Chereads / Transmigration: Come To You / Chapter 42 - Lamar

Chapter 42 - Lamar

Jantung Ling Chu berdetak cepat, dia terlalu bersemangat hingga sulit mengambil nafas. Ling Chu melirik Guo Chen beberapa kali sambil berdeham pelan, ia menyelipkan rambut yang menutupi pandangannya pada telinga.

Guo Chen tampak terkejut karena Ayahnya secara terang-terangan membongkar pembicaraan antara pria. Muncul keringat di dahi pria itu, Guo Chen membenarkan kerah kemeja yang telah rapi kemudian berdiri tersenyum kaku padanya.

Ling Chu menutup mulutnya untuk tidak tertawa keras. Bahunya gemetar karena geli melihat Guo Chen yang berpura-pura tenang. Ling Chu mencoba kooperatif dengan Guo Chen, ia mengambil selembar tisu dari meja.

"Kakak Chen, kamu tidak perlu tegang. Aku akan berpura-pura tidak mendengar hal ini" kata Ling Chu menenangkan Guo Chen sembari mengelap dahi pria itu.Tapi dari nadanya terdengar main-main seolah sedang menggoda Guo Chen.

Guo Chen mendengus pelan, kucing kecil sedang menghiburnya. Ia sangat menyukai penghiburan kecil Ling Chu. Lengan Guo Chen menarik Ling Chu dalam pelukannya, ia bersandar pada kepala Ling Chu.

Melalui jendela salju turun di bawa penerangan lampu taman, Guo Chen menyelipkan jarinya dalam kemeja. Sentuhan kulit lembut dan hangat memberi kenyamanan pada Guo Chen. Jika mereka berada di apartemen Guo Chen tidak akan sungkan-sungkan merebahkan Ling Chu di meja, sayangnya dia harus menahan diri.

Klak!

Suara benda jatuh mengagetkan keduanya, melenyapkan suasana ambigu diantara mereka.

"Apa itu?" Kata Ling Chu yang penasaran, berjalan lambat menuju suara yang berasal di balik tikungan koridor. Dia menengok sedikit ke koridor yang tampak remang-remang karena belum diganti lampu baru.

"Siapa?" Tanya Guo Chen yang tiba-tiba muncul menepuk pundak Ling Chu.

Ling Chu : "!!!!!" #@*&€!!

Ling Chu berdiri kaku sejenak sebelum kembali normal dengan wajah sedikit pucat. Guo Chen benar-benar membuatnya takut setengah mati. Dia masih ingat hantu wanita berambut panjang di rumah ini. Arah koridor yang mereka tengok, merupakan jalan menuju tangga dimana Ling Chu disapa hantu.

"Kakak Chen kamu menakutiku!" Keluh Ling Chu yang cemberut, menepuk lengan Guo Chen.

"Kamu masih takut pada hantu? Bagaimana kamu pergi ke toilet saat tengah malam ketika di lembaga?" canda Guo Chen mencubit pipi Ling Chu.

"Aku menyeret rekan kerjaku, untuk menunggu di pintu toilet" Kata Ling Chu menghindari mata Guo Chen.

Mendengar pria itu menertawakannya, Ling Chu memutar mata, dengan kesal memukul tangan Guo Chen yang masih mencubit pipinya.

Puas tertawa, Guo Chen menghela lega. Membujuk kekasihnya yang cemberut dengan pelukan besar, "Paman dan Bibi pasti sudah menunggu"

"Ya, kamu benar" Ling Chu mengangguk sembari mendorong dada bidang Guo Chen.

Guo Chen meraih tangan kiri Ling Chu, merapatkan jarinya dalam sela jemari Ling Chu. Dengan penuh kasih, ia mengecup permukaan tangan Ling Chu.

Selama di meja makan, Ayah Ling memandang kaku pada Guo Chen. Dia berdeham merasa bersalah membawa topik lamaran.

"Kalian makanlah yang banyak. Ibumu menyiapkan banyak makanan malam ini" kata Ayah Ling membujuk Ling Chu dan Guo Chen.

Ibu Ling mengangguk setuju dengan suaminya, ia memberi lauk pada piring Ling Chu juga Guo Chen.

Ling Chu sangat antusias dengan masakan kediaman Ling. Sudah lama tidak mencicipi masakan rumahan. Sebenarnya masakan di kantin lembaga penelitian tidaklah buruk tapi makanan kantin didominasi oleh makanan khas barat yang kurang ia sukai.

Seolah mendapat kelegaan, Ling Chu makan dengan lahap sampai tak kuat makan lagi. Sebagai penebusan lima tahun kehilangan masakan rumah Ling.

Ibu Ling menatap Ling Chu penuh kasih sayang. Meski umur Ling Chu telah dewasa, dia akan menjadi putri kecil dihati Ibu Ling.

"Kalian sudah kenyang?" tanya Ibu Ling yang menyajikan air hangat pada Ayah Ling.

"Ya, aku sangat kenyang. Masakan Ibu dan Bibi Ong terlalu enak!" kata Ling Chu memuji juru masak keluarganya.

"Hahaha, kalau begitu, pergilah ke taman untuk menurunkan makanan di perutmu. Ayah dengar Ibu membuat dessert untukmu" kata Ayah Ling menepuk pelan, kepala Ling Chu.

Mata ruby Ling Chu berbinar dengan cepat mengangguk setuju pada Ayah Ling, mengajak Guo Chen untuk mengikutinya berjalan kecil di taman belakang tempat favoritnya. Dia harus mengosongkan sudut kecil dalam perutnya, sebelum makan penutup yang dibuat Ibu Ling.

Guo Chen membiarkan tangannya dipegang erat Ling Chu. Menuntunnya ke tempat yang dia (Ling Chu) mau.

Ketika mereka tiba di taman, lampu taman menyala terang dalam kegelapan. Semak-semak hijau tertutup oleh salju putih. Sesekali Ling Chu menendang kakinya dalam semak di belakang mereka. Menjatuhkan tumpukkan salju ke tanah.

Ling Chu bersandar pada lengan Guo Chen, memandangi bulan sabit kuning pucat di langit. Ling Chu mengulurkan tangan kanannya pada langit gelap. Hujan salju telah berhenti sedari mereka makan, hanya angin dingin menusuk tangan putih Ling Chu hingga memerah menahan suhu rendah.

Guo Chen menangkap tangan Ling Chu, memasukkan tangan dingin ke dalam saku jaketnya. Guo Chen menoleh pada Ling Chu yang masih bernostalgia pada rumahnya.

"Jika aku melamarmu malam ini, apa kamu akan menerimaku?" Tanya Guo Chen sambil memiringkan kepalanya. Ia tahu dia baru saja menanyakan sesuatu hal yang bodoh pada Ling Chu.

Ling Chu linglung sesaat oleh pertanyaan Guo Chen. Detik berikutnya , ia memandang Guo Chen dengan ekspresi 'Apakah kamu bodoh?'. Ling Chu berkata dengan tegas, "...Bukankah jawabannya sudah jelas?"

Guo Chen tersenyum, menutup matanya dan menjawab 'Ya' dalam hati. Dia sangat tahu, jawabannya. Selama Ling Chu mencintai Guo Chen, wanita dihadapannya ini pasti akan menerima lamaran Guo Chen.

Kedua tangan kuat Guo Chen dengan mantap memutar badan Ling Chu untuk membuat mereka saling berhadapan. Pria itu tiba-tiba berlutut dengan satu kaki ke depan.

Gerakan besar Guo Chen, benar-benar mengejutkan Ling Chu. Semua yang ada didepan mata Ling Chu terasa lambat namun ritme detak jantung sangat cepat.

Meraih tangan kanan Ling Chu, Guo Chen mengeluarkan tali daun membentuk lingkaran kecil berwarna hijau dari saku kirinya lalu memasangkannya pada jari kelingking Ling Chu.

"Cincin.. daun??" Ling Chu terbelalak heran memandang 'cincin' dan Guo Chen secara bergantian.

"Cincin lamarnya belum jadi.." Kata Guo Chen menyentuh hidungnya, seolah mengakui hal yang memalukan. Jika Ayah Ling tidak mengatakan topik itu, cincin lamar mereka akan siap minggu depan.

Ling Chu terdiam kemudian tertawa terbahak-bahak, ia menunjuk cincin daun di jari kelingkingnya, "Tidak masalah aku suka cincin alami ini. Akan kumuseumkan nanti"

Guo Chen menghela pasrah, ia mencubit jari manis Ling Chu yang belum di sematkan cincin asli. Menurut tradisi negara mereka, jari manis hanya boleh menerima cincin pasangan mereka. Guo Chen tidak ingin membiarkan Ling Chu mengenakan 'cincin daun' seumur hidup. Ia harus mendapat cincin terbaik di negeri ini.

"Tunggu sampai cincinnya jadi" ujar Guo Chen mencium jari manis Ling Chu.

Ling Chu tersenyum, tidak memperpanjang masalah cincin. Ia menarik tangan pria itu untuk segera berdiri. Lantai taman memang bersih tapi di musim dingin. Suhu lantai menurun drastis, bisa membuat tulang orang sakit, "Cepat berdiri, llantai sangat dingin"

Lamaran Guo Chen diterima Ling Chu tanpa mengatakan 'ya'. Ketika kembali dari taman, Guo Chen memberi kabar gembira pada Ayah dan Ibu Ling bahwa lamarannya diterima Ling Chu.

Ayah Ling tak bisa tidak memuji Guo Chen, betapa gercepnya pria muda itu dalam melamar putrinya. Menepuk pundak Guo Chen seolah mengakui keberaniannya. Tak lupa Ayah Ling menasehati Guo Chen untuk menjaga putri bungsunya.

Jika berani mempermainkan putrinya lagi, Ayah Ling akan menghajar Guo Chen. Tidak peduli bila pemuda ini berasal dari keluarga Guo.