Bel sekolah Ling Chu berbunyi, semua murid bersemangat untuk pulang kecuali Ling Chu. Sejak istirahat kedua Ling Chu tetap duduk tidak bergerak dari bangku.
"Hei~ Ling Chu, kenapa kamu tidak berdiri? Kakimu patah? Hahaha" Ejekan dari salah satu gadis pengganggu Ling Chu di sekolah, Shen Fei.
Seseorang yang seharusnya menjadi sahabat kini berubah menjadi tukang bully.
Jika Ling Chu ingat Shen Fei menembak ketua Osis SMP mereka di depan kelas, ketua Osis menolak Shen Fei karena menyukai orang lain yaitu Ling Chu.
Rumor cinta segitiga menyebar seperti api diterpa angin, persahabatan Ling Chu dan Shen Fei segera hancur.
Shen Fei mulai membentuk geng perundungan, dia melampiaskan kekesalannya dengan mengganggu orang lain terutama Ling Chu.
Shen Fei mengajak kedua pengikut kecilnya, siap mengusik Ling Chu yang tidak bisa berdiri dari kursi.
Saat istirahat kedua, mereka memberi lem pada bangku Ling Chu membuat roknya menempel. Ling Chu memandang mereka dengan tatapan sayu, menunjukkan ketidakpedulian.
Ling Chu tidak ingin merespon mereka agar mereka cepat bosan dan meninggalkan dirinya sendiri seperti sebelumnya.
Shen Fei dan gerombolannya tampak seperti orang bodoh yang menggertak batu.
Tidak ditanggapi, Shen Fei kesal menunjuk wajah Ling Chu dan memaki dirinya sebelum pergi.
Kelas kosong hanya menyisakan Ling Chu seorang diri. Beruntung Ling Chu lupa memasukkan pakaian olahraga ke dalam loker. Dia memakai celana olahraga kemudian dengan santai melepas rok sekolahnya.
Ling Chu menghela pada rok hitam berpola emas yang merekat di kursi.
Secara biaya sekolah elit kalangan bangsawan sangat mahal begitu juga harga perlengkapan seperti buku pelajaran dan seragam tidaklah murah. Ling Chu terpaksa membuang rok dengan sia-sia kar'na ulah Shen Fei.
Awalnya Ling Chu berharap hubungan mereka dapat diperbaiki tapi dalam tiga tahun terakhir tidak membuahkan hasil. Hanya rasa sakit dan kekecewaan yang Shen Fei berikan pada Ling Chu.
Semua kekejaman Shen Fei membuat Ling Chu sadar, Shen Fei tidak layak lagi untuk menjadi sahabatnya.
Sekarang dia hanya seorang perundung yang harus diberi pelajaran. Ling Chu benar-benar ingin membalasnya, "Kau tunggu saja, Shen Fei"
Ling Chu berjalan keluar gerbang, dia bertemu pemuda tampan yang mengenakan kaos putih dengan jaket jins hitam melambai padanya.
"Xiao Yan, tumben kamu ke sini?" Tanya Ling Chu tersenyum, dia membalas lambaian tangan pemuda itu.
Pemuda itu melepas kacamata, wajah segar penuh kenakalan sebelumnya sedikit memudar. Pemuda bermata biru itu adalah Guo Yan, adik Guo Chen.
Guo Yan satu tahun lebih tua dari Ling Chu, sekarang dia berkuliah di kampus dimana semua protagonis berada.
"Kakak Chen dan lainnya mengajak makan bersama di resto Hiji. Kakakmu memintaku menjemputmu, dia bilang kamu sangat suka makanan di sana. Ayo!" Kata Guo Yan merangkul bahu Ling Chu dengan santai.
"Kamu percaya aku suka makanan mentah?" Kata Ling Chu yang dibawa paksa Guo Yan. Ling Chu paling tidak suka makanan mentah dan resto Hiji adalah restoran spesialis makanan sashimi.
"Haha, berpura-puralah menyukainya" Kata Guo Yan mendorong Ling Chu masuk ke mobil.
Ling Chu memutar matanya dengan malas memasang sabuk pengaman, "Haa.. sungguh aku tidak ingin bertemu dengannya"
Guo Yan mengangkat alis lalu melirik Ling Chu yang memandang jalan dengan wajah bosan "Siapa? Jiang Shu? Jiang Mu?"
"Kamu berpura-pura bodoh? Siapa lagi kalau bukan Kakakmu, Guo Chen" Kata Ling Chu kesal, dia melipat kakinya dengan santai.
"Hei turunkan kaki kotormu atau turun disini" ancam Guo Yan yang kesal karena Ling Chu mengotori mobil kesayangannya lagi. Dia bahkan lupa menanggapi ucapan Ling Chu sebelumnya.
Ling Chu : "Fokus saja menyetir, nanti ku lap tisu basah"
Guo Yan : "Aku membayar cuci mobil ini jutaan dan kamu membersihkan mobilku dengan sehelai tisu basah?"
Ling Chu : "Jika kamu tidak mau, aku tidak akan membersihkannya. Tidak peduli setiapkali naik mobilmu, aku tidak akan mengelapnya"
Guo Yan : "..Tidak, lap saja nanti"
Guo Yan menyetir dengan kecepatan tinggi tak sampai setengah jam mereka telah tiba. Mereka diantar ke ruang VIP lantai tiga.
Ketika pintu terbuka, semua orang didalam menyambut kedatangan mereka terutama Jiang Shu yang secara pribadi menghampiri Ling Chu.
"Xiao Chu, lama tidak bertemu!" Jiang Shu memeluk tubuh Ling Chu lalu mengusap dagunya pada rambut lembut Ling Chu.
"Kakak Shu!" Ling Chu balas memeluk Jiang Shu, diantara semua pria yang ada disini, dia paling menyukai Jiang Shu.
Jiang Shu adalah pria manis dan jujur dalam novel XXXXX, beberapakali dia menghentikan perilaku protagonis pria yang menyimpang. Baginya Jiang Shu termasuk karakter ceria dan baik hati.
"Hei-hei, Kakak Shu berhenti kekanakan, cepat duduk" kata Guo Yan memisahkan kedua orang yang berpelukan dihadapannya.
"Ada apa Xiao Yan? Kamu cemburu?" Tanya Jiang Shu menyipitkan matanya curiga atas gangguan Guo Yan. Jiang Shu mengendus bau disekitar Guo Yan, "Aku mencium bau cuka kuat di sini!"
Semua orang tertawa dengan ejekan Jiang Shu.
"Kakak Shu!" Wajah Ling Chu memerah dia menutupi wajah kecilnya.
Diantara Guo Yan dan dia tidak lebih dari ikatan persahabatan dan saudara tapi tetap saja ucapan Jiang Shu membuat Ling Chu malu dihadapan semua orang.
"Kakak Shu bercandamu mengerikan" Kata Guo Yan yang ujung telinganya, tak kalah merah dari Ling Chu.
Tiba-tiba tubuh Guo Yan kaku saat Guo Chen memandangnya tanpa tertawa. Guo Yan reflek mendorong kedua orang itu untuk segera duduk di kursi kosong.
Semua orang yang hadir di ruang makan adalah karakter inti dalam novel XXXXX. Kedua bersaudara Guo dan Jiang, Ling Yao dan terakhir protagonis wanita, Xie Ran.
Sebagai protagonis dunia Xie Ran memiliki kecantikan alami yang diminati pembaca, kulit putih susu, kelopak mata ganda dengan mata lebar dan jernih serta rambut panjang hitam dengan ikal alami. Sesaat Ling Chu iri terhadap gen dan berkah halo protagonis Xie Ran.
Ling Chu mengamati Xie Ran dengan seksama, dia tidak menyadari ketidaknyamanan pihak lain hingga Jiang Mu merangkul Xie Ran dalam pelukannya.
"Xiao Chu berhenti membuat Ran Ran takut"
Ling Chu : "????" Memangnya apa yang kulakukan?
Melihat Ling Chu tampak kebingungan dengan aksi Jiang Mu, Jiang Shu yang memilin ujung rambut coklat Ling Chu dengan senang hati memberitahunya, "Kamu memelototi Xiao Ran"
"Ya, kamu seperti mengajak Ran Ran berkelahi" Ucap Ling Yao yang merapikan ikatan rambutnya.
"Sungguh?" Tanya Ling Chu pada Guo Yan.
"Ya, itu benar" Suara dalam penuh kelembutan membuat Ling Chu menoleh pada pemilik suara itu, Guo Chen.
"Lihat bahkan Xiao Chen setuju" Jiang Shu menusuk-nusuk pipi Ling Chu dengan rambut yang dia pilin.
"Xiao Chu, jangan dekati Ran Ran" kata Jiang Mu dengan ekspresi serius tapi semua orang tahu bahwa dia bercanda kecuali satu orang.
Ling Chu : "....." What the-