Kepala desa akhirnya kembali ke Animal Village sebelum malam hari tiba. mereka 5 karung membawa ikan terubuk a sebagai gantinya aku mendapatkan 30 mutiara asli.
Sebelum kepala desa pulang, beliau memberitahu informasi keberadaan demon yang merupakan sesama ras Sada yang membuat ia senang.
Kepala desa memberitahu tahu letak mereka berada di 30 km di utara, 60 km di barat dan 53 km di tenggara jauh dari rumahku...
Sada yang tahu tentang itu langsung buru-buru ke sana tapi aku menghentikannya untuk bersabar apalagi kepala desa karena energi Sada terlalu kuat dan hingga saat ini kami aman karena kubah perasai buatanku.
Kubah perasai buatanku juga berfungsi untuk membuat aura energi yang berlebihan tertahan disini dan tidak melewati perbatasan yang membuat demon slayer tersebut tidak bisa mendeteksi keberadaan Sada sampai saat ini!..
Sada menuruti perkataan kami dan kepala desa, dan aku berbicara kepadanya "Bersabarlah, yang penting kamu tahu mereka aman dan masih hidup!" Sada hanya tersenyum dan mengangguk.
Kepala desa juga memberitahu kondisi mereka yang baik dan lebih nyaman tapi penuh kewaspadaan karena takut demon slayer datang kapan saja...
Setelah itu, kepala desa pulang dengan diantarkan oleh Marina dan Taiger untuk menjaga keamanan mereka yang sudah hari mulai gelap.
{Pagi hari}
Hari ini, adalah hari dimana aku dan Sada bakal pergi menuju desa demon yang terdekat yang terletak di Utara...
Sada tampak bersemangat dan tidak sabar hingga mengeluarkan banyak energi positif yang membuat objek disekitarnya menjadi lebih baik.
"Akhirnya..... aku akan bertemu mereka kembali setelah ribuan tahun lamanya!.. aku ingin tahu berubah mereka semua!.."
"Kamu benar-benar bersemangat yah!.. aku merasa senang melihat dirimu seperti ini!.."
"Terimakasih, tentu saja karena aku merindukan mereka!.."
Sada menyentuh dadanya yang dimana jantungnya berdebar kencang dan ia tersenyum terharu....
Graughhh....
Taiger mengaung senang dan gembira karena dia diajak oleh diriku untuk ke sana!...
"Tuan Daichi, kau sudah siap untuk berangkat?"
Tanya Enju yang seperti membawa sesuatu.
"Iya Enju, aku sudah aku berangkat dan aku sedang membawa apa?"
"Oh, ini adalah belati dan syal buatan Hana!.. mohon diterima untuk jadi benda perantara ke desa tersebut!.."
Aku menerimanya tapi aku bingung kenapa memilih benda ini?
"Hmm... kenapa harus benda ini untuk jadi benda perantara? aku hanya ingin tahu saja Enju karena kau pasti tidak memilih sembarangan benda!.."
Enju tersenyum dan mulai menjelaskan.
"Belati ini adalah buatan asli dari ras Elf yang disebut Killer Stiletto yang memiliki skill pasif: menambah damage sebesar 300% jika ditambahkan niat membunuh dan meningkatkan Movement Speed sebesar 500%. ditambah bisa mengaktifkan kamuflase!..."
"Ini cocok untuk mereka ditambah syal adalah benda favorit mereka karena bentuk kasih sayang dan cinta!..."
Wow... ini sangat menyentuh hati dan hebat, sepertinya ini memang cocok untuk mereka yang suka memiliki niat membunuh seperti apa yang aku tahu.
"Kau memang hebat dalam memilih barang, aku sangat bangga terhadap dirimu kawan!..."
Menepuk pundak Enju dengan bangga.
"Terimakasih atas pujiannya.... itu sudah menjadi kewajiban ku untuk membantu dirimu..."
"Hahahaha, aku benar... kalau begitu berikan salam kepada istrimu karena udah membuat syal ini!..."
Aku pergi menuju Taiger dan Sada menungguku di perbatasan perisai sambil melambaikan tangan kepada mereka.
"Selamat jalan, hati-hati...." Ucap mereka yang melambaikan tangan.
Aku berjalan menuju tempat Taiger dan Sada menungguku.....
"Maaf... sudah lama menunggu..apakah kalian berdua sudah siap?"
"Iya...."
Ucap Sada yang bersemangat dan lebih ceria dari biasanya, Taiger mengaung sebagai tanda semangat dia....
Aku dan Sada menaikkan Taiger yang bisa membesarkan tubuhnya sesuka hatinya.
"Baiklah.... ayo kita berangkat!..."
Raaaunggghhhh...
Taiger mengaung kembali dan berlari dengan kecepatan tinggi, melewati hutan yang penuh pepohonan ke arah Utara.
Sada tersenyum sepanjang jalan sambil melihat sekitarnya yang dimana burung-burung berterbangan dan beberapa hewan yang mencari makan.
Aku membuat perjalanan ini menyenangkan dengan setiap jejak kaki Taiger memunculkan bunga-bunga berbagai macam dan Sada menyukainya dengan tersenyum lebar..
30 menit kemudian....
"Jadi ini dia desa demon? mereka benar-benar dilindungi oleh kubah perasai dan berkamuflase di sini hingga tidak terlihat...."
Kataku yang terkejut dan terpesona melihatnya, lebih canggih dari kubah perasai buatanku....
"Iya, aku tidak sabar melihat mereka!..."
"Kau benar, kalau begitu mari kita turun"
Taiger menunduk tubuhnya untuk kami turun, kami sudah berdiri di atas tanah dan Taiger mengecilkan tubuhnya seperti biasa kembali...
Aku mengelus kepala Taiger sebagai tanda terimakasih dan kerja kerasnya sekaligus memanjakannya....
"Kerja bagus Taiger.... kau memang yang terbaik dalam memberikan tumpangan..."
Taiger mengeong layaknya kucing saat aku mengelus kepalanya dengan lembut.
"Kalau begitu, ayo kita menemui mereka..."
"Iya..."
Kami bertiga berjalan mendekati perbatasan perisai tersebut... aku sempat memikirkan bagaimana cara masuknya tapi sepertinya Sada mengetahui cara masuknya.
Dia menyentuh kubah perasai itu dengan menggenggam tanganku dan aku menyentuh dagu Taiger hingga akhirnya kami bisa masuk seakan-akan perasai ini memberikan izin kami masuk.
Saat sudah didalam... Sada berhenti sejenak dan memasang wajah ragu, dia seperti memikirkan sesuatu yang membuat dirinya ragu.

"Ada apa Sada? kenapa kau berhenti berjalan?"
"Aku ragu mereka menerimaku karena sudah lama meninggalkan mereka ratusan ribu tahun...."
Sada yang ragu dan tidak percaya dengan dirinya, merasa takut dan cemas di dalam hatinya...
Aku menggenggam tangan Sada dengan erat dan menatap dia dengan mataku yang bercahaya biru....
"Dengarkan aku, kau selama ini ingin bertemu mereka, bukan?"
Sada mengangguk.
"Kalau begitu ini adalah kesempatan bagimu... tidak peduli mereka menerima dirimu yang penting kamu sudah menemui mereka dan hatimu tak khawatir lagi!..."
"Jujur aku tidak senang dan tidak nyaman saat melihat dirimu penuh kekhawatiran dan cemas yang berlebihan.... bukannya aku marah tapi aku khawatir dengan dirimu...."
"Aku yang membawamu untuk tinggal di rumah kita sudah tentu aku bertanggung jawab tentang kondisi dirimu!...."
Aku menggenggam tangannya dan aku juga memegang erat lengannya untuk membantu dia percaya diri kembali dan ceria seperti sebelumnya....
Yang aku bilang memang kenyataannya, bukan karena aku memiliki perasaan lain tapi ini tanggung jawabku karena membawa dia dari kuil dan tinggal dirumah kami....
Sada tersenyum kecil dan sedikit mengeluarkan air mata karena percaya diri kembali dan terharu mendengar kata-kataku..
"Terimakasih Daichi, aku akan berusaha...."
Aku mengangguk dan senang mendengarnya...
Kami masuk lebih dalam untuk mencari desa mereka, ada suara anak-anak yang sepertinya sedang bermain dan menangkap serangga dari percakapan mereka...
"Ayo... ayo...ayo kita menangkap serangga lebih banyak"
"Iya... aku ingin menangkap kumbang Kabuto...."
Terdengar suara anak kecil yang ingin menangkap serangga, Sada yang mendengarnya langsung menghampiri mereka dan aku bersama Taiger mengikutinya dari belakang.
Suaranya semakin dekat dan akhirnya kami bertemu dengan mereka, Sada tersenyum senang karena berhasil menemukan mereka...
"Kalian... ternyata benar-benar masih hidup..."
Sada mengeluarkan air mata bahagia kecil dan tersenyum menatap mereka, anak kecil tersebut merasa heran dan bingung karena kedatangan kami...
"Eh... siapa kakak ini? kenapa kakak menangis?"
Tanya demon perempuan kecil tersebut yang heran.
"Jaga-jaga Marisa.. dia bukan dari desa kita dan bukan orang sini!..."
Ucap anak demon laki-laki tersebut yang sepantaran dengan Marisa tersebut..
Dia melindungi dan menyuruh Marisa untuk tetap dibelakangnya. Sada mencoba mendekatinya dan bocah itu tetap waspada.
"Tenang saja... aku demon seperti kalian!.. hanya saja aku baru bisa kembali kepada kalian!.."
Sada memegang pundak anak tersebut dan tersenyum bahagia yang menetaskan air mata...
Bocil tersebut menurunkan kewaspadaan dan memasang wajah kasihan kepada Sada yang tengah menangis...
Suasana menjadi biasa kembali... kedua anak tersebut mulai mengobrol biasa dengan kami.
"Aku bernama Riyoto...dan dia adalah teman perempuanku Marisa. senang berkenalan dengan kalian!."
Mereka menundukkan kepala dengan hormat sebagai tanda perkenalan... mereka sangat sopan.
"Namaku adalah Sada dan mereka adalah Taiger yang harimau gunung sementara Daichi yang pria bertubuh besi emas..."
"Salam kenal kalian berdua!..."
Aku menciptakan permen lolipop dua untuk mereka berdua sebagai tanda perkenalan kami.
"Ini dia untuk kalian, anggap saja ini sebagai tanda perkenalan kita!.."
Aku memberikan mereka dua lolipop tersebut dan mereka menerimanya dengan senang hati.
"Wah terimakasih banyak... ternyata kakak Dachi sangat baik hati!.." {Riyoto}
"Iya kau benar... apalagi Taiger sangat lucu dan hangat bulunya..."
Marisa memeluk Taiger dengan lembut dan nyaman dan Taiger tidak masalah melainkan gembira.
"Oh iya, kalian berasal dari mana? dan kenapa ke daerah kami?"
Tanya Riyoto yang heran dan penasaran.
"Oh, kami berasal dari kawasan rumah di sekitar sini dari selatan... kami datang ke sini untuk menemui kalian ras demon!.."
"Anggap saja aku pulang kembali ke sini karena aku juga ras demon seperti kalian!.."
"Begitu? kalau begitu kalian harus bertemu dengan kepala desa kami karena setiap tamu harus bertemu dengannya!..."
Wow, pikiran Riyoto sangat dewasa meskipun umurnya masih bocah, aku suka bocah laki-laki ini.
"Kalau begitu, bisakah kau memimpin jalan menemui kepala desamu?"
Mengangguk Riyoto dan berjalan paling depan untuk memimpin jalan untuk menemui kepala desanya.
Kami bertiga mengikuti mereka berdua menuju desa mereka, tapi aku merasakan ada sesuatu yang besar dan penuh api didepan kami yang mungkin berasal dari desa mereka...
Apa yang terjadi? perasaan ini sangat tidak enak sekali...
Bomm!...
Kami terkejut mendengar suara ledakan besar yang berasal dari depan kami, Riyoto dan Marisa langsung khawatir dan berlari kearah depan.
"Apa yang terjadi? kenapa ada suara ledakan dan ada api didepan sana?"
Ucap khawatir Sada dan bingung.
"Aku tidak tahu, yang pasti kita lihat dulu kondisinya dan jangan sampai ketinggalan Riyoto dan Marisa!..."
Akhirnya kami berlari mengikuti Riyoto dan Marisa, Taiger berlari lebih cepat dari kami melewati mereka berdua dan berlari paling depan karena mencium sesuatu yang berbahaya...