut Ling Chu yang sudah lecet kemerahan.
Ling Chu bergegas memeluk pria dihadapannya. Tak peduli rasa linu di tubuhnya. Ia memanggil nama pria itu, dengan suara lirih yang memilukan, "Guo Chen.. Hiks-"
Pria itu tertegun oleh panggilan Ling Chu. Suara lirih penuh keluhan dan tubuh gemetar ketakutan, menyayat hati Guo Chen. Seolah kekasihnya menyampaikan rasa sakit yang ia alami di tempat ini.
Ling Chu menangis hebat dalam pelukan Guo Chen. Ia tak peduli jika jas Guo Chen basah. Ling Chu hanya ingin menangis keras tanpa menahan diri lagi.
Diculik dan nyaris diperkosa benar-benar menguras pikiran, emosi dan hati terdalam Ling Chu.
"Maaf, aku datang terlambat" Guo Chen melepaskan jas lalu meletakkannya pada Ling Chu. Ia mendekap erat Ling Chu memberi wanita itu kenyamanan.
Guo Chen mengecup pipi dingin akibat aliran air mata. Ia mencicipi rasa asin dan pahit dari tetesan air mata Ling Chu.
"Tidak, terima kasih telah menemukan aku" Ling Chu menggeleng lemah, memeluk erat Guo Chen.
Ibu jari Guo Chen menyentuh sudut bibir Ling Chu yang memerah, "Ayo kita pulang"
"..Mm" Ling Chu bersandar dalam pelukan Guo Chen, ia mencium aroma mint samar dari pakaian Guo Chen.
Kehadiran kekasihnya sedikit menghilangkan ketegangan yang baru ia lewati. Tanpa sadar Ling Chu tertidur dalam pelukan hangat Guo Chen.
Pria itu berjalan meninggalkan homestay dengan menggendong Ling Chu. Dua hari menghilang, kucing kecilnya menjadi sangat ringan saat di pegang.
Tubuh lemas dan bibir pecah-pecah menunjukkan Ling Chu tidak menerima apapun untuk dikonsumsi.
Wajah Guo Chen menggelap, mata phoenix itu menatap tajam apapun yang dia lihat. Ia menggertakkan giginya seolah membayangkan mengunyah kedua orang itu.
Guo Chen : "....." Ling Yao, Ying Bai. Kalian tunggu saja
.
.
.
Hai-hai, ini Leyley.
Aku mau curhat tentang penyelesaian plot ini. Sebenarnya plot yang aku sajikan ke kalian tuh lebih ringan dari yang asli.
Harusnya Ling Chu di bawa ke pelabuhan untuk dijual ke luar negeri. Di sana seorang mucikari dan nakhoda kapal berserta dua krunya mau memperkosa Ling Chu. Mereka berempat melucuti pakaian Ling Chu.
Si nahkoda meminta Ling Chu melayaninya menggunakan mulut dan tentu saja Ling Chu berontak. Akhirnya Ling Chu dipukuli tanpa ampun oleh si nahkoda sampai ia muntah air dan hampir pingsan.
Ling Chu yang tak berdaya, terpaksa melayani mereka sebelum Guo Chen datang menyelamatkannya.
Real plotnya seperti itu~
Meski Ling Chu pemeran utama kita, dalam dunia novel XXXXX, ia bukan protagonis asli yang memiliki jari emas dan berkah dunia.
So realistis saja, musibah bisa menimpa Ling Chu kapan saja.
Kar'na aku takut plot terlalu berat untuk reader, aku ganti deh.
Gimana pendapat kalian tentang plot penculikan ini? Lebih bagus versi rilis atau asli?