Hari menjelang sore, Ling Chu menelungkup, menjatuhkan wajahnya pada bantal sambil membuka tablet Guo Chen. Tak disangka tablet itu memiliki banyak permainan. Sebagian besar game yang tersimpan adalah permainan teka-teki, quiz, riddle yang dapat mengasa otak.
"Wah.. Kakak Chen, banyak sekali gamemu" kata Ling Chu tak percaya, Guo Chen bukan tipe orang yang menghabiskan waktu santainya untuk bermain game seperti ini.
"Asisten Huan yang mengunduhnya. Dia bilang untuk mengurangi kejenuhanku" kata Guo Chen yang bermain melilitkan jarinya ke rambut Ling Chu.
"Asisten Huan cerdik sekali, dia sangat pandai merawat seseorang. Kamu harus menaikkan gaji" kata Ling Chu memuji Asisten Huan yang cakap menjaga Guo Chen selama dia tidak ada.
"Dia sangat kompeten" Guo Chen mengangguk setuju, Asisten Huan telah mengurus pekerjaan dan kebutuhan sehari-harinya dengan teliti dan hampir tidak pernah melakukan kesalahan. Pria seperti itu layak dipertahankan sebagai mata dan tangan kanannya.
"Kalau begitu jangan lupa beri dia bonus" imbuh Ling Chu yang fokus pada permainan.
Melipat tangannya di dada. Jika dipikir-pikir Guo Chen sudah lupa kapan terakhir gaji Asisten Huan naik. Ia harus memberi bonus seperti yang diusulkan Ling Chu.
Guo Chen berdiri mengenakan kemejanya. Dia menatap Ling Chu yang malas bergerak dari kasur. Sosok yang cantik terpapar jelas di mata Guo Chen. Punggung putih lembut dan lekuk pinggang kecil yang menggoda dan kaki mulus ramping yang terekspos dibalik selimut.
Guo Chen menelan ludah. Menghampiri Ling Chu, tak tahan ingin memeluknya.
"Ah?!" Pekik Ling Chu yang kaget oleh tangan Guo Chen. Pria itu membuatnya geli, membelai tulang ekornya, "Kakak Chen, kamu mengejutkanku!"
Guo Chen terkekeh, menekan Ling Chu di bawahnya. Ia mencium punggung lembut dan tengkuk kecil Ling Chu. Tangannya yang nakal menyelinap ke bawah tubuh Ling Chu. Meremas pelan buah dada lembut tanpa perlawanan pihak lain.
Meski kemarin Guo Chen sudah memakan Ling Chu sampai habis. Dia belum puas dan tidak ingin berhenti. Hasrat yang dimiliki Guo Chen pada Ling Chu tidak pernah surut. Tindakan kecil Ling Chu dapat mengaktifkan pikiran nakal Guo Chen kapan saja.
"Kakak Chen, kemarin kita melakukan seharian!" Protes Ling Chu mendorong dagu Ling Chu. Dia menghindari tatapan Guo Chen dan berkata malu-malu, "Kamu tahu, i-itu sangat bengkak"
Jika mereka melakukan lagi dengan keliaran Guo Chen di kasur, inti bunganya akan aus!
Guo Chen jelas tak tega Ling Chu kesakitan dan tak menikmati sentuhannya. Dia menarik tangannya dari tubuh Ling Chu. Ia tersenyum sambil bertanya, "Lalu apa yang ingin kamu lakukan?"
Ling Chu memiringkan kepalanya, ia sedikit bingung dengan ucapan Guo Chen.
"Cutiku masih ada satu setengah hari. Apa kamu ingin menghabiskan waktu di kamarku" kata Guo Chen menggoda Ling Chu dengan meletakkan jempolnya pada bibir Ling Chu.
Wajah Ling Chu memerah mendengar kata 'kamarku' dari mulut pria itu. Ling Chu menggertakkan gigi, menahan rasa malunya. Ia menggigit ibu jari Guo Chen hingga alis pria itu mengerut.
Guo Chen tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada wajah Ling Chu. Nafas panas seolah membakar kulitnya. Ling Chu mendapati sesuatu yang hangat dan lembab menekan pipinya. Ling Chu terbelalak menyadari Guo Chen menggigit-gigit pipinya seolah sedang mengunyah marshmello.
Ling Chu melepas ibu jari Guo Chen, ia mencoba menghindari gigitan pria itu tapi Guo Chen tidak melepaskan pipi Ling Chu. Dengan kesal ia memukul bahu pria itu, "Guo Chen! Berhenti! Pipiku!"
Tak lama Guo Chen mendapat tanda merah berbentuk tangan kanan Ling Chu di pipinya. Sedangkan Ling Chu memiliki bekas gigitan besar di pipi kirinya.
Karena tanda gigi yang dibuat Guo Chen, Ling Chu mengurungkan niatnya pergi ke kediaman Ling hari ini. Tanda merah di pipinya terlalu mencolok, sulit untuk menutupinya dengan riasan tipis. Akan sangat aneh bertemu dengan orang tuanya dengan make up tebal.
Dari balik kaca rias, Ling Chu memicingkan mata menatap pelaku yang asik membaca buku di kasur. Wajah tampan itu masih memiliki bekas merah samar yang lebar namun ia tak terganggu sama sekali.
Ling Chu masih kesal, ia menghampiri Guo Chen dan menundukkan kepalanya. Ia mencium shampo yang wangi beraroma susu. Bau ini bertolak belakang dengan karakter Guo Chen yang dingin.
Meski begitu Ling Chu menyukainya. Tanpa sadar mengendus beberapa kali hingga Guo Chen tidak bisa lagi fokus dengan buku yang ada di tangannya.
"Ada apa?" Kata Guo Chen sedikit menengadah pada Ling Chu yang mengendus di rambutnya, "Suka baunya?"
Reflek Ling Chu mengangguk, "Shampo apa yang kamu gunakan?"
"Shampoo XXX, botolnya berwarna hitam"
"Oh, oke" Ling Chu berlari kecil mengambil pakaian dilemari kemudian masuk kamar mandi untuk menggunakan Shampo susu tersebut.
Mendengar suara shower menyala, Guo Chen mendapat ide brilian. Dia mengambil pakaian dan menyusul Ling Chu ke kamar mandi untuk mandi bebek bersama-sama.
.
.
.
Tiba di pintu gerbang kediaman Ling, Ling Chu yang duduk di mobil sangat gugup sekaligus bersemangat. Mengingat lima tahun tidak mengontak orang tuanya.
Dia mengatasi kegugupannya dengan mengatur nafas secara berkala sambil memijit-mijit jari kelingkingnya yang ia percaya dapat menghilangkan gugup dan stress.
"Kamu gugup?" Ujar Guo Chen mencoba memberi kenyamanan dengan meremas lembut tangan Ling Chu.
Ling Chu yang baru saja menghembus pelan nafasnya, mengangguk. Ia tersenyum kecut menatap pintu rumahnya, "Ya, aku tidak tahu bagaimana menyapa mereka"
"Jangan terlalu banyak berpikir. Sapa mereka seperti sebelumnya" Kata Guo Chen memberi Ling Chu saran.
Hampir lima tahun berlalu, kediaman keluarga Ling tidak banyak berubah. Tapi Ling Chu kembali di musim salju, taman yang dirawat Ibu Ling tertutup salju dimana-mana.
Guo Chen turun terlebih dahulu dari mobil. Membuka pintu sebelah dimana Ling Chu duduk. Ia mengulurkan tangan dan Ling Chu menggapainya dengan sopan.
Suara berlari terdengar dari dalam, para pelayan berjejer rapi dan menundukkan kepalanya. Disusul Ayah dan Ibu Ling yang berlari keluar.
"Sayang! Putriku kembali!" Kata Ibu Ling pada Ayah Ling dibelakangnya, ia dengan cepat menuruni tangga.
"Sayang, jalan pelan-pelan. Kamu sedang flu" Tegur Ayah Ling yang was-was, turun tangga bersama Ibu Ling.
Ibu Ling memutar matanya dengan malas. Dia sudah sembuh tadi pagi. Suaminya terlalu melebih-lebihkan, "Aku sudah sembuh sayang"
Ling Chu memandang mereka sambil tersenyum lembut. Bibir Ling Chu gemetar, kemudian ia menekan giginya, menahan air mata agar tidak jatuh.
Ling Chu menggenggam erat tangan Guo Chen. Ia membuka mulutnya kesulitan untuk mengatakan sesuatu.
"Pergilah" Bisik Guo Chen mendorong pinggang Ling Chu.
Dorongan pelan dari belakang memberi Ling Chu kekuatan tak terlihat. Ia berkata dengan suara agak serak, "Ibu, Ayah.. Aku pulang!"
"Xiao Chu.." Ibu Ling terharu, ia terbawa suasana, membuka lengannya untuk merangkul putri kecil yang baru saja datang, "Ayah dan Ibu sangat merindukanmu"
Ayah Ling mengangguk, memeluk istri dan putrinya. Tangannya mengelus rambut Ling Chu, dia bersyukur Ling Chu kembali ke rumah dengan selamat.
"Ayo ke dalam" Ajak Ayah Ling sembari memerintahkan pelayan untuk menyiapkan teh dan kue.
Pelayan mundur setelah menyajikan teh dan makanan ringan. Keluarga Ling tak henti-hentinya berbicara sampai malam. Ada banyak cerita yang ingin mereka bagikan satu sama lain.
Guo Chen dengan senang hati mendengar mereka bercerita tanpa mengganggu ritme percakapan mereka. Ia meminum teh, sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan orang tua Ling.
Meski Ayah dan Ibu Ling tidak menyukai Kakek Guo, mereka sangat menghargai Guo Chen yang menjaga dan menyayangi putri mereka.
Ketika Ibu Ling pergi mengajak Ling Chu menyiapkan makan malam. Ayah Ling duduk menemani Guo Chen.
Pria yang hampir memasuki kepala lima menuangkan teh ke cangkir Guo Chen. Dengan anggun, Ayah Ling meletakkan teko kecil itu.
"Nak, sudahkah kamu bertemu Ling Yao?" Tanya Ayah Ling yang sedari tadi menunggu waktu yang tepat untuk mereka berbicara.
Guo Chen melirik sosok Ibu Ling dan Ling Chu yang menghilang dari pandangnnya. Guo Chen mengeluarkan dua foto dari balik saku mantelnya.
Foto pertama menampilkan Ling Yao yang menyamar dengan pakaian biasa dan kedua foto Ying Bai membawa kabur Ling Yao.
Ayah Ling mengerutkan dahi dan bertanya, "Siapa pria ini?"
"Ying Bai, mafia bawah tanah saat ini" Guo Chen menunjuk kedua foto di meja, "Ling Yao berhubungan dengannya"
Ayah Ling terdiam, ia memijat kerutan diantara alisnya. Sebagai orang tua Ayah Ling semakin kecewa dengan Ling Yao. Tak percaya putri sulungnya akan menjadi liar seperti ini. Dulu semasa Ling Yao kecil, anak itu ceria, penurut dan selalu bersikap manis. Tapi sekarang menjadi kekasih boss bawah tanah? Lelucon macam apa itu.
Bagaimanapun Ayah Ling tidak meragukan informasi yang Guo Chen sampaikan. Dalam empat tahun ini, dia mengenali karakter pemuda di hadapannya. Guo Chen tidak akan membual atau mengarang.
"Lalu apa rencanamu?" Tanya Ayah Ling, mencari tahu langkah Guo Chen terhadap Ling Yao.
"Tidak banyak. Aku ingin menggali informasi dunia bawah tanah, baru bergerak menangkap Ling Yao" Kata Guo Chen mengetuk jarinya di meja.
Melihat Paman Ling khawatir, Guo Chen akan menyiksa Ling Yao. Guo Chen dengan tegas berkata, "Jangan khawatir Paman, aku tidak akan melukainya. Aku janji"
"Adapun hukuman Ling Yao, telah kita sepakati sebelumnya" Kata Guo Chen dengan tatapan sedikit agresif.
Ayah Ling dengan enggan memandang Guo Chen. Dia tak enak, hatinya terbebani oleh kecelakaan mobil yang dibuat Ling Yao pada Guo Chen.
Pada hari itu, Guo Chen dengan kursi roda mendatangi kantor Ayah Ling. Ia meminta bayaran atas perbuatan Ling Yao yaitu mengirim putrinya ke RSJ. Selama Ayah Ling setuju, Guo Chen tidak akan menuntut masalah lainnya.
Menurut Ayah Ling di penjara dalam RSJ merupakan bayaran murah untuk Ling Yao atas kecelakaan yang merenggut nyawa Guo Chen. Jadi Ayah Ling menutup mata ketika Ling Yao meronta-ronta diseret menuju ambulans RSJ.
Ayah Ling mendorong kedua foto itu untuk disimpan Guo Chen, "Aku mengerti. Lakukan yang kamu mau tapi jangan sakiti putri sulungku"
Sudut mulut Guo Chen sedikit terangkat, ia tidak bisa memahami pikiran Paman Ling yang masih menyebut Ling Yao sebagai anaknya.
"Paman, ada baiknya anda mencerita sebenarnya pada Ling Yao dan Ling Chu. Kesalahpahaman diantara mereka, kemungkinan timbul karena hubungan darah"
Ayah Ling yang awalnya sedikit santai menegang. Ekspresi kaget dimatanya tertangkap jelas oleh Guo Chen, "Kamu-"
"Asistenku melakukan tes DNA pada Ling Yao dan anda" Ungkap Guo Chen sambil mengangkat bahu.
Guo Chen tidak menginstruksikan tes DNA tersebut, kebetulan Asisten Huan hanya salah mendengar perintahnya. Secara tak terduga hasil tes menunjukkan Ling Yao bukanlah putri Paman Ling.
Adapun Ling Yao anak siapa, Guo Chen menebak adik Paman Ling yang meninggal 27 tahun lalu.
Ayah Ling menghela nafas, anak keluarga Guo ini banyak tahu. Bahkan jika dia membuat alasan, Guo Chen takkan mudah mempercayainya.
Ayah Ling mengangguk mantap pada Guo Chen, "Memang Ling Yao tak sedarah denganku tapi dia tetap putri sulung keluarga Ling. Kuharap kamu tidak memberitahu Ling Chu"
Melihat keputusan bulat Paman Ling akan posisi Ling Yao. Guo Chen tidak ikut campur, dia tahu batasan mana yang bisa ia pijak.
Meletakkan cangkir teh ke meja, Guo Chen meyakinkan Paman Ling, "Aku belum mengatakan apapun padanya"
"Mengatakan apa?" Tanya Ling Chu yang bersandar pada kursi kosong di antara Ayah Ling dan Guo Chen.
Ling Chu penasaran dengan keseriusan mereka mengobrol. Jadi dia diam-diam menghampiri mereka tapi ia gagal mendengar pembicaraan mereka.
Guo Chen dan Ayah Ling benar-benar kaget oleh kedatangan Ling Chu yang dadakan. Ayah Ling sampai menekan dadanya untuk menenangkan detak jantung yang memburu.
"Apa kalian membahas masalah pria?" Tanya Ling Chu melirik kedua pria yang belum menanggapi ucapannya.
"Hahaha, Xiao Chen ingin melamarmu. Dia berkonsultasi pada Ayah" Kata Ayah Ling yang tertawa dengan canggung. Dia berdiri memukul bahu Guo Chen sambil mengedipkan matanya, "Nak, jangan lupa trik yang kuajarkan padamu Hahahaha"
Mata Guo Chen terbelalak, dia memang berniat melamar Ling Chu bulan ini. Tapi Paman Ling menggunakan topik itu untuk lolos dari pertanyaan Ling Chu. Paman Ling secara gamblang membongkar kejutan yang Guo Chen siapkan dengan matang.
Setelah mengatakan itu, Ayah Ling kabur ke ruang makan, meninggalkan Ling Chu dan Guo Chen sendirian.