Chereads / Dia Memang Bajingan / Chapter 4 - Ke Jakarta

Chapter 4 - Ke Jakarta

Sementara di rumah orang tua Jessica terdengar pertengkaran antara suami istri, Ayah Jessica memarahi istrinya karena sudah memukul Jessica sehinga anak itu lari dari rumah.

Sang istri tidak mau disalahkan, dia malah marah kepada suaminya karena terlalu membela dan memanjakan Jessica. Pertengkaran hebat terjadi karena sudah larut malam Jessica belum juga pulang.

Sang ayah terlihat sangat khawatir, tidak ingin mendengar teriakan istrinya. Dia mengambil kunci motor dan pergi mencari Jessica, pria itu sangat menyayangi putrinya karena hanya dia yang sangat dekat dengannya.

Ayah Jessica pergi ke rumah saudaranya untuk mencari gadis itu, tapi semua saudara yang dia kunjungi tidak tahu anak itu berada dimana. Sang ayah menjadi putus asah akhirnya dia kembali ke rumah.

Pagi hari Jessica terbangun, dia merasakan sesuatu di atas perut dan pahanya. Dia tidak bisa bergerak, dia membuka mata dan melihat tangan Carlos melingkar di perutnya serta kaki pria itu berada di atas pahanya.

Jessica melihat Carlos masih tertidur, dia menyingkirkan tangan Carlos tapi tangan itu kembali keperutnya. Dia mencoba mendorong paha Carlos dengan tangannya tapi tidak bisa.

"Aduh bagaimana ini, aku sudah kebelet pingin buang air kecil." Jessica mencoba menggerakan badan Carlos. "Carlos ... Carlos ...." Jessica terus membangunkan Carlos.

"Hem …." sahut Carlos dengan mata masih terpejam.

"Aku mau ke kamar mandi." Jessica kembali berusaha menyingkirkan paha Carlos dari atas pahanya.

"Iya pergi saja," sahut Carlos dengan suara serak sambil berusaha membuka matanya, dia tidak sadar kalau kaki dan tangannya ada diperut dan paha Jessica.

"Iya tapi itu tangan dan kakimu." Jessica terus menggerakkan badan Carlos lalu pria itu membuka matanya dan menatap Jessica.

"Kenapa, Jess?" tanya Carlos dengan suara serak lalu Jessica menunjuk kebawa dengan jarinya.

"Itu kaki dan tangan mu." Carlos membuka lebar matanya, dan melihat ke bawah, kakinya ada di paha Jessica dan tangannya masih melingkar di perut gadis itu. Carlos langsung tertawa.

"Sorry, Jess." Carlos meluruskan kakinya dan meregangkan badan kemudian tersenyum menatap Jessica.

Jessica bangun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.

****

Sudah 10 hari Jessica menemani Carlos, mereka berdua semakin akrab. Keduanya juga sudah berkunjung ke tempat tempat wisata di daerah tempat tinggal Jessica.

Mereka pergi kepulau Bunaken dan melakukan diving di sana, Carlos sangat kagum dengan terumbu karang juga ikan-ikan yang berwarna warni sedangkan Jessica dia memili snorkling.

Tak juga lupa Jessica mengantar Carlos pergi ke pulau Nain, Lihaga, Pulau Lembe dan Pulau Bangka Likupang. Carlos juga melakukan diving di pulau ini. Tidak kalah menarik dengan pulau Bunaken, pulau bangka juga memiliki karang yang sangat indah. Kedua pulau ini sudah terkenal di Manca Negara.

Mereka juga berkunjung ke Pantai pasir putih Pulisan dan pantai Pal. Jessica juga membawa Carlos mengunjungi Gunung Mahawu dan Danau Linauw yang terletak di Kota Tomohon dan 4 Hari lagi Carlos akan kembali ke Jakarta.

Sementara papa Jessica terus mencari putrinya itu, dia sudah mencari Jessica di mana-mana tapi gadis itu belum juga di temukan, papa Jessica menjadi putus asah. Dia memarahi istrinya atas kepergian Jessica.

Sedangkan Jessica, setiap jalan dengan Carlos dia selalu memakai topi agar tidak ada yang mengenalinya. Carlos dan Jessica sering berpindah-pindah tempat. Hari ini mereka pindah resort lagi.

Sore hari Jessica duduk termenung di teras depan kamar, sedangkan Carlos masih tertidur lelap. Jessica memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya kalau Carlos sudah kembali ke Jakarta.

'Kalau Carlos sudah pergi aku harus kemana, tinggal dimana. Mau kembali ke rumah itu lagi? Ah tidak mungkin. Aku tidak mau ingin kembali lagi, biar saja aku jadi gembel,' gumam Jessica,

Kalau kembali itu sama saja bunuh diri, mama Jessica akan lebih menyiksanya. Apalagi pertengkaran keras dengan suami lebih membuat mama Jessica membenci anak itu.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Jessica'pun terkejut dan menengok ke samping, dia melihat Carlos sudah berdiri di sisinya.

"Ohh … kamu, aku pikir siapa bikin kaget saja," ujar Jessica seraya mengalihkan pandangan ke perkebunan.

Carlos tertawa kemudian berjalan mengambil rokok dan duduk di seberang Jessica. Dia memperhatikan wajah gadis itu terlihat berbeda, seperti ada yang di pikirkan.

"Sedang memikirkan apa, Jess?" tanya Carlos sambil menyemburkan asap rokok dari mulutnya ke atas dan memandang gadis itu.

"Nothing?" jawab Jessica seraya memainkan jemarinya dan menatap kembali ke perkebunan.

"Apa rencanamu setelah aku kembali ke Jakarta?" Kembali Carlos bertanya dengan meletakkan rokoknya. Carlos tahu Jessica pasti memikirkan bagaimana kalau dirinya tidak ada lagi disini.

"Hm … aku tidak tahu, Carlos. Aku bingung." jawab Jessica sambil menyandarkan badannya ke sandaran kursi dan menarik napas panjang "Yang pasti aku tidak akan kembali kerumah mamaku," lanjutnya dengan memainkan jemarinya.

Carlos berdiri lalu masuk ke kamar mengambil satu kaleng bir dan soft drink kemudian membawanya keluar. Memberikan minuman soft drink kepada Jessica dan duduk kembali di seberang gadis itu.

Carlos mengambil sebatang rokok lagi lalu menyalakannya. Dia menghisapnya dan menyemburkan asapnya keluar dari mulutnya.

"Jess, tadi aku sambil tiduran memikirkan hal itu." ujar Carlos sambil menghisap rokok yang di apit di jarinya.

"Tentang apa?" tanya Jessica dengan mengangkat keningnya menatap Carlos,

"Tentang kamu selanjutnya kalau aku sudah kembali ke Jakarta," jawab Carlos seraya berdiri dan menarik kursi, dia duduk tepat di depan Jessica.

"Ohh …" gumam Jessica. Dia juga memikirkan hal itu, entah akan kemana kalau pria itu kembali ke Jakarta.

"Jess," Jessica menoleh dan menatap Carlos. "Kamu mau ikut denganku ke Jakarta?" tanya Carlos seraya memegang tangan Gadis itu.

Ke Jakarta, sudah pasti mau. Siapa yang tidak ingin menginjakan kaki di ibu kota, tapi lagi-lagi ada keraguan dalam diri gadis itu.

Jessi mengangkat keningnya menatap Carlos seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, dalam hatinya. Ke Jakarta? Aku mau, tapi bagaimana dengan sekolahku?

"Kamu mau, Jess?" Kembali Carlos bertanya karena Jessica hanya diam, dia menunggu jawaban gadis itu.

"Carlos, aku mau. Tapi aku tinggal dimana dan sekolahku bagaimana. Aku masih ingin sekolah." tutur Jessica sambil menundukan kepala, kembali dia menarik nafas panjang.

"Kamu bisa tinggal denganku. Mengenai sekolah, kamu jangan khawatir dekat tempat tinggalku ada sekolah," ujar Carlos meyakinkan Jessica. Terlihat wajah Jessica sangat gembira mendengar tawaran dari pria itu.

"Serius?" tanya Jessica sambil menatap Carlos seolah tak percaya. Ini namanya nekat, pergi dengan orang baru saja dia kenal. Tapi sungguh Jessica sama sekali tidak ada rasa khawatir kepada Carlos, seakan-akan dia mempercayakan hidupnya kepada pria itu.

"Iya, aku serius. Tapi surat-surat untuk sekolah kamu ada dimana?" tanya Carlos dengan mengangkat kedua keningnya.

"Ada di rumah orang tuaku," jawab Jessica dengan suara lemas. "Tapi aku bisa mengambilnya, Carlos." Seketika kembali lagi semangatnya, kali ini Jessica benar-benar sudah nekat ingin ikut pria itu. Dia tidak perduli lagi, yang ada dalam pikirannya dia harus pergi jauh dari kotanya.

"Bisa?" tanya Carlos dengan menyipitkan matanya.

"Iya, aku bisa," jawab Jessica dengan semangat sambil menganggukan kepala.

"Caranya?" tanya Carlos lagi.

"Aku pulang ke rumah dan mengambilnya." jawab Jessica dengan enteng.

"Kalau bertemu mama kamu bagimana?" Jessica terdiam kemudian dia menatap Carlos.

"Um … begini, Carlos. Nanti malam mama dan papa akan ke Gereja dan kedua adikku pasti ikut mereka. Jadi aku punya kesempatan untuk mengambilnya," jawab Jessica sambil tersenyum.

"Bagus kalau begitu." Carlos melirik jam yang ada di tangannya. "Sekarang sudah jam enam, Jessi. Kamu mandi dan pergi ambil surat-surat yang penting saja juga identitasmu," titah Carlos seraya berdiri dan mengatur kursi ke tempat semula

"Baik, Carlos." Jessica berdiri dari duduknya dan bergegas ke kamar mandi.

Selang beberapa menit dia keluar menemui Carlos di teras. Dengan wajah sumringan dia duduk dan menatap pria itu.

"Kamu sudah selesai mandi?" tanya Carlos.

"Iya, Carlos," jawab Jessica seraya menganggukan kepala.

"Kamu sudah mau pergi?" Kembali Jessica menganggukan kepala, lalu Carlos berdiri pergi ke kamar. Dia mengambil uang dan memberikannya kepada Jessica.

"Ini ongkos untuk ojek," kata Carlos sambil memberikan uang pada Jessica.

Jessica mengambil uang dari tangan Carlos kemudian berdiri, sejenak dia menatap pria itu.

"Terima kasih, Carlos. Kamu sudah baik padaku," ucap Jessica dengan berusaha tersenyum kepada pria itu.

"Iya, sudah cepat pergi nanti orang tuamu keburu pulang." Melihat semangatnya Jessica Carlos berjanji dalam dirinya untuk membuat gadis itu menjadi orang yang sukses.

"Iya aku pergi sekarang," sahut Jessica

"Hati-hati ya!" Jessica menganggukan kepala, ada perasaan haru dalam dirinya. Seandainya tidak bertemu dengan Carlos entah apa yang akan terjadi padanya.

"Iya," balas Jessica sambil tersenyum kemudian dia berjalan keluar Resort, di depan Resort ada pangkalan ojek. Jessica memanggil salah satu tukang ojek dan tukang ojek mendekat padanya.

"Bang, tolong antarkan aku ke kompleks kaaten ya," pinta Jessica.

"Baik, Non." sahut tukang ojek lalu Jessica naik ke motor. Abang ojek memberikan helm untuk Jessica pakai, dan mereka'pun pergi ke rumah orang tua Jessica. Tiba di ujung jalan, Jessica menyuruh abang menghentikan motornya.

"Bang berhenti disini saja, nanti abang tunggu aku disini ya!" kata Jessica lalu abang ojek menganggukan kepala.

"Iya, Non," sahut si abang. Keadaan jalan sepi, Jessica mengamat-amati rumah orang tuanya dari jauh, Dia melihat mama dan papanya keluar dari rumah bersama adiknya yang satu.

Jessica melihat papanya menghidupkan motor, mereka berbonceng tiga. Melihat mereka keluar Jessica langsung bersembunyi dekat bunga.

'Berarti di dalam rumah tinggal adiku yang satu lagi,' gumam Jessica. Dia bergegas masuk kedalam dan melihat adiknya tidak ada di ruangan Tv, Jessica berjalan pelan-pelan ke arah kamar adiknya dan mengintip.

Dia melihat sang adik lagi belajar, Jessica masuk ke kamarnya. Dia langsung membuka lemari mencari ijasah, serta foto copy ijasah yang sudah di legalisir.

Jessica menemukan ijasahnya, dia mengambil tas dan memasukan lembaran-lembaran tersebut ke dalam tas. Di meja dia melihat ada kartu siswa dan kartu keanggotaan OSIS miliknya, Jessica mengambil keduanya dan memasukan ke dalam tas. Tidak lupa juga dia memasukan beberapa potong baju dan pakaian dalam.

Jessica masuk lagi ke kamar mamanya dan membuka lemari, dia mencari tas yang berisikan surat penting tapi dia tidak menemukan tas itu. Jessica melihat ke atas lemari. 'Ohh ... itu tasnya, gumamnya lalu dia meraih tas itu dan membukanya, dia mencari akte kelahirannya.

"Nah ini dia." Dia cepat-cepat memasukan ke dalam tas, tidak lupa juga dia mengambil copian kartu keluarga. Jessica cepat-cepat keluar, dan ....

Bruk .... gadis itu menabrak meja. "Auch sakit." rintih Jessica lalu terdengar suara dari dalam kamar adiknya.

"Siapa itu?" Terdengar langkah kaki, Jessica cepat-cepat lari keluar. Sampai di ujung jalan Jessica melihat tukang ojek masih menunggunya. Dia naik ke atas motor lalu menyuruh abangnya jalan.

"Ayo pergi!" perintah Jessica seraya menepuk punggung tukang ojek.

"Iya, Non." Tukang ojek menjalankan motortnya dengan perlahan.

"Ayo buruan bang!" Kembali Jessica menepuk punggung tukang oje, dia takut adiknya melihat dia. Lalu abang ojek menjalankan motornya dengan cepat.

Akhirnya Jessica kembali ke resort, begitu tiba dia melihat Carlos masih duduk di teras sambil merokok, dia menghampiri pria itu dengan wajah gembira. Carlos melihat Jessica sambil tersenyum.

"Bagaimana dengan misimu, apakah berhasil?" tanya Carlos seraya berdiri dari duduknya.

"Iya, semua sudah ada dalam tas ini," jawab Jessica sambil menujukan tas yang ada di tangannya. Carlos tersenyum dan mengacungkan jempol kepada gadis itu.

"Bagus, Jess," puji Carlos. "Oh ... ya, Jess aku lapar." Kata Carlos sambil menepuk nepuk perutnya. "Kita cari makan ya?"

"Iya, makan di mana?" tanya Jessica sambil meletakkan tasnya di lantai.

"Kita cari di depan saja," sahut Carlos. Jessica mengambil tasnya dan meletakkan di kamar, dia keluar berjalan bersama Carlos, dan mencari makan tidak jauh dari Resort. Mereka berdua hanya berjalan kaki.