"Om tau, kita semua saat ini sedang berduka. Tapi sebelum Mama meninggal pun kamu sudah terlihat seperti orang yang berbeban berat, seperti orang yang sedang menyimpan amarah..."
Ucap Om Danu seolah diriku ini sudah tampak parah dan berantakan. Padahal aku baik-baik saja.
"Kata-katamu terkadang jauh lebih dewasa dari usiamu...om pikir kamu perlu istirahat untuk menenangkan diri. Kamu terlalu mencemaskan Papamu, padahal beliau mungkin sedang berbahagia di sana, bahkan saat pemakaman mbak Sari... Papamu terlihat sehat dan baik-baik saja"
Ucapan Om Danu seolah mematahkan semangat juangku untuk mendapatkan Papa...
"Seandainya kalian semua tau apa yang sedang kurasakan, seandainya kalian semua tau betapa dalamnya rasa cinta ini untuk memiliki Papa...mungkin kalian juga akan berada di pihak si wanita picik itu."
Ucapku dalam hati sambil menangis.
"Windaa...." Ucap Tante Vina waktu itu sambil memelukku.
"Winda..kami semua sangat mencemaskan mu, Tante tau kalo kamu tidak suka Papamu menikah lagi, tapi kamu tidak bisa menentang keputusan Papa kamu... karena sebagai anak, kamu juga belum tentu bisa selamanya bersama Papamu... karena suatu hari nanti kamu juga akan menikah...kamu juga akan hidup dengan seseorang pilihan hatimu"
Sambil menangis aku berkata :
"Tidak Tante.... tidak."
"Aku tidak akan pernah membiarkan Papa menikah dan hidup bersama wanita picik itu, Winda tau siapa wanita itu Tante...wanita picik itu hanya ingin harta Papa...aku harus segera menyelamatkan Papa dari semua permainan kotor si wanita picik itu"
"Karena kepicikannya sekarang dia meminta ingin dibelikan rumah mewah, dan karenanya Papa sekarang ingin menjual rumah yang kita tempati. Winda gak akan membiarkan segala rencana busuknya berjalan dengan lancar... Winda harus bisa melepaskan Papa dari rayu-rayuannya."
Ucapku dengan lancar sambil menangis.
"Cukup Winda, cukup! Kamu ini sedang mengalami masalah depresi berat, rasa curigamu, rasa cemburumu dan semua kesedihan mu.. itu hanyalah ilusi dan khayalanmu saja...kamu terlalu jauh memikirkan hal-hal negatif...itu hanya akan merusak kesehatanmu"
Ucap om Danu cemas mencoba menenangkan pikiranku.
"Kenapa semua orang tak ada yang percaya dan kenapa kalian semua menganggap Winda seolah Winda sudah tak waras seolah diri ini sudah dirasuki pikiran jahat..."
"Tante dan Om bahkan tidak pernah tau, bagaimana lamanya hati ini menantikan kebahagian dalam rumah...kalian semua tidak pernah tau kalo aku telah melewatkan masa-masa kecilku, dengan tidak mendapatkan kasih sayang... karena Mama dan Papa hanya bertengkar dan bertengkar setiap harinya...aku hanya dapat menangis, bersembunyi didalam kamar.... bertahun-tahun aku hidup, tanpa pernah ada yang peduli, tanpa pernah ada yang bertanya....bahagia kah hidupku? Apakah aku baik-baik saja???"
"Ti dak...tidak, aku tidak pernah bahagia, aku tidak pernah melewati hari-hari bahagia dari mulai kecil, kecuali sedang perayaan ulang tahunku yang ke 10...dimana pada saat itu Papa dan Mama memelukku erat...mencium ku dan membawaku bermain ke water park...hanya itu satu-satunya kebahagiaan yang pernah kuingat dimasa kecilku...karena Papa dan Mama tidak pernah tau, kalo aku menangis tiap kali mereka ribut dan bertengkar"
Aku masih terus menangis dan berkata-kata saat Tante Vina memelukku.
"Baru saja Winda menemukan kebahagiaan Tante...baru saja Winda mendapat perhatian penuh dari Papa... rasanya baru kemarin Papa benar-benar peduli dan perhatian sama Winda...tapi kenapa setiap orang sepertinya ingin merampas Papa dari Winda...Winda tak ingin Papa meninggalkan Winda..."
Rasanya kepalaku hampir pecah saat itu karena menangis terus-menerus.
"Ya Allah Winda..." Ucap Tante Vina ikut menangis sambil memelukku.
"Sedewasa inikah dirimu sekarang... maafkan Tante dan Om... karena selama ini Om dan Tante tidak pernah tau apa yang telah terjadi antara Mama dan Papamu, Tante tak pernah tau kalo kamu telah banyak mengalami tekanan hidup sejak kecilnya"
"Maafkan Tante dan Om...tapi Tante juga gak mau kalo Winda terus-menerus merasa kecewa dan sedih...karena Winda sekarang sudah dewasa dan Winda harus memikirkan masa depan Winda, sekolahmu dan kesehatanmu."
Peluk Tante Vina penuh kasih sayang.
"Emm... Winda...suatu hari nanti jika kamu butuh bantuan jangan segan-segan untuk bicara pada Om dan Tante. Dan perlu kamu ketahui, semua sertifikat tanah dan juga Apartemen-apartemen Warisan milik Opa yang telah menjadi bagian almarhum Mama, itu semua milik kamu. Om dan Almarhum Mama sudah memiliki bagian masing-masing. Semua dokumen-dokumen dan surat berharga yang menjadi hak milik Almarhum masih Om simpan. Dan kamu bisa meminta pada Om kapan saja kamu perlu"
Ucap Om Danu untuk terakhir kalinya sebelum aku pamit untuk pulang ke rumah Papa. Namun aku tidak begitu terlalu mempedulikan harta, dan aku masih yakin dan percaya dengan Om Danu. Karena kehidupan Om Danu disini jauh lebih mewah dibanding Mama dan Papa.