Berlari menyalakan tv, Ling Chu menyetel drama yang sedang populer bulan ini.
Meletakkan tasnya di kamar lalu kembali ke ruang tamu, mengeluarkan kotak makanan Bibi Guo.
Tak lupa ia mengambil sepiring penuh nasi.
Ling Chu makan masakan Bibi Guo dengan lahap. Sup bola-bola ikan, tumis daging jamur dan kaki ayam pedas adalah menu favoritnya.
Dia terharu Bibi Guo memberi banyak lauk yang Ling Chu sukai. Seolah tahu bahwa Ling Chu akan dengan rakus menghabiskan ketiga hidangan tersebut.
Setelah Ling Chu tidak sanggup makan, ia memindahkan masakan Bibi Guo ke piring berukuran sedang agar Ling Yao tidak curiga kalau Ling Chu hampir memakan seluruh hidangan.
Ling Chu yang selesai mencuci kotak makan Bibi Guo. Menemukan sepucuk surat yang terselip dalam tas makan.
Ling Chu tersipu malu ketika membaca surat Bibi Guo yang ditujukan padanya.
'Xiao Chu, Bibi memberi banyak lauk kesukaanmu. Jangan lupa sisakan untuk Xiao Yao'
Tersenyum kikuk, Ling Chu pura-pura tak melihat surat itu. Dia pergi ke kamar bersiap untuk mandi.
Merenggangkan tubuh yang penat. Ling Chu berjalan-jalan di sekitar ruangannya, menunggu bathtub terisi air hangat.
Saat berendam dalam bathtub, ia menghela lega. Air hangat merilekskan otot-otot yang kaku.
Ling Chu menekan tombol remote untuk membuka gorden dari jendela setinggi dua meter. Pemandangan matahari terbenam di tengah perkotaan, cukup memanjakan mata Ling Chu.
Jari rampingnya menekan kalung ruby yang sudah lama tak disentuh. Layar muncul menampilkan progress bar telah berjalan 80%. Ling Chu dengan sabar membaca cerita yang masih dalam proses mengetik.
Terakhir kali novel XXXXX menceritakan kegiatan yang dilakukan Xie Ran, sang protagonis perempuan.
Sekarang nama Guo Chen protagonis pria disebutkan. Fokus cerita akan membahas kehidupan dari sudut pandang Guo Chen.
Ekspresi Ling Chu menjadi jelek saat selesai membaca. Dengan cemberut Ling Chu melambaikan tangan pada layar, memaksa layar untuk mengabur dan hilang.
Ling Chu sangat kesal pada Guo Chen yang berbohong padanya.
Pria itu mengatakan sibuk dengan pekerjaan. Nyatanya ia pergi minum-minum di club malam bersama wanita-wanita cantik berdada besar lagi.
Suasana hati Ling Chu rusak oleh penipu ulung bernama Guo Chen. Ling Chu segera berdiri meninggalkan bathtub dan membasuh tubuhnya.
Dia tak tahu mengapa dadanya terasa sesak dan sakit oleh perilaku Guo Chen. Yang jelas Ling Chu sangat-sangat kesal hingga ingin memukul kepala orang itu.
Mengatur nafas untuk menenangkan diri. Ling Chu mengalihkan pikirannya pada pekerjaan rumah yang belum sempat ia selesaikan.
Berkat kecerdasan tinggi 'Ling Chu', tak sampai satu jam Ling Chu merapikan buku pelajaran bersiap untuk rebahan di kasur.
Ling Chu menangis tanpa air mata, berharap bisa membawa IQ cerdas ini ketika kembali ke dunia asalnya. Bahkan jika dia malas-malasan, Ling Chu bisa mengerjakan ujian sekolah dengan baik.
Dering panggilan dari ponsel mengejutkan Ling Chun, nama Shen Fei muncul pada layar ponselnya.
Meski mereka sudah tak berteman lagi, Ling Chu tidak pernah menghapus nomer Shen Fei.
Belum sempat Ling Chu mengangkat panggilan Shen Fei, ponsel itu berhenti berdering.
Sepertinya Shen Fei tidak sengaja menekan nomernya.
Ding!
'Sayang, jangan lupa untuk kembali bersama Xiao Yao. Ibu merindukanmu'
Pesan Ibu Ling mengingatkan Ling Chu bahwa lusa adalah hari ulang tahun Ibunya. Dia lupa membeli kado untuk ibu Ling.
'Iya Bu. Aku juga merindukanmu' balas Ling Chu pada pesan Ibu Ling.
Dia mulai menelusuri internet, mencari kado yang cocok untuk ibunya.
Biasanya Ling Chu memberi kerajinan tangan buatan sendiri untuk hadiah ulang tahun orang tuanya.
Salahkan Jiang Shu yang membuat Ling Chu lupa hal-hal penting yang sudah ia rencanakan.
.
.
.
Shen Fei yang cemas mengitari kamar sambil menggigit jari hingga kuku cantiknya sedikit terkoyak.
Rasa perih di kuku tidak ada apa-apanya dengan kecemasan akibat tidak dapat menghubungi Qin Mo.
Seharusnya sore ini, ia bertemu dengan Qin Mo di tempat yang mereka sepakati.
Menunggu selama tiga jam, Qin Mo tidak menunjukkan batang hidungnya.
Hilangnya Qin Mo pasti ada kaitannya dengan Ling Chu. Karena terakhir kali Shen Fei bersama Qin Mo, dia meminta bantuannya untuk bertemu dengan Ling Chu.
Kecemasan berlebih membuatnya panik. Dia tanpa sadar menghubungi Ling Chu.
Sesaat Shen Fei lupa bahwa hubungannya dengan Ling Chu sangat buruk.
Ding!
'Datang ke kedai kopi biasanya'
Mata Shen Fei melebar, ia terkejut dan bertanya-tanya mengapa orang itu mengajaknya bertemu lagi.
Shen Fei menelan ludah, dia memiliki firasat buruk tapi dia tidak bisa menolak orang ini.
Shen Fei mengganti pakaiannya secepat kilat. Ketika dia membuka pintu kamar, Shen Fei bertemu dengan saudara laki-lakinya, Shen Jiu yang baru pulang kerja.
Mata Shen Jiu menyipit curiga pada Shen Fei.
Adiknya berpakaian rapi tergesa-gesa ingin pergi. Shen Jiu tidak dapat menahan diri untuk bertanya, "Mau kemana? Ini sudah malam"
"A-aku akan bertemu dengan dia" kata Shen Fei dengan ambigu.
"Siapa dia?" tanya Shen Jiu semakin curiga. Dia tidak akan membiarkan adiknya pergi dengan orang asing.
"Orang yang Kakak minta agar aku berteman dengannya" kata Shen Fei menghindari tatapan Kakaknya. Dia tidak ingin menyebutkan nama orang yang dikagumi kakaknya.
"Ah, dia~" kata-kata Shen Jiu terhenti, raut wajahnya menunjukkan kegembiraan.
Shen Jiu menepuk pundak adiknya berkata dengan nada memanjakan, "Xiao Fei sangat patuh, kamu harus berteman baik dengannya atau Kakak akan kecewa"
Bulu mata Shen Fei bergetar menahan gejolak tak nyaman. Dia berusaha tersenyum dengan mengepal erat tangannya, "Ya, selama Kakak senang, Shen Fei bahagia"
Shen Jiu dengan bodoh terus memuji orang itu seperti bucin sejati.
Dia mengantar Shen Fei sampai ke depan rumah. Tak menyadari ketidakbahagiaan di wajah Shen Fei.
Shen Fei cemberut menatap Shen Jiu tersenyum bodoh karena orang itu.
Selama perjalanan, Shen Fei terlihat murung dan pendiam. Ia tidak menyukai orang itu namun suatu keadaan memaksa Shen Fei untuk memiliki hubungan baik dengannya.
Tiba di kedai kopi biasa mereka bertemu. Shen Fei melihat sosok wanita dengan anggun meminum kopi sambil memandangi ponsel.
Sadar akan kedatangan Shen Fei, wanita itu meletakkan cangkirnya sambil tersenyum kecil seperti rubah licik, "Xiao Fei, akhirnya datang juga"
"..Kakak Yao, maaf membuatmu menunggu"
"Tak apa. Seharusnya aku tidak memanggilmu secara dadakan" kata Ling Yao sambil menggeser cangkir ke samping bersama gelas dan piring kosong lainnya, "Apa ada yang ingin kamu pesan?"
"Satu iced latte" kata Shen Fei pada pelayan.
Saat pelayan itu pergi, Shen Fei langsung ke berbicara keintinya. Dia tidak ingin berlama-lama dengan wanita rubah ini, "Kenapa Kakak Yao memanggilku kemari?"
"Xiao Fei sangat tidak sabaran" kata Ling Yao menyipitkan mata, "Aku akan memberimu hadiah. Tunggu sebentar"
Ling Yao merogoh tas, mengeluarkan map berisi beberapa kertas ujian dengan tulisan berisi nama Ling Chu.
Shen Fei membaca salah satu kertas ujian, tak ada satupun jawaban yang benar. Shen Fei menelan ludah, terlintas tujuan Ling Yao dibenaknya.
Ling Yao menyuruhnya menukar kertas ujian Ling Chu dengan yang palsu. Dia ingin mengacaukan hasil ujian adiknya sendiri.
Sebagai gantinya wanita itu memberi soal-soal ujian tahun ini pada Shen Fei.
"Xiao Fei, aku tahu kamu cukup pintar. Kamu tahu'kan apa yang kuinginkan?" Senyum lembut masih ada dalam ekspresi Ling Yao namun mata itu tidak seindah dan sebersih Ling Chu. Matanya keruh dan gelap penuh kedengkian.
Ini bukan pertama kalinya Ling Yao menyuruh Shen Fei melakukan pekerjaan kotor untuk menangani Ling Chu.
Dua bulan lalu, Ling Yao dalam keadaan marah memanggil Shen Fei. Ia memaki perilaku Ling Chu terhadapnya.
Memerintah Shen Fei untuk memberi Ling Chu pelajaran dengan mendorongnya dari tangga.
"Ada apa? Xiao Fei tidak mau?" Ling Yao memicingkan matanya. Kemudian menatap kuku cantiknya dengan sembrono, "Ah~ Aku ingat sahamku cukup untuk mengguncang keluarga Shen"
Emosi negatif dan berbahaya terpancar kuat dari Ling Yao membuat Shen Fei tak tahan hingga berkeringat dingin. Ling Yao selalu mengancamnya seperti ini.
Ketika dia masih duduk di bangku SMP, perusahaan keluarga Shen menghadapi krisis besar.
Ling Yao mengetahui kesulitan keluarga Shen dari gosip yang beredar di kakaknya. Ling Yao meminta Ayah Ling untuk membantu keluarga Shen dengan namanya.
Sejak bantuan Ling Yao, Shen Jiu mulai mengagumi wanita rubah ini, mengatakan dia adalah malaikat yang Tuhan kirim untuknya.
Bahkan Shen Jiu dan orang tuanya memaksa Shen Fei untuk berteman baik dengan Ling Yao daripada Ling Chu, anak tiri keluarga Ling.
Shen Fei menuruti permintaan mereka, ia berhasil berteman baik dengan Ling Yao. Teman yang akan melakukan sesuatu untuknya ketika Ling Yao butuh.
Jika Shen Fei menolak permintaannya, Ling Yao akan menarik seluruh sahamnya dari perusahaan Shen.
Dia tidak berani menentang karena ucapan Ling Yao bukan ancaman semata.
Shen Fei tak bisa melepaskan diri dari jeratan Ling Yao. Tidak tahu sampai kapan ia harus hidup di bawah tekanan wanita ini.
Dengan enggan Shen Fei mengangguk setuju, "Tidak, aku mengerti. Kakak Yao tidak perlu khawatir. Aku akan melakukannya"
"Xiao Fei sangat pintar! Seandainya aku memiliki adik sepertimu, pasti menyenangkan" kata Ling Yao yang tertawa menggoda Shen Fei.
Shen Fei : "....." Aku bersyukur tidak menjadi adikmu.