Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Dia Memang Bajingan

Etha_Zoe
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.5k
Views
Synopsis
"WARNING" NOVEL INI MENGANDUNG BAWANG. Kalau Anda punya penyakit jantung, darah tinggi, emosional atau anda masih jomblo atau belum menikah. Aku sarankan jangan membaca Novel ini. "BAHAYA" Novel ini berlatar belakang Indonesia dan Barat, Tetapi latar belakang lebih banyak Barat. Kalian tahu kan kehidupan di barat seperti apa jadi bijaklah dalam berkomentar. Jessica gadis perparas cantik dengan tinggi 168cm, berumur lima berlas tahum, dia barus saja lulu dari sekolah menengah pertama dan akan melanjutkan ke SMA. Awal bertemu dengan Carlos saat kaki akan melangkah masuk ke sebuah toko yang ada di kotanya. Langkah terhenti saat melihat pria Lokal sedang bingung menjelaskan kepada Carlos. Merasa penasaran Jessica menghampir kedua pria itu. Tenyata pria lokal itu tidak tahu berbangsa Inggris, kebetulan Jessica bisa mengerti dan membantu Carlos dengan menjadi guidenya. Karena pulang sudah malam hari, Jessica di pukul oleh mamanya sehingga membuat gadis itu meninggalkan rumah dan kebetulan yang menolongnya adalah Carlos. Bahkan pria itu membawa Jessica ke Jakarta. Di usianya yang keenam belas, Carlos berhasil merenggut perawannya, bagaimana kisah percintaan mereka. lanjut baca saja.
VIEW MORE

Chapter 1 - Pertemuan dengan bule ganteng

Langkah terhenti saat melihat seorang pria asing dengan orang lokal lagi kebingungan. Jessica memperhatikan mereka dalam hatinya berkata. 'Mungkin mereka membutuhkan bantuan.' Gadis itu menghampiri mereka dan bertanya pada pria lokal itu.

"Ada apa, Pak? Kelihatannya bapak sama orang ini seperti bingung, mungkin bisa aku bantu?" Jessica menawarkan bantuan kepada bapak itu.

"Iya, Non, aku tidak mengerti Mr ini ngomong apa, aku bingung," jawab pria itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

'Oalah … ternyata pria ini tidak bisa berbahasa Inggris aku pikir dia ini guidenya,' gumamnya lalu dia bertanya lagi kepada pria itu.

"Memangnya dia bertanya apa, Pak?" Pria itu menggelengkan kepala.

"Tidak tahu, Non. Coba kamu saja yang tanya dia mau apa," jawab pria itu dan meminta tolong kepada Jessica.

"Ohh … baiklah biar aku saja yang bertanya," sahutnya seraya menatap pria asing itu.

"Memang kamu bisa berbahasa Inggris?" tanya bapak itu lalu Jessica tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Iya, Pak. Bisa tapi sedikit." Jessica menghampiri si Mr dan bertanya ( tapi tanyanya dalam Bahasa Inggris)

"Hi, Mr. Bisa aku bantu." Si Mr menarik nafas lega karena ada yang bisa berbahasa Inggris.

"Ah ... finally ada yg bisa berbahasa Inggris," ucap si Mr. "Iya aku baru saja tiba dan tidak mengerti daerah ini, mau ke pasar tradisional tapi tidak tahu jalannya. Aku bertanya pada mereka tapi tidak ada satu'pun yang mengerti," kata si Mr sambil matanya melihat ke sana-ke mari.

Jessica menatap si Mr. Hm … dia tampan sekali. Gumamnya, sambil mendengar dia bicara Jessica memperhatikan wajah dan tubuhnya yang atltetis. Duh, masih kecil sudah ... Sekali lagi dia bergumam, lalu si Mr bertanya lagi

"Apakah kamu bisa membantuku?" Jessica belum menjawab dia masih terpana lalu pria itu menyadarkannya.

"Hello, can you help me?" tanya si Mr sambil melambaikan tangan ke wajah gadis itu. Jessica tersadar dan menjadi malu, seketika wajahnya memerah kemudian menjawab dengan gugup.

" Ohh … yes Mr, i can help you." Tampak wajah Jessica memerah menahan malu. "Ok Mr mau kemana?" Dia bertanya lagi untuk menghilangkan rasa malunya.

"Aku mau ke pasar tradisional, pasar extrim yang sedang viral itu," jawab pria itu lalu Jessica tersenyum dan menganggukan-anggukan kepala tanda mengerti apa yang di maksud oleh orang asing di depannya.

"Oh … pasar extrim." Si Mr menganggukan kepala. "Pasar extrim tidak jauh dari sini, Mr bisa berjalan kaki atau naik angkutan umum kalau Mr mau cepat. Umm ... kalau Anda mau aku bisa mengantarmu kesana." Kembali Jessica menawarkan bantuan kepada si Mr.

"Oh … boleh-boleh," jawab si Mr dengan senang. "Aku senang ada yang bisa mengantarku, nanti aku akan berikan kamu tip. Oh ya siapa nama kamu?" tanya si Mr lalu Jessica mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Namaku Jessica tapi panggil saja Jessi," jawabnya pada si Mr dan pria itupun memperkenalkan namanya kepada kepada gadis itu.

"Oh ya, aku Carlos," balas Carlos pada Jessica sambil bersalaman. Jessica tersenyum padanya sambil berkata,

"Ok Mr, Carlos. Aku akan mengantarmu ke pasar," ujar Jessica dengan wajah yang riang, dia lupa apa tujuannya datang ke toko.

"Ehm … jangan panggil aku Mr lagi, tapi panggil saja Carlos," mohon Carlos lalu gadis itu tertawa.

"Baiklah, Carlos. Ayo kita jalan sekarang." Dia mengajak Carlos untuk pergi ke pasar tradisional dengan berjalan kaki, kebetulan pasar itu tidak jauh dari toko di mana mereka bertemu.

Sepanjang jalan orang-orang menatap mereka berdua. Gadis itu bercerita tentang daerah dan kebudayaannya, Carlos sangat tertarik dengan penjelasan Jessica. Akhirnya mereka pun tiba di pasar extrim.

Pasar Extrim Tomohon

Pasar extrim ini sudah terkenal di Manca Negara banyak turis-turis berkunjung ke daerah ini hanya untuk melihat apa saja yang di jual di tempat itu. Pasar ini di sebut pasar extrim karena menjual berbagai bagai daging hewan seperti :

Ular pyton, babi hutan, anjing, tikus, kelelawar, kucing, sapi, ayam dan terkadang ada juga monkey. Tapi sekarang di larang oleh Pemerintah karena sudah termasuk hewan lindung.

Pasar ini tidak seperti pasar yang lain, kalian bisa memilih anjing atau kucing yang masih hidup. Selesai memilih, di depan mata kalian mereka membunuh binatang tersebut dan membakarnya. Begitu juga dengan kucing.

Jadi kalau ke pasar ini harus kuat imannya, banyak turis-turis yang menangis melihat hewan-hewan dibunuh dan di konsumsi oleh warga di sini. Jangan marah ini sudah tradisi di daerah ini.

Jessica melihat Carlos sedang mengambil foto dengan kameranya, dia mengambil menjepret anjiing-anjing yang ada dalam kurungan besi menunggu dipilih untuk dikonsumsi. 'Kasihan juga melihatnya. Hmm … untung aku tidak pemakan daging,' gumam gadis itu.

Carlos sibuk mengambil foto ular yang begitu besar yang digantungkan di besi. Dia ingin berbincang dengan para penjual tapi Jessica menarik tangannya lalu pria itu menatap Jessica dengan heran.

"Kenapa?" tanya Carlos dengan menyatukan kedua alisnya menatap heran kepada Jessica.

"Aku tidak ingin kesana, kamu saja nanti aku tunggu disini," sahut Jessica seraya sedikit menjauh dari tempat penjualan daging.

"Kenapa kamu tidak mau ikut ke dalam?" Kembali Carlos bertanya dengan heran.

"Aku takut ular," jawab Jessica lalu pria itu tertawa dan mengambil kameranya.

"Oh, kalau begitu kamu tunggu disini saja." Jessica menganggukan kepala kemudian Carlos masuk ke dalam. Jessica memperhatikan pria itu jepret sana jepret sini, sesekali dia menggeleng-geleng kepala.

Carlos menggantungkan kameranya di leher dan kedua tangannya di pinggang sambil melihat-lihat. Tempat itu penuh dengan dara, dia berjalan ke arah Jessica, wajahnya terlihat sedih. Pria itu berhenti depan kandang besi yang penuh dengan anjing yang masih hidup dan memberi isyarat dengan tangannya agar Jessica mendekat.

"Ada apa Carlos?" tanya Jessica dengan menghampiri pria itu.

"Jessi, apakah anjing yang hidup ini akan merekah bunuh juga?" tanya Carlos dengan wajah sedih sambil memperhatikan hewan-hewan yang ada di kandang.

"Iya, kalau ada pembeli mereka akan membunuh anjing ini dan membakar di situ." Jessica menunjuk tempat membakar anjing dan kucing.

"Kucing-kucing ini juga?" tanya Carlos dengan membulatkan matanya sambil menunjuk kandang besi yang ada di dekatnya.

"Iya," jawab Jessica sambil menganggukan kepala.

"So crazy," umpat Carlos seraya meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Apakah tidak ada makanan lain sampai harus memakan anjing dan kucing." Wajah pria itu terlihat kesal.

Jessica memaklumi pria itu karena orang bule mereka pecinta hewan, dia perhatikan wajah Carlos yang begitu kesel melihat keadaan pasar

Lalu Jessica menjelaskan pada Carlos kalau hal ini sudah menjadi tradisi di daerahnya agar pria itu mengerti kebiasaan itu sudah turun temurun.

Akhirnya dia bisa menghormati apa yg sudah menjadi tradisi di daerah Jessica lalu mereka meninggalkan pasar.

Jessica seorang gadis cantik dengan tinggi badan 169cm, berumur lima belas tahun. Dia baru saja lulu dari sekolah menengah pertama dan saat ini akan melanjutkan ke SMA. Hobbynya adalah olahraga, dia sering disewa oleh bank untuk ikut pertandinga. Tidak hanya olahraga saja, tapi Jessica termasuk murid berprestasi di sekolahnya. Sering ikut lomba pidato bahasa Inggris dan selalu juara.

****

Hari menjelang sore akhirnya Carlos memutuskan untuk kembali ke Resort tempat dia menginap. Mereka berdua berdiri di depan toko.

"Jessi, aku lelah dan ingin kembali ke Resort," ujar Carlos dengan memikul tas ranselnya dan melihat sana-sini.

"Baiklah, Carlos. Ini sudah sore aku juga harus pulang." sahut Jessica lalu Carlos menganggukkan kepala.

"Tapi, Jess …" Carlos terhenti bicara sambil melihat kiri kanan seperti orang kebingungan. Jessica mengangkat kedua alisnya, menatap Carlos dia menunggu apa yang ingin dikatakan pria itu.

"Tapi kenapa, Carlos?" tanya Jessica dengan penasaran.

"Aku tidak tahu jalan menuju resort tempat aku menginap," sahut Carlos dengan mengerutkan dahinya.

"Apa nama resortnya?" tanya Jessica lagi.

"Mountain View," jawab Carlos sambil menujukan secarik kertas pada gadis itu. Jessica melihat disitu ada alamatnya.

"Oh … tenang, Carlos. Aku tahu resort ini, baiklah aku akan mengantarmu ke sana." Wajah Carlos terlihat berubah senang.

"Terima kasih, Jessi. Aku tidak merepotkanmu," tanya Carlos lagi.

"Ah … sama sekali tidak, Carlos. Aku senang menjadi guidemu hari ini," jawab Jessica seraya mengembangkan senyumnya yang manis. Carlos kembali terlihat sangat senang.

Ke Resort mereka harus memakai ojek karena tidak ada angkutan umum yang mengarah kesana. Jessica memanggil ojek yang berada di seberang jalan.

"Bang, sini." Kedua tukang ojek melihat ke arah Jessica dan mendekat, "Tolong antarkan kami ke Resort Mountain View." pinta Jessica pada kedua tukang ojek itu seraya menunjukan alamat kepada mereka berdua.

"Baik, Non," jawab mereka serempak.

"Terima kasih, Jessi. Kamu sudah membantuku," ucap Carlos lalu Jessica menganggukan kepala.

"No problem, Carlos" balas Jessica sambil tersenyum.

Jessica dan Carlos naik ojek menuju ke resort tempat Carlos menginap. Mereka tiba lalu Carlos membayar ke dua tukang ojek itu dan mengajak Jessica masuk ke dalam.

Jessica berjalan bersama Carlos masuk ke dalam menuju ke kamarnya. Resortnya sangat bagus, seperti cotage. Setiap kamar ada terasnya. Resort berbentuk rumah panggung, kamar Carlos menghadap ke gunung dan perkebunan.

Carlos mempersilahkan Jessica duduk kemudian masuk ke dalam ruangan. Sementara Jessica duduk di teras sambil menikmati indahnya gunung dan perkebunan.

Tidak berselang lama Carlos keluar lagi sambil membawa dua kaleng minuman, mereka berbincang bincang di teras

"Bagaimana tempatnya, Jessi? Apakah bagus?" tanya Carlos sambil meletakan soft drink di meja samping Jessica dan duduk di seberang gadis itu.

"Iya, bagus aku suka tempat ini. Pasti pagi hari di sini sangat dingin ya" ujar Jessica dengan mengalihkan pandangannya ke perkebunan.

"Iya sangat dingin. Jangankan pagi, siang hari saja terasa dingin. Jadi tidak perlu pakai ac," jawab Carlos sambil tersenyum menatap Jessica.

"Ya, iyalah tidak pakai ac saja sudah dingin bagimana kalau pake ac." Jessica dan Carlos tertawa bersama.

Mereka berdua asik bercanda dan berbincang diteras. Tidak terasa jam sudah menunjukan pukul tujuh malam, Jessica terkejut juga khawatir.

"Aduh gawat, Carlos." Wajah Jessica langsung berubah cemas.

"Kenapa, Jessi?" tanya Carlos sambil menatap Jessica dengan heran.

"Aku harus pulang, orang tuaku pasti mencari ku," jawab Jessica pada Carlos. 'Habis aku pulang rumah, pasti diomelin habis-habisan sama mama. Bukan diomelin lagi, aku pasti di pukul,' Gumamnya

"Oh ya, maaf sudah merepotkanmu." Carlos bangkit dari duduknya diikuti Jessica.

"Ahh tidak apa-apa, Carlos. Aku senang membantumu." Jessica berjalan turun dari teras lalu Carlos memanggilnya.

"Jessi, tunggu sebentar." Jessica menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Carlos sambil mengangkat keningnya dan bertanya.

"Ada apa, Carlos?" Pria itu berjalan menghampiri Jessica sambil memegang dahi.

"Um … besok kamu bisa jadi guideku lagi?" tanya Carlos dengan wajah memohon.

"Dengan senang hati, Carlos." Carlos terlihat senang Jessica bersedia menjadai guidenya lagi.

"Thank you, Jessi, oh ya ini tip untuk mu hari ini." Carlos memberikan uang 250 ribu lalu Jessica mengambilnya

"Terima kasih ya," ucap Jessica sambil tersenyum dan memasukkan uang ke saku celana jeans.

"You are welcome," balas Carlos sambil tersenyum. Jessica berjalan keluar dan terdengar suara Carlos memanggilnya lagi,

"Jessi." Gadis itu berhenti dan menoleh ke arah Carlos dan bertanya;

"Kenapa lagi, Carlos?" Jessica mengangkat kedua keningnya menatap Carlos.

"Jangan lupa besok ya." Carlos mengingatkan Jessica

"Siap, Bos," Jessica bercanda dan melambaikan tangan. "Sampai jumpa besok, Tuan Carlos." Carlos langsung tertawa

"Baik, Cantik," balas Carlos juga dengan bercanda. Jessica tertawa dan menjulurkan lidah pada Carlos, dia langsung meninggalkan resort dengan ojek.

Sementara di teras Carlos membayangkan wajah Jessica, dia tersenyum sendiri saat mengingat candaan gadis itu.

"Jess, kamu cantik juga, matamu indah bibirmu sexi kulitmu … wow," gumam Carlos seraya berdiri kemudian masuk kedalam kamar. "Hm … aku beruntung bertemu denganmu, Jessi. Kalau tidak entah aku harus kemana." Dia merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan mata.

Sedangkan di atas motor Jessica membayangkan Carlos. Hmmm … Carlos sangat tampan ya, gumam Jessica. Dia juga tersenyum sendiri.

Akhirnya Jessica tiba di depan rumah, dia berjalan pelan-pelan. Jantungnya berdebar kencang, perasaannya takut sekali. Di benaknya antara masuk atau tidak. Terbayang wajah mamanya yang begitu seram dengan kayu di tangan.

Tiba-tiba pintu terbuka, Jessica terkejut melihat mamanya ada di hadapannya dengan sepotong kayu agak tipis. Kayu itu selalu dia gunakan untuk memukul Jessica kalau gadis itu terlambat pulang, mamanya menatap Jessica dengan wajah marah.

"Dari mana saja kamu?" teriak mamanya dengan geram sehingga membuat Jessica terkejut dia merasa takut.

Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, mamanya langsung melayangkan kayu di tangan dan betis Jessica dengan berulang kali tanpa perduli rintihan kesakitan dari Jessica.

Jessica mencoba menghindar tapi tetap saja kena di kakinya, dia merasakan sakit. Dia menangis lalu mamanya mencubit lengan Jessica berkali-kali sehingga gadis itu menangis kesakitan.

"Ma … a-ampun. Sakit, Ma …." rintih Jessica sambil menangis. Mamanya tidak berhenti, kayu dipukul lagi ke badan Jessica.

Dia mencoba menangkis dengan tangannya setiap kali mamanya memukulkan kayu ke badannya. Dia benar-benar merasakan sakit. Jessica tidak tahan lagi, dia berlari keluar rumah sambil menangis. Kebetulan dia bertemu dengan tukang ojek, Jessica langsung memanggilnya.

"Bang, tolong antar aku," pinta Jessica pada tukang ojek sambil mengusap lengan yang kena pukulan serta cubitan.

"Kemana, Non?" tanya tukang ojek dengan memperhatikan wajah Jessica.

"Nanti aku beri tahu," jawab Jessica sambil naik ke motor, dia melihat dari jauh mamanya berjalan ke arahnya. Dia langsung menepuk punggung tukang ojek.

"Ayo cepat jalan." Tukang ojek langsung menjalankan motornya. Jessica masih menangis menahan sakit, kedua lengannya memar di cubit mamanya, ada juga merah kena kayu.

Sepanjang jalan Jessica menangis sampai dia melihat ada toko yang biasa dia kunjungi. Jessica meminta tukang ojek untuk berhenti.

"Bang, berhenti disini aja," perintah Jessica dengan menepuk punggung tukang ojek.

"Baik, Non," jawab si tukang ojek lalu dia berhenti. Jessica turun dari motor dan memberikan uang lalu tukang ojek pun pergi.

Di samping toko ada tempat duduk dan lampunya tidak terlalu terang. Jessica duduk disitu dan memikirkan apa yang baru saja dia alami. 'Kenapa mama begitu jahat padaku, tanpa dengar penjelasanku langsung memukulku seperti orang kesetanan,' batinnya. Jessica mengusap tangan yang kena pukulan.

'Kemana aku harus pergi, mau ketempat sudara ahhh … aku takut mama menemukanku, ke tempat kaka tidak mungkin juga. Jessica menunduk sambil memegang kepalanya dan berpikir. 'Mana badanku sakit, dari kaki tangan sampai belakangku sakit semua,' keluhnya.

'Aku tidak akan pernah pulang, dan tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi dirumah itu. Rasa dendam mulai timbul di hatinya. 'Ahh … Aku harus kemana? Masa aku tidur di jalan.' Dia melihat jam di dinding toko.

"Aduch sudah mau jam sembilan. Toko sebentar lagi akan tutup." Jessica mulai kebingungan dia melihat jalanan mulai sepi.

'Aku harus kemana? tanyanya dalam hati, lalu dia teringat Carlos. 'Apakah aku ke tempat Carlos saja? Ah … tapi dia baru aku kenal tadi. Ichh … kedua kaki sakit lagi,' Jessica merintih. Dia melihat kakinya merah ada tanda pukulan kayu.

'Padahal aku memakai celana jeans tapi karena mama memukulku dengan kuat tetap saja tembus,' Jessica mengusap kakinya sambil memperhatikan jalanan yang mulai sepi. Dia menunduk dan menangis.

'Mungkin aku ketempat Carlos saja, siapa tau dia terima aku di sana.' Jessica berdiri dan memanggil tukang ojek.

"Bang, ke sini." Tukang ojek mendekat dengan motornya dan bertanya;

"Mau kemana, Non?"

"Bang, tolong antarkan aku ke resort," jawab Jessica dengan memalingkan wajah, dia tidak ingin abang ojek melihat matanya yang sembab karena menangis.

"Baik, Non," sahut tukang ojek lalu Jessica naik ke motor dan tukang ojek mengantarnya ke resort.

Jessica gadis belia berparas cantik dengan tinggi 168cm umur 15 tahun dia adalah murid berprestasi saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Jessica juga sering ikut lomba pidato bahasa Inggris dan selalu mendapatka juara, bahkan gadis ini pintar dan hebat dalam olahraga voli. Dia sering disewa oleh bank untuk ikut bertanding. Jessica selalu berhasil membawa timnya dalam kemenangan.