Ke'esokan harinya sepertinya Papa belum mengetahui apa yang sebenarnya yang telah ku tuliskan pada diary ku. Mungkin Wanita picik itu menyembunyikan buku diary ku dari Papa, atau Papa menganggap bahwa itu tidak penting baginya untuk membaca tentang apa saja yang sudah ku tuliskan di sana.
Pagi ini wanita picik itu pergi lebih awal meninggalkan rumah dengan mobilnya. Dia sama sekali tidak menunjukkan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik. Dia jarang sekali membuatkan papa sarapan. Beruntung papa adalah tipe suami yang mandiri, yang masih bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri.
Pagi ini Papa masih mengantarku berangkat ke sekolah tapi sudah tidak mencium ku lagi. Bahkan dalam perjalanan pun Papa tak seperti biasanya, dia hanya diam tanpa bicara apapun.
Disekolah aku mendapat pesan WhatsApp dari wanita busuk itu...
S : temui aku di belakang GOR setelah pulang sekolah, dan jangan pulang ke rumah. Juga kamu harus datang seorang diri tanpa ditemani siapapun..."
S : ingat...jika kamu tidak datang sampai pukul 1:30 maka kamu sudah tahu apa yang bakal aku lakukan.
Setelah membaca pesannya aku tak berniat untuk membalasnya. Namun aku masih ingin tau rencana apa yang sedang dibuatnya untukku.
"Na...hari ini aku perlu bantuanmu...SERIUS"
Ucapku pada Nana pada saat jam pelajaran terakhir.
"Aku mau ketemu istri muda Papaku, sepertinya kali ini dia punya rencana busuk padaku. Tolong kamu awasi dan ikuti aku dari kejauhan. Sekalian anterin aku ke GOR...tapi ntar aku turunnya sebelum GOR saja, karena wanita picik itu tidak boleh tau kalo aku bersama teman"
Kataku pada Nana dengan serius
"Gak masalah sih Win...tapi kok kelihatannya kamu serius banget...kamu gak kenapa-kenapa kan Win??"
Tanya Nana mulai curiga...tapi aku bingung apa kah harus berterus terang atau gimana....
"Na...kita cabut aja sekarang mumpung Bu Mawar lagi diluar"
Ucapku mengajak Nana untuk segera cabut dari jam pelajaran terakhir. Dan kami segera lapor ijin ke piket pura-pura mengantarkan ku pulang dengan alasan sakit karena menstruasi tiba-tiba.
Waktu itu masih pukul 11:10 aku dan Nana cabut dari sekolah langsung ke taman remaja yang tidak jauh dari GOR. Di Sana aku ceritakan semua tentang ancaman wanita jahat itu pada diriku. Dan Nana satu-satunya teman yang bisa memahami ku. Nana bisa menerima posisiku yang mati-matian mencintai Papa.
"Apa tidak sebaiknya kamu berterus terang ke Papa kamu aja Win?? Atau kamu minta Papa kamu untuk membaca diary itu... setidaknya Papa kamu bisa mempercayaimu dan juga percaya kalo wanita jahat itu hanya menginginkan uang Papa dan hartanya saja"
"Iya tapi masalahnya tadi malam aku tak punya kesempatan untuk menjelaskan pada Papa. Dan di rumah pun, sepertinya wanita itu sengaja mempengaruhi Papa agar tidak perlu membahas tentang diary itu" Ucapku pada Nana sahabatku.
"Trus nurut kamu... kira-kira apa yang bakalan dia lakukan sama kamu nanti kalau sudah ketemu di GOR?"
Tanya Nana dengan mata terbelalak, membuatku jadi takut.
"Aku juga belum tau...tapi nurutku pasti sesuatu yang jahat...dia pernah mengancam akan menjadikanku sumber uang" Ucapku dengan cemas pada Nana.
"Maksudnya Win...sumber uang gimana?"
Tanyanya memburu seperti sangat penasaran.
"Aku juga gak tau Na...cuma kalo aku tidak mengikuti perintahnya, dia bakalan nyebarin isi diary itu ke publik, ke teman-teman disekolah... pada semua guru dan kepala sekolah juga teman-teman kerja Papa...aku takut aja kalo dia berniat mau menjual tubuhku untuk menghasilkan uang padanya... Sepertinya dia bukan hanya ingin memanfaatkan Papa, tapi juga ingin mengambil keuntungan dariku"
ucap ku yang semakin mulai cemas. Saat ini aku memang sedang cemas memikirkan diriku dan Papa.
"Lagian kok kamu takut sih Winda...kalo pun misalnya semua orang bakalan tau kamu mencintai Papa kamu sendiri...nurut aku wajar-wajar aja sih, seorang putri kandung mencintai Papa kandungnya sendiri. Kayaknya gak malu-maluin amatlah...Uda banyak cerita-cerita kayak gitu sih, Winda... bahkan cerita di novel novel kisah seperti ini juga gak terlalu di anggap suatu kelainan atau apalah....biasa aja kok"
ucap Nana yang merasa kalo semua ini gak perlu dicemaskan.
"Aku bukan hanya mengungkapkan perasaanku saja dalam diary itu, bukan hanya tentang cintaku pada Papa...tapi aku juga menuliskan semua khayalanku bersama Papa...disitu aku tuliskan semuanya bagaimana Papa mencium ku, merangkulku dan melumat bibirku bahkan...aku menuliskan bagaimana aku merintih dalam tindihan Papa...bagai seorang penulis aku menuangkannya lengkap dengan kata-kata cumbuan penuh nuansa erotis... bagaimana mungkin aku tidak takut dan cemas...sesuatu yang belum pernah ku alami tapi aku mampu menuangkannya dalam bentuk tulisan...dan itu hal yang memalukan Nanaaa..."
Ucapku mulai sedikit menangis. Dan Nana jadi terdiam mendengarkan perkataanku.
"Yang pasti wanita pelacur itu berniat jahat ingin menguras harta dan mengambil keuntungan dari semua yang bisa dia ambil" Ucapku lagi yang semakin membuat Nana terharu memandangi.
"Tapi apa kamu menyadari kalau kamu sudah banyak berubah sekarang Win...Bahkan belakangan ini kata-katamu jauh lebih dewasa dari yang biasanya... tapi kamu juga gampang marah tanpa sebab...kamu terlalu banyak memendam perasaan Win..."
Ucap Winda penuh perhatian padaku.
"Entahlah Na... entah dari mana awalnya aku menjadi tergila-gila pada Papa, aku bukan gak pernah mencoba untuk mundur...tapi semakin hari rasanya aku semakin ingin memiliki Papa... rasanya ingin selalu dipeluk Papa"
"Tapi kalo boleh jujur... Papa kamu memang benar-benar cakep loh Win...Untung saja Papaku gak gitu cakep-cakep banget"
Ucap Nana masih sempat bercanda disaat hatiku lagi cemas.