Chereads / Obsesif / Chapter 7 - Aku Merasa Tertolak

Chapter 7 - Aku Merasa Tertolak

Saat menuju ruang keluarga, aku bahkan tak ingin menoleh pada wajah mereka...dan aku sungguh tak tau apa yang sedang akan mereka bicarakan padaku.

"Papa dan Tante Shania akan segera menikah. Dan ini sudah menjadi keputusan Papa...dan mungkin setelah menikah, Papa akan menjual rumah ini dan akan membeli rumah yang baru sebagai gantinya...dan Kamu akan tetap tinggal bersama Papa dan Tante Shania di rumah yang baru. Tante Shania yang akan mengurus segalah keperluan dirumah termasuk keperluan sehari-hari "

Ucap Papa yang langsung membuat mata ini tampak berkaca-kaca...aku merasa seperti seseorang yang tertolak dan terbuang.

"Iya Winda...nanti Tante jamin Winda bakalan betah tinggal di rumah Tante. Ya, yang pasti jauh lebih mewah dari yang kita tempati sekarang"

Ucap wanita itu untuk yang pertama kalinya bicara denganku dengan wajah penuh kebahagiaan dan kemenangan...

"Rumah Tante? rumah Tante yang mana??"

Tanyaku spontan dan sengaja kupasang wajah sinis agak menantang senyuman kebahagiaannya.

"Emm... sayang...nanti rumah baru yang akan kita tempati jauh lebih bagus dan mewah dari rumah kita sekarang... Papa yakin kamu pasti akan senang tinggal bersama Papa dan Tante Shania di rumah yang dipilihkan Tante Shania "

Ucapan Papa yang seolah menjelaskan padaku bahwa rumah baru yang akan dibeli Papa akan menjadi atas nama wanita busuk ini....aku jelas sudah tau arah dan tujuan pembicaraan Papa...

"Aku tak ingin pindah dari rumah ini, aku masih ingin hidup bersama kenangan Mama dalam rumah ini... Winda tak ingin rumah ini dijual Papa..."

Ucapku protes sambil berdiri dan aku sudah tak peduli bila akhirnya Papa akan marah.

"Kamu tak punya pilihan selain harus ikut dengan keputusan Papa...Rumah ini akan Papa jual, karena Tante Shania juga tak ingin tinggal dirumah ini. Dan Papa sudah tak ingin mengingat kenangan Mamamu lagi"

Ucap Papa sangat tegas menentang sikap protes ku.

"Tidak Papa,,,kemarin Papa sudah membelikan sebuah mobil untuk wanita picik ini, dan sekarang... ingin menjual rumah ini hanya demi untuk menghadiahkannya sebuah rumah..."

"Cukup!! Plakk !!!

Satu tamparan kuat tangan kekar Papa menghempaskan ku terduduk di atas sofa.

"Kamu sudah berani bersikap kurang AJAR didepan Papa,,,Papa tidak pernah mengajarkan anak Papa untuk berlaku tidak sopan pada orang tua, mulai sekarang jangan coba-coba menentang keputusan Papa lagi" wajahnya memerah, papa benar-benar marah.

"Sekarang juga kamu harus minta maaf sama Tante Shania...ayo minta MAAF!!" bentak papa keras sekali.

Papa sanggup membela wanita itu dan membentak ku.

"Winda gak akan pernah Sudi...sampai kapan pun Winda gak akan pernah memaafkannya...."

"Tante Shania hanya ingin memanfaatkan Papa...wanita ini hanya ingin memindahkan seluruh harta Papa jatuh ke tangannya...Papa akan menyesal..."

Ucapku lirih sambil berlari dari hadapan Papa menuju kamarku...dan wanita itu sungguh berpura-pura menangis didepan Papa.

"Winda...!!!"

teriak Papa tanpa ku hiraukan lagi.

"Kenapa bahagiaku hanya saat bersamamu Papa...kenapa ciuman hangat mu di kepalaku seolah hilang ditelan harap"

"Kenapa sudah tidak ada kesempatan lagi untuk ku merawat mu Papa...kembalilah pada Winda. Wanita itu hanya akan mengecewakan Papa"

"Aku rindu bau nafasmu di pagi hari.. saat mengacak rambutku yang telah tertata rapi lalu mencium rambutku serta memanggilku dengan sebutan sayang"

****************

Dua hari setelah Papa mengatakan akan menjual rumah ini, Om Danu adik Mama tiba di rumah membawa kabar buruk...

"Kedatangan saya kemari hanya ingin menyampaikan pesan mbak Sari pada Winda mas...mbak Sari berpesan ingin bertemu dengan Winda Putri satu-satunya. Sekarang mbak Winda sedang mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit akibat serangan kanker serviks yang dideritanya belakang ini. Dan kini keadaannya sangat mengenaskan...mbak Sari...sudah dilevel stadium 4. Semakin hari keadaannya semakin lemah tak berdaya"

"Jadi mohon ijinkan saya membawa Winda untuk bertemu mbak mas...saya takut kalo sampai akhirnya kedatangan saya kemari tidak dapat memenuhi permintaan mbak Sari"

Ucap Om Danu siang itu diruang tamu saat berbicara dengan Papa dan aku, juga ada wanita picik itu duduk disebelah Papa.

Akhirnya Papa mengijinkan ku pergi bersama Om Danu untuk bertemu Mama. Dengan rasa pilu dan sedih mengetahui keadaan Mama, ingin sekali memelukmu Mama yang sudah setahun ini tak pernah bertemu denganku. Tapi mengapa harus seperti ini keadaan nya, agar dapat ketemu dengan Mama disaat kondisi dan kesehatanmu sedang tidak baik-baik saja.

Aku berangkat dengan Om Danu ke kota kelahiran Mama, dengan hati yang cemas meninggalkan Papa dengan wanita picik itu, aku tak ingin jika nanti Papa akan menjual rumah disaat aku pergi. Aku bahkan tak rela jika mereka sampai menikah. Hati dan pikiran masih saja memikirkan akan hal apa yang bakal mereka lakukan selama aku pergi menjenguk Mama.

*****