Chereads / Kehidupan Kedua Seorang Dewa Bela Diri / Chapter 4 - Chapter 3 — Kitab Suci Ketenangan Jiwa

Chapter 4 - Chapter 3 — Kitab Suci Ketenangan Jiwa

Dalam isinya, Kitab Suci Ketenangan Jiwa memungkinkan seseorang memiliki jiwa dan hati yang bersih dan tenang.

Hal ini sangat penting, karena bagaimanapun, Teknik Kultivasi ini mampu mencegah munculnya Iblis Hati yang mengakibatkan Penyimpangan dan juga menghambat terobosan dalam kultivasi.

Dengan hati yang tenang pula, seseorang bisa memiliki kemampuan pemahaman yang tinggi serta kesadaran yang kuat. Ditambah lagi, ketenangan adalah salah satu faktor penting dalam pertarungan.

Lapisan pertama Kitab Suci Ketenangan Jiwa adalah Ketenangan Emosi dan Keinginan.

Hal ini memungkinkan kultivatornya untuk mengubah emosi dan keinginan mereka menjadi Energi Jiwa yang murni.

"Awalnya aku tidak terlalu memperhatikannya karena tidak bisa mengultivasikannya setelah menjadi Dewa. Sekarang setelah aku benar-benar memperhatikannya, Teknik Kultivasi ini benar-benar luar biasa."

Wu Yuntian bergumam memuji dengan penuh kekaguman.

Kultivasi Jiwa sulit. Ini tidak seperti Kultivasi Tubuh yang dipenuhi rasa sakit dan penderitaan di setiap langkahnya, melainkan karena hanya ada sedikit cara untuk mengembangkannya.

Kultivasi Tubuh dan Kultivasi Qi sama-sama membutuhkan sumber daya alam; atau dengan kata lain, bantuan eksternal. Namun, Kultivasi Jiwa hanya memiliki sedikit jenis sumber daya yang mampu meningkatkan kekuatan jiwa seseorang.

Jika harta karun semacam itu muncul, pemerintahan teror pasti akan terjadi. Gunung mayat dan sungai darah akan tercipta. Bahkan para Dewa akan saling berebutan dengan segala cara

Jadi, jika Wu Yuntian mampu menghasilkan Energi Jiwa secara mandiri dengan mengolah emosi dan keinginan, itu akan menjadi luar biasa! Dia tidak perlu repot-repot mendapatkan sumber daya untuk meningkatkan kekuatan jiwanya!

Menurut ringkasan manual, setelah Teknik Kultivasi mencapai lapisan tertentu, seseorang mampu menggunakan emosi dan keinginan orang lain di seluruh penjuru dunia untuk menjadi Energi Jiwa!

Wu Yuntian tercengang. Teknik Kultivasi ini benar-benar mengejutkannya.

Menurut pengalamannya sebagai Dewa, para Dewa memerlukan kepercayaan orang-orang untuk mempertahankan keberadaan mereka. Lebih tepatnya, kesadaran mereka.

Oleh karena itu, penyembahan dan kepercayaan terhadap mereka bisa membawa efek yang baik bagi jiwa. Namun, tidak ada yang paham teori di baliknya.

Satu-satunya penjelasan paling masuk akal sejauh ini adalah ada semacam koneksi yang terhubung dengan Dewa dan pengikutnya yang percaya melalui kepercayaan.

Dalam hal ini, Dewa tidak akan pernah benar-benar mati. Namun, menjadi Dewa bagaikan burung di dalam sangkar.

Burung-burung bisa terbang bebas di langit, tetapi terbatas pada sangkar; para Dewa memiliki kekuatan besar, tetapi Dao Surgawi mengekangnya.

Di bawah aturan ketat tersebut, Dewa tidak benar-benar mahakuasa. Belum lagi terjadinya erosi kesadaran seiring berjalannya waktu, yang mengikis mereka untuk berasimilasi dengan Dao Surgawi.

Wu Yuntian juga berakhir seperti itu, berasimilasi dengan Dao Surgawi. Inilah sebabnya dia merasa aneh ketika mendapati dirinya di dalam tubuh seorang pemuda yang sakit-sakitan.

Karena bagaimanapun, mereka yang diangkat menjadi Dewa tidak lagi masuk ke dalam siklus reinkarnasi. Mereka abadi, namun ketika jiwa mereka berasimilasi dengan Dao Surgawi, kesadaran diri mereka akan menghilang dan sepenuhnya menjadi bagian dari Dao Surgawi.

Mereka akan kehilangan rasa diri dan keberadaan diri mereka.

Tidak ada bedanya dengan mereka mati, kemudian memasuki siklus reinkarnasi dengan kehilangan segala hal, disucikan di dalam Sungai Kuning dan bereinkarnasi tanpa ingatan dari kehidupan sebelumnya, hanya karma di kehidupan sebelumnya yang mereka bawa.

Tidak, itu bahkan lebih buruk dari kematian biasa. Mereka tidak bisa bereinkarnasi dan menjalani kehidupan selanjutnya.

Sebenarnya, tidak diketahui apakah reinkarnasi benar-benar ada. Namun, ini adalah kepercayaan yang sudah ada sejak zaman kuno.

Sebelum mempraktikkan Kitab Suci Ketenangan Jiwa, seseorang harus memiliki pondasi dasar dan memenuhi syarat-syaratnya terlebih dahulu, yaitu ketenangan dan konsentrasi.

Sebagai mantan Dewa dengan pengalaman hidup yang kaya, Wu Yuntian tidak perlu repot-repot membangun pondasi dasar itu. Dia sudah bisa melakukannya semudah bernapas.

Segera, dia bisa mempraktikkan lapisan pertama Kitab Suci Ketenangan Jiwa.

Memikirkan ini, Wu Yuntian memejamkan matanya perlahan.

Menarik napas dalam-dalam, dia menghembuskan napas panjang.

"Baik. Aku siap!"

"Siap apa?"

Tepat sebelum dia mulai menjalankan Kitab Suci Ketenangan Jiwa, suara manis seorang gadis kecil memasuki telinganya.

Wu Yuntian membuka matanya dengan terkejut dan hampir mengutuk, "Apa yang—"

Namun, saat penglihatannya melihat sosok gadis kecil yang manis itu, dia terdiam.

Wu Yunxue. Itulah namanya.

Meski tidak memiliki ibu yang sama, Wu Yuntian lama menganggap Wu Yunxue tidak jauh berbeda dengan saudara kandung.

Dia adalah Putri Keempat Kekaisaran Pedang Malam, Wu Yunxue.

Aura riang dan ceria tampaknya memancar dari tubuhnya. Bagi Wu Yuntian yang telah mengalami kegelapan dunia, gadis kecil ini terlalu menyilaukan.

"... Xue'er, kamu hampir membuatku mati karena terkejut!" Wu Yuntian menghela napas tak berdaya. Dia samar-samar bisa merasakan aura yang kuat dari gadis kecil ini.

"Hehehe, bukankah aku hebat? Aku telah mempelajari dasar-dasar Langkah Angin Tanpa Jejak, lho! Kakak tidak akan bisa mendengar langkah kakiku!" Wu Yunxue terkekeh melihat reaksinya. Jelas, dia tidak menganggap serius perkataannya.

Faktanya, Wu Yuntian memang benar-benar hampir mati karena serangan jantung. Seluruh tubuhnya saat ini berada dalam kondisi kelemahan yang ekstrem. Jantungnya yang lemah sangatlah rapuh.

Beruntunglah, dia adalah mantan seorang Dewa yang memiliki pengalaman bertarung yang tak terhitung jumlahnya. Meskipun ini bukan lagi tubuh aslinya, insting yang diasah melalui pertempuran yang tak terhitung jumlahnya telah terukir hingga ke jiwanya. Dia dapat memulihkan ketenangan dalam sekejap.

Wu Yuntian menyaksikan senyum manis yang cerah dari gadis periang yang hampir membuatnya serangan jantung, diam-diam merasa ngeri di dalam hatinya.

'Gadis ini benar-benar sesuatu. Ini mungkin sebabnya aku sejak dulu tidak suka berurusan dengan anak kecil! Ah, setelah dipikir-pikir, apakah ini alasan kenapa aku tidak menerima permintaan wanitaku untuk memiliki keturunan, ya?'

Wu Yuntian tiba-tiba memikirkan kenangan masa lalunya. Dia sudah pernah berhubungan dengan banyak wanita, tetapi dia tidak pernah menjalani hubungan yang serius dengan satu pun dari mereka.

Mungkin itu karena kesombongannya saat masih muda, atau mungkin ada alasan yang lain. Dia sudah tidak ingat lagi. Namun, itu tidak pernah berubah hingga dia diangkat menjadi Dewa, dan tidak memiliki kemampuan untuk memiliki keturunan.

Eits, ini bukan karena dia menjadi impoten. Sederhananya, saat diangkat menjadi Dewa, tubuh dan jiwanya berasimilasi dengan Dao Surgawi sehingga tubuhnya bukan lagi makhluk fana yang membutuhkan keturunan. Bagaimanapun, secara teknis, Dewa itu abadi.

Tampaknya Dao Surgawi tidak mengizinkan makhluk abadi tidak dapat memiliki keturunan. Ini mungkin bayaran dari menjadi makhluk abadi.

Orang bijak pernah mengatakan, makhluk hidup menginginkan keturunan ketika dalam kedamaian, sementara mereka menginginkan keabadian dalam kekacauan.

Saat Wu Yuntian sedang tenggelam dalam pikirannya, Wu Yunxue menjadi cemberut karena tidak diperhatikan.

"Hei, Kak, apa kau tidak akan memujiku?" tanya Wu Yunxue sambil menggembungkan kedua pipinya.

Wu Yuntian kembali tersadar, kemudian tersenyum pahit sambil melihat pintu yang terbuka sedikit karena menyelinapnya adik perempuannya itu.

"Langkah Angin Tanpa Jejak, ya?" Wu Yuntian tersenyum. "Yah, itu tidak buruk. Kamu hebat, Xue'er!"

Saat dia hendak, menepuk kepalanya, dia tidak bisa. Tubuhnya tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya.

Ketika Wu Yunxue melihat tangan kakaknya yang lemas, rasa tak berdaya melintas di matanya. Ekspresinya tampak murung, tetapi itu langsung menghilang.

Dengan ekspresi ceria yang kembali, dia menangkupkan tangan Wu Yuntian dan berkata dengan mata yang dipenuhi tekad, "Kakak, jangan khawatir. Sekarang aku hampir menerobos ke Tahap Pengumpulan Qi! Segera, aku pasti akan menemukan cara untuk menyembuhkan Kakak! Jadi, bertahanlah sampai saat itu, oke?"

Wu Yunxue adalah putri dari Kaisar dan istri ketiganya. Saat dia menginjak usia tiga tahun, ibunya meninggal.

Saat itu, Wu Yunxue menjadi anak yang pemurung. Hari-harinya dipenuhi kesedihan. Namun, Wu Yuntian lama entah bagaimana berhasil menenangkan hatinya.

Sejak hari itu, mereka menjadi dekat.

"Kalau begitu, Kak, aku akan pergi sekarang dan berlatih keras!"

Mengatakan itu, dia mencium kening Wu Yuntian dan berbalik. Dia berlari pergi dengan sedikit rona merah di pipinya. Meski begitu, matanya mengandung tekad tak tergoyahkan yang tampak seperti pejuang sejati.

Wu Yuntian terus menatap pintu keluar dengan ekspresi tercengang. Merasakan bekas ciuman dari gedis berumur sepuluh tahun di dahinya, dia tersenyum sinis.

"Heh, dasar gadis kecil ..."

Setelah mengatakan itu, dia memejamkan matanya dan memasuki kondisi pikiran yang tenang.