Chereads / Obsesif / Chapter 8 - Oh Mama

Chapter 8 - Oh Mama

Sekira pukul 6 petang. Aku dan Om Danu tiba di rumah sakit tempat Mama dirawat secara intensif. Saat melangkah, menaiki tangga pintu masuk pun, perasaan ku sudah begitu cemas dan tak tenang. Terbayang akan wajah Mama yang lembut penuh arti sedang menanti kehadiranku, hingga tanpa sadar air mata ini menetes membasahi pipi. Ingin rasanya menumpahkan segala rasa sedih dan kecewa di hati pada Mama, tapi itu tidak mungkin kulakukan mengingat kondisi Mama yang sangat kritis.

"Winda...???

Ucap Tante Vina istri Om Danu, saat melihatku dan Om Danu berjalan dari arah pintu menuju keruangan tempat Mama berbaring tak berdaya.

"Tante... bagaimana keadaan Mama Tante? apakah Mama baik-baik saja, bagaimana keadaannya sekarang?"

Ucapku mulai menangis pada Tante yang saat itu sedang berjaga-jaga diluar ruangan Mama bersama Naila dan Tari kedua putri Om Danu.

"Winda...Mama baru saja dipindahkan dari ruangan ICU...saat ini kondisinya tidak stabil dan selalu mengigau menyebut namamu...dan Mama baru saja beristirahat karena sudah hampir empat hari ini tak dapat tidur dengan baik..."

Ucap Tante Vina tapi aku masih terus menangis dan ingin segera masuk keruangan menemui Mama.

Dan saat aku melangkah berjalan kearah tempat pembaringan Mama...betapa hancurnya hatiku...melihat kondisi Mama sangat kurus dan lemah dan wajahnya yang saat itu terlihat tertidur kini telah berubah mengecil dan sangat kurus...

"Mamaaaa.... Mamaaaa...ma maaaa..."

Tangisku pecah didalam ruangan kamar, walaupun aku sadar saat itu Mama benar-benar butuh istirahat untuk tidur....namun dari lubuk hatiku yang terdalam seakan aku tak sanggup untuk tidak segera memeluk Mama...

"Mamaaaa....ini Winda mama....ini Winda ma maaaaa...." Tangisku pilu membelai wajah kurus itu, mencium serta menggenggam erat tangannya.

Hatiku hancur sekali, tubuh Mama yang kurus seolah sudah tak ada daya dan semangat hidup lagi...

"Maafin Winda mama...maafin Winda yang tidak pernah ada disamping Mama disaat Mama butuh perhatian..."

Ucapku dengan deraian air mata...

Dan tiba-tiba membuka matanya karena suaraku telah mengganggu tidurnya....dan semakin pilunya hati ini ketika Mama menyebut namaku diiringi tetesan air mata dari wajahnya yang lusuh dan kurus

"Windaa..." Ucapnya yang nyaris tak kudengar... karena terus menangis tak sanggup melihat keadaan wanita yang telah melahirkan ku dalam kondisi tangan di inpus dan terdapat selang oksigen pada hidungnya....

"Windaa...??" Ucap Mama lagi tanpa suara dan hanya bibirnya saja yang bergerak menyebut namaku.

Dan setelah itu sampai selama-selamanya suara Mama sudah tidak pernah kudengar lagi...matanya terpejam mulutnya menganga dan napasnya terhenti....

"Ma maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa"

"Maa maaaaaaaaaaaa....."

"Mamaaaa tolong....pak dokter tolong Mamaaaa...tolong mamaku pak dokteeeerrr...."

"Oh Mama...mengapa terlalu cepat...mengapa tak ada sepatah katapun yang sempat engkau ucapkan untuk Winda ma...mengapa kesedihan ku semakin bertambah mengapa tak ada indahnya hidup ini...mengapa semua orang kini sedang menatapku sinis, mengapa semua orang hanya bisa merampas kebahagiaanku...kenapa semua orang yang kucintai pergi meninggalkanku...aku lelah aku sangat lel laaah..."

"Bila hidup ini hanya sebuah mimpi maka aku akan memilih untuk tidak bermimpi, karna mimpi tak pernah dapat untuk diulang, jika hidup ini adalah sebuah khayalan maka lebih baik aku untuk tidak pernah berkhayal, karena khayalan cuma memanipulasi pikiran positif ku... khayalanku hanya membawaku menjauh dari kenyataan hidup"

Yang teramat perih saat dua hari setelah pemakaman Mama, mereka melangsungkan pernikahan secara siri dan semua itu tidak lebih dari rencana busuk si wanita picik. Tapi aku tak akan menyerah sampai disini, aku tau apa yang harus kulakukan...Papa harus menjadi milikku... Papa adalah satu-satunya milikku kini...

"Winda...jika Winda mau, tinggallah disini bersama Tante dan Om Danu. Lagian Naila dan Tari juga sangat senang bila kamu mau tinggal disini. Dan semua harta warisan yang sudah menjadi bagian almarhum Mama Winda...itu akan jatuh ke tangan Winda..."

Ucap Tante Vina padaku dihadapan Om Danu dan kedua sepupuku yang masih sekolah Dasar.

"Tidak Tante, Winda gak bisa...Winda harus menyelamatkan Papa, Winda harus bisa melepaskan Papa dari pengaruh buruk si wanita picik itu...Winda tidak bole membiarkan Papa seorang diri...Winda harus selalu bisa melindungi Papa."

"Windaa...kamu sedang mengalami depresi berat, karna Om perhatikan dari kemaren-kemaren, setiap kamu berbicara selalu terbawa emosi, dan kamu sangat sensitif...Om sekarang benar-benar mengkhawatirkan mu. Bahkan setiap kata-kata yang kamu ucapkan menyiratkan kesedihan dan kekecewaan..."