Chereads / Obsesif / Chapter 18 - Sebaran Kalimat Erotis

Chapter 18 - Sebaran Kalimat Erotis

Hingga beberapa hari kemudian karena aku tidak masuk sekolah, Bu Mawar wali kelasku tiba di rumah pada sore hari pukul 3, tapi waktu itu Papa belum pulang dari kantor. Jadi hanya ada aku dan si wanita Iblis.

"Winda...ibu sebenarnya masih ragu akan berita yang beredar disekolah, rasanya tidak percaya, kalau kamu memang benar-benar menyebar aibmu sendiri"

Ucap Bu Mawar saat berbicara bertiga diruang tamu.

"Winda tak pernah menyebar berita apa pun Bu... Winda tak pernah melakukannya. Seseorang telah merampas ponsel Winda beberapa hari lalu...dan wanita jahat inilah penyebab semua kebohongan ini"

Ucapku sambil menunjuk tegas pada si wanita jahat itu yang ikut duduk mencampuri pembicaraan antara aku dan Bu Mawar.

"Oooh jadi kamu menyebar berita pada orang-orang disekolah, untuk memamerkan, bahwa kamu tergila-gila dan terobsesi pada Papa kandungmu? dan sekarang kamu mengarang cerita dengan menuduhku sebagai penyebabnya??" Sindirnya memojokkan ku.

"Ini semua benar-benar rencana kotormu...kau bahkan ingin menjual ku dengan pria hidung belang..."

"Cukup!!!" Bentaknya tiba-tiba

"Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti, karena aku akan membongkar semua fitnahan dan kebohonganmu.

Karena kamu demi cinta obsesif mu, ingin menghalalkan segala cara agar aku berpisah dengan Papamu, dan agar kamu dapat bersetubuh dengan Papamu seperti yang kau tuliskan pada buku diary mu."

"Bu Mawar...ibu bisa buktikan sekarang kalo Winda ini benar-benar pembohong...silahkan ibu panggil nomor ponselnya lewat ponsel ibu..kita buktikan kalo memang ini anak sangat pintar berbohong"

Ucap wanita iblis itu pada Bu Mawar, dan segera Bu Mawar mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mencoba mencari nomorku pada ponselnya, lalu...

"Kriiiiiinggg kriiiiiinggg kriiiiiinggg... kriiiiiinggg kriiiiiinggg kriiiiiinggg"

Suara ponselku berdering dari dalam kamarku dan sangat jelas terdengar.

Aku benar-benar tidak menyangka semua rencana busuk si wanita iblis ini tersusun dengan rapi.

Dan ternyata saat aku dirawat di rumah sakit selama tiga hari, Wanita iblis itu telah meletakkan ponselku didalam kamarku secara diam-diam. Dia menaruhnya di atas lemari jadi aku tidak pernah melihatnya saat aku sudah pulang dari rumah sakit.

"Naah...ibu bisa dengar sendiri kan suara deringan ponsel Winda ada di kamarnya"

Sontak aku dan Bu Mawar terkejut sambil mengarahkan pandangan ke arah kamarku tempat sumber suara deringan ponsel.

"Dia ini emang pinter berbohong, itu sebabnya Papanya sangat membencinya dan ingin mengirimnya ke rumah sakit jiwa"

Ucap wanita itu semakin lancar menyerang dengan kepicikannya.

"Winda...ibu benar-benar mengkhawatirkan mu...mungkin sebaiknya kamu perlu konseling ke psikiater...ibu khawatir kamu semakin tak mampu mengontrol emosi, ibu rasa semuanya sudah jelas hari ini...dan kamu boleh saja mengajukan surat pindah sekolah jika memang kamu sudah tak ingin bersekolah di SMA Dirgantara. Ibu bisa bantu membicarakannya pada kepala sekolah"

Ucap Bu Mawar seolah sangat percaya dengan semua kelicikan si wanita iblis.

"Tapi Bu Mawar, Winda bisa menjelaskan yang sebenarnya, ini tidak seperti yang ibu kira...semua ini rencana busuk Tante Shania...."

"Bu Mawar...Bu Mawar biarkan Winda menjelaskan..."

"Maaf Winda...kamu benar-benar butuh konseling...ibu sangat mencemaskan kesehatanmu. Dan ibu rasa semuanya sudah cukup...ibu harus pulang karna sudah tidak ada lagi yang harus kita bicarakan"

Ucap Bu Mawar seolah tak ingin mendengar penjelasan dariku.

Sore itu Bu Mawar pamit pulang secara terburu-buru pada wanita iblis itu. Ya, aku semakin tertindas oleh kepicikan wanita berhati iblis.

Pukul 6 sore Papa pulang dari kantor... seperti biasa, walaupun wajahnya tak pernah ramah lagi padaku namun masih mampu menciptakan getaran dahsyat di hatiku. Kharisma Papa tak akan pernah kabur dalam lamunanku.

*******

"Winda tau, hatimu terlalu mahal untuk kumiliki Papa...namun dalamnya rasa kagum ini, tak akan pernah berhenti untuk terus mencintaimu... seandainya saja aku bukanlah Putrimu, mungkin saat ini kita telah bersama dalam ikatan suci"

"Kau adalah kado terindah buatku Papa...mana mungkin aku membiarkanmu jadi milik orang lain... lihatlah pengorbananku Papa, lihatlah deritaku... aku rela menjadi gila dan mati rasa untuk pria lain...hanya untuk mengejar cintamu"