Matahari bersinar melalui jendela besar rumah sakit, cahaya hangat memberi kehangatan bangsal yang sepi dan dingin.
Seorang gadis melipat rapi selimut pasien yang terbaring koma. Ling Chu menatap pria yang bibirnya pucat dan kering. Dengan sigap ia mengambil sapu tangan dan membasahinya dengan sedikit air minum. Menempelkan kain basah pada bibir Guo Chen agar tidak cepat kering.
"Nona Ling" Panggil pembantu wanita setengah baya yang membuka kotak makan siang untuk gadis itu, "Makanlah.. Nyonya membawanya untuk anda"
Ling Chu tersenyum lemah, wajahnya tidak kalah pucat dari Guo Chen yang koma, "Terima kasih Bibi, nanti akan kumakan setelah membersihkan tubuh Kakak Chen"
Bibi itu menghela nafas saat melihat kegigihan Ling Chu yang tak pernah berhenti memberi perhatian pada Tuan muda yang koma.
Tiga hari telah berlalu, Ling Chu menyisihkan sebagian besar waktunya untuk merawat Guo Chen.
Dia tidak putus asa lagi karena layar progess sistem telah stabil. Yang artinya nyawa Guo Chen terselamatkan.
Sebagai protagonis dunia, Guo Chen pasti akan bangun. Dua Tiga tahun, berapa lamapun waktunya Ling Chu akan menunggu Guo Chen siuman.
Ling Chu tersenyum masam, tak menyangka dirinya bisa sesetia itu pada seseorang.
Bak!
"Sedang apa kamu di bangsal cucuku?!" Bentak lelaki tua yang tiba-tiba datang. Penatua Guo menarik kencang lengan Ling Chu.
Ling Chu yang belum makan dari pagi, tak punya tenaga menghadapi tindakan kasar Penatua Guo, "Penatua, lepaskan aku. Aku harus bersama Guo Chen"
"Ck, Rencana apa lagi yang mau kamu buat?! Mencekik cucuku? Mencabut tabung oksigennya diam-diam?"
"Aku tidak akan melakukan hal itu!" Kata Ling Chu mencoba mengambil kendali tubuhnya yang diseret keluar bangsal Guo Chen. Ia terduduk di lorong bangsal setelah di lempar keluar oleh lekaki tua itu.
"Kamu pikir aku percaya setelah kamu mencoba membunuhnya? Sudah bagus aku membiarkanmu pergi" Kata Penatua Guo semakin marah oleh pengelakkan Ling Chu. Tongkat di tangannya menghantam pundak gadis itu.
"Ah!" Ling Chu mencoba menyingkirkan tongkat dari pundak kiri yang berdenyut kesakitan, "Aku tidak ada niatan untuk mencelakai Guo Chen. Seseorang telah menjebakku!"
"Ck, Bocah tengik masih keras kepala. Kecelakaan sudah diselidiki, semua bukti mengarah pada keluarga Ling-mu" Kata Penatua Guo mengetuk keras tongkat itu ke tanah. Ia benar-benar marah sampai muak melihat wajah lugu Ling Chu yang tak berdosa, "Pergi. Jangan datang lagi"
Bak!
Pintu bangsal tertutup keras, tak berselang lama dua bodyguard muncul di depan pintu bangsal. Sepertinya Penatua Guo memanggil bodyguard untuk mengusir Ling Chu.
Selama ada Penatua Guo, Ling Chu tidak dibiarkan menemui Guo Chen yang terbaring koma.
Ling Chu menghela pelan, dia tidak membuat keributan di rumah sakit. Ia terpaksa pulang ke kediaman Ling dalam keadaan lesuh.
Setelah Guo Chen dinyatakan keluar dari bahaya. Keluarga Guo menyelidiki penyebab kecelakaan Guo Chen dari hasil penyelidikan. Keluarga Ling menjadi tersangka utama dengan niat membunuh ahli waris keluarga Guo.
Berita ini menghebohkan seluruh kalangan atas. Semua orang tahu kedekatan keluarga Guo, Jiang dan Ling dan sekarang hubungan ketiganya retak akibat kasus kecelakaan Guo Chen.
Gosippun berterbangan dan menyerang keluarga Jiang. Rumor mengatakan keluarga Jiang adalah otak dibalik kecelakaan ini. Mereka menggunakan keluarga Ling sebagai umpan untuk menghancurkan keluarga Guo.
Ding!
'Pergi ke taman bunga'
Ling Chu menerima pesan Ling Yao tapi dia sedang tidak mood dan terlalu malas beranjak dari kasur. Ling Chu mengganti ponselnya dengan mode senyap, biarkan ponsel itu berdering sampai mata ruby itu sayup-sayup jatuh dalam tidur.
Langkah kaki terburu-buru menggema di sepanjang koridor. Seorang wanita mengenakan sweater hijau masuk ke dalam kamar orang yang dia benci.
Bak!
Pintu kamar terbanting, Ling Yao mengguncang tubuh Ling Chu menggunakan kaki kirinya,"Bangun!! Apa kamu tidak membaca pesanku?!"
Ling Yao sudah menunggu di taman selama dua jam tapi Ling Chu tak kunjung keluar.
"..ngh, ada apa?" Tanya Ling Chu yang terbangun dengan suara serak. Tidak terganggu oleh sikap kasar Ling Yao saat membangunkannya.
Ketidakpedulian Ling Chu salah satu hal yang dia benci. Ling Yao yang kesal membuka amplop coklat di tangannya. Menjatuhkan isi amplop di atas selimut Ling Chu.
Mata ruby Ling Chu melebar, rasa kantuknya menguap begitu saja. Ia tercengang, tak habis pikir dengan kelakuan bejat Ling Yao yang semakin menjadi-jadi.
Ling Chu meremas foto di tangannya. Semua foto itu berisi gambar dirinya sedang berganti pakaian di dalam kamar. Beberapa foto mengekspos tubuhnya saat tidak mengenakan bra atau pakaian dalam.
Harga dirinya sebagai wanita di rusak oleh Kakak tirinya. Mata persik Ling Chu menatap tajam Ling Yao.
"Haha, kamu memiliki banyak foto yang bagus. Oh, aku juga punya videomu, pasti orang mesum diluar sana mau akan membayar mahal" Ejek Ling Yao sambil tertawa puas. Dengan jarinya menyundul kepala Ling Chu, "Tapi.. jika kamu menjauh dari Guo Chen dan 'tak kembali' ke kota ini, aku akan menghapus foto dan video mesummu"
"Jadi.. kamu datang ke kamarku hanya untuk mengancamku?" Gumam Ling Chu, meremas foto di tangannya. Ling Yao bertindak terlalu jauh, mengancam dirinya dengan foto yang diambil diam-diam.
"Kamu bisa menganggapnya seperti itu.. Sejujurnya aku ingin membantu keluarga Ling keluar dari kekacauan saat ini"
"Apa?" kata Ling Chu tak percaya.
"Kamu lihat? Sekarang Guo Chen koma, dia mengalami kecelakaan saat bersamamu. Tentu saja Kakek Guo tidak akan tinggal diam, pria tua itu pasti akan membalas dendam pada Keluarga Ling kar'na dirimu" Kata Ling Yao yang duduk di samping Ling Chu, menunjuk-nunjuk bahunya.
Mengambil salah satu foto Ling Chu dan memainkannya sebagai kipas. Ling Yao tersenyum polos, "Aku tahu kamu tidak mau pergi, jadi aku menggunakan cara kotor ini untuk mengusirmu"
"Ling Yao! Kamu tahu bukan aku yang melakukannya" Bentak Ling Chu dengan kesal melempar foto-foto itu ke wajah Ling Yao.
Diruangan yang sepi terdengar nafas halus Ling Chu. Dadanya naik turun karena menahan emosi.
"Begitukah? Tapi.. siapa yang peduli benar atau salah saat Kakek Guo percaya kamulah penyebabnya Hahaha!" Ling Yao sangat senang melihat Ling Chu sedikit terdistorsi. Kesengsaraan yang datang secara perlahan-lahan memang lebih asik di tonton.
Mata Ling Chu melebar tertuju pada tawa gila Ling Yao, terbesit dipikiran Ling Chu bahwa Ling Yao dalang dibalik perundungannya bisa juga menjadi dalang dari kecelakaan Guo Chen, "Kamu-! Jangan bilang.."
"Hmm.. Apa?" tanya Ling Yao sambil menyeringai tanpa rasa bersalah. Bahkan jika Ling Chu tahu dia adalah pelakunya, apa yang bisa dilakukan Ling Chu.
Ling Chu tidak memiliki bukti bahwa Ling Yao dalang dibalik tragedi Guo Chen. Terima kasih pada pria itu, dia sangat lihai menghilangkan jejak.
"..Ling! Yao!"
Beberapa hari tersiksa secara mental, emosi Ling Chu yang tak stabil meletus. Kesabarannya dengan cepat menghilang.
Sebelum Ling Yao bereaksi Ling Chu menerkamnya, ia menjambak kuat rambut wanita itu seperti ingin mencabut sampai ke akarnya.
"Ah! Haha! Kamu pikir dengan menyiksaku seperti ini, semua masalah akan hilang! Ah!"
Tersulut emosi Ling Chu dengan impulsif mengambil patung kecil dari rak meja rias dan membenturkannya ke kepala Ling Yao hingga patung di tangan Ling Chu pecah.
Kamera kecil seukuran kelereng, keluar dari dalam patung itu. Ling Yao pernah sekali datang ke kamarnya diam-diam, dia pasti mendapat foto dari kamera ini.
"Lihat betapa jeleknya kamu saat marah! Ck, betapa sialnya Guo Chen memiliki kekasih sepertimu" kata Ling Yao menghapus noda darah di dahinya tanpa merasakan sakit apapun.
"Dunia ini akan lebih sial kalau kamu menjadi pasangan Guo Chen" Kata Ling Chu memungut kamera kecil di lantai.
Ling Yao menggertakkan gigi, "Apa?"
"Kamu licik juga menjijikan, menggunakan metode kotor untuk menjatuhkan lawan. Pantas bila Guo Chen tidak ragu putus denganmu"
Ling Chu merobek luka terpendam di hati Ling Yao. Tiba-tiba Ling Yao dengan gesit mendorong tubuh Ling Chu menabrak lemari pakaian.
"Tutup mulutmu! Semuanya kar'namu! Jika kamu tidak ada, Guo Chen tidak akan berpaling dariku!" Ling Yao yang marah menekan kepala Ling Chu di lantai. Tangan lainnya mengambil serpihan tajam dari patung yang terbelah, bersiap menusuk kepala Ling Chu.
"Ling Yao! Ling Chu! apa-apaan kalian?!" Bentak Ayah Ling menemukan kedua putrinya berkelahi. Dia mendengar teriakan dan barang pecah saat melewati lorong lantai dua. Siapa sangka mendapat kejutan begitu besar hari ini.
"Ah! Xiao Chu! Xiao Yao! Kenapa kalian bertengkar?!" Pekik Ibu Ling terkejut dengan kerusuhan di kamar Ling Chu.
"Ling Yao, buang benda di tanganmu" Ayah Ling masuk ke dalam kamar, mencoba melerai keduanya tapi Ling Yao dengan keras kepala menggenggam benda tajam untuk melukai Ling Chu, "Ling Yao!"
"Kamu beruntung Ayah disini" Gumam Ling Yao membanting di samping kepala Ling Chu.
Benda itu pecah, serpihannya melukai pipi Ling Chu. Sensasi digigit semut merayap di pipi putih Ling Chu, darah segar dengan cepat turun ke lantai.
Plak!
Suara tamparan renyah mengheningkan suasana kacau di kamar Ling Chu. Ayah Ling menampar Ling Yao yang bersikap kasar seperti sembilan tahun lalu, "Ling Yao! Kenapa kamu bertengkar dengan adikmu?! Berapa usiamu sekarang?!"
Ling Chu melirik Ling Yao menatapnya dengan kebencian, dia muak dengan kata 'adik' dari mulut Ayah Ling, "Dia bukan adikku! Sampai kapan Ayah mencoba menipuku!"
"Jaga ucapanmu! Pergi ke ruang kerja" kata Ayah Ling memerintahkan Ling Yao mengikuti di belakangnya.
Ibu Ling menghampiri Ling Chu, ia mengobati luka di wajah Ling Chu dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ling Chu merasa saat ini adalah waktu yang tepat menceritakan kekejaman Ling Yao terhadap 'Ling Chu'. Ibu Ling adalah orang tuanya, ia berhak tahu apa yang terjadi pada 'Ling Chu'.
Setelah menceritakan sandiwara saudara baik dan kebenaran perundungan selama tujuh tahun. Mata Ling Chu memiliki kebencian. Ya, mungkin ini kebencian 'Ling Chu' pendam pada Ling Yao.
"Nak, Ibu tidak menyangka kamu melewati masa berat ini sendirian. Jangan menangis, Oke? Ibu bersamamu" Kata Ibu Ling memeluk Ling Chu yang gemetar setelah menceritakan dirinya.
"Aku tidak menangis Bu.." Kata Ling Chu dengan suara sengau. Sungguh memalukan menangis seperti beruang besar.
"Emm, Ibu mengerti sayang. Ada debu dimatamu"
Perkataan Ibu Ling semakin membuat Ling Chu malu, dia berdiri mulai membersihkan kamarnya yang berantakan.
Semalaman Ibu Ling tinggal dan membantu membereskan kamar putrinya. Ia melihat foto Ling Chu setengah telanjang yang diambil Ling Yao. Ibu Ling memasukkan semua dalam sakunya. Dia akan membakar semua foto-foto ini setelah selesai mengurus Ling Yao.
Dalam beberapa hari, kediaman Ling mengalami kekacauan. Ayah dan Ibu Ling sibuk mengurus masalah yang terjadi akibat penyerangan Penatua Guo. Keluarga Jiang membantu Keluarga Ling dari belakang, mereka tidak berani kentara karena takut membenarkan rumor yang tersebar.
Disisi lain Ayah Ibu Ling harus merawat kedua putri mereka yang bermusuhan satu sama lain. Untuk hukuman Ling Yao, Ayah Ling dengan tegas mengurung Ling Yao di kamar. Tidak membiarkannya keluar dalam jangka waktu tertentu.
Dalam ruang kerja Ayah Ling, Ibu Ling yang mengenakan piyama tidur menutup dokumen yang dia sortir. Ia melirik suaminya yang kelelahan menghadapi keluarga Guo.
"Sayang, aku setuju denganmu" Kata Ibu Ling menyerahkan dokumen pada Ayah Ling.
Ayah Ling yang membaca laporan terdiam kemudian mengangguk setuju, "Aku mengerti, akan kuhubungi keluarga Jiang"
"Em, aku harap putri kita bisa menerima pilihan ini" Kata Ibu Ling tersenyum kecut.
Ayah Ling berjalan menghampiri dan memeluk Ibu Ling, dia tidak ingin istrinya menyesal pada keputusan mereka, "Jangan khawatir, putri kita tidak akan menolak. Dia pintar sepertimu, tahu pilihan mana yang terbaik"
.
.
.
Seminggu berlalu, Ling Chu menutup koper terakhir yang harus dibawa. Ia pakaian lengan panjang dan topi berbulu yang dibelikan Guo Chen.
Ling Chu menekan panggilan ke Ibu Ling, "Ibu, aku sudah siap"
"Baik sayang, tinggalkan kopermu. Pelayan akan membawa turun. Kamu turun sarapan dulu" Kata Ibu Ling.
"Oke" Ling Chu menutup panggilan, mengambil tas selempang yang ia siapkan.
Turun ke lantai satu pergi ke ruang makan. Ling Chu tersenyum melihat Jiang Shu duduk dengan pakaian rapi, "Pagi, Ayah, Ibu, Kakak Shu"
"Cepat duduk dan makan. Nanti kalian ketinggalan pesawat" Kata Ibu Ling
Selesai sarapan pagi, Ayah dan Ibu Ling mengantar Ling Chu ke teras depan. Mobil Jiang Shu sudah menyala bersiap berangkat.
"Sayang, hati-hati. Setelah sampai jangan lupa hubungi kami" Kata Ibu Ling memeluk Ling Chu.
Ayah Ling mengusap kepala Ling Chu dan berkata pada Jiang Shu, "Tolong jaga putriku"
"Aku mengerti, Paman tidak perlu khawatir" Balas Jiang Shu.
Langit sangat cerah dengan udara sejuk, Ling Chu tersenyum tipis tapi tidak bisa menutup kesedihan di matanya.
Ling Chu tidak punya pilihan selain pergi dari negara ini. Meninggalkan orang terdekat dan kekasihnya, Guo Chen.
Apa yang dikatakan Ling Yao benar, Penatua Guo membalas dendam pada Ling Chu dengan mengikis bisnis keluarga Ling.
Satu-satunya hal yang bisa menyelamatkan keluarga Ling adalah membiarkan Ling Chu pergi dari kota A. Dengan begitu bisa meredakan sedikit amarah Penatua Guo.
"Xiao Chu, sudah saatnya untuk pergi" Kata Jiang Shu membuka pintu mobil dan mengulurkan tangannya pada Ling Chu.
Ling Chu : "Em, Ayah, Ibu, selamat tinggal" Guo Chen saat kamu bangun, aku akan kembali padamu.