Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 33 - Chapter 33

Chapter 33 - Chapter 33

Setelah beberapa hari berlalu, Shirou terus menghabiskan waktunya di Hostess of Fertility, membantu di dapur dan melayani pelanggan. Kehadirannya semakin akrab dengan para pelayan dan pengunjung tetap. Waktu yang dia habiskan bersama Syr tidak hanya membantunya merasa lebih terhubung dengan dunia baru ini, tetapi juga membantu Syr mengasah keterampilan memasaknya. Kini, Syr mulai semakin pandai memasak tanpa banyak bantuan dari Shirou, meskipun terkadang dia masih meminta saran atau tips kecil.

Suatu sore, ketika restoran sepi dan hanya ada sedikit pelanggan yang tersisa, Shirou memperhatikan Syr yang sedang sibuk merapikan dapur setelah menyiapkan beberapa pesanan. Sambil bersandar di meja dapur, dia tersenyum dan memutuskan untuk bertanya sesuatu yang sudah lama ingin dia ketahui.

"Syr," panggilnya lembut, membuat Syr menoleh dengan tatapan ingin tahu. "Aku ingin tahu, apa yang sebenarnya kau sukai dari Bell?"

Pertanyaan itu membuat Syr berhenti sejenak, tetapi senyum lembut segera muncul di wajahnya. Dia tampak merenung sejenak sebelum menjawab, matanya sedikit menerawang. "Bell... dia orang yang jujur dan tulus. Meski dia lemah, dia selalu berusaha keras, tanpa pernah menyerah. Kebaikan hatinya membuat orang lain ingin melindunginya. Itu... yang aku sukai darinya."

Shirou mengangguk, memahami maksud Syr. "Dia memang tampak seperti orang yang baik," komentarnya dengan tulus.

Namun, setelah jeda singkat, Syr menambahkan dengan suara lebih pelan, nyaris berbisik, "Tapi aku tahu... Bell menyukai orang lain." Wajahnya sedikit berubah, ekspresi canggung namun tetap tenang terlihat di wajahnya.

Shirou, yang merasakan ketegangan di udara, mencoba mencairkan suasana dengan candaan. "Yah, kalau begitu, kalau kau sampai ditolak oleh Bell, kau bisa datang padaku. Aku akan menyediakan bahuku untukmu menangis," katanya dengan senyum nakal, berharap bisa membuat Syr tertawa.

Syr, yang mendengar itu, langsung tertawa kecil, tetapi ada kilatan keisengan di matanya. "Shirou, kau benar-benar lelaki yang licik. Memanfaatkan saat perempuan lemah untuk merebut hatinya? Kau berpikir aku tidak menyadari niatmu, ya?" katanya sambil menunjuk Shirou dengan senyum jahil.

Shirou langsung memerah, kata-kata Syr membuatnya merasa tak berkutik. "Itu... itu bukan maksudku!" jawabnya terbata-bata, wajahnya semakin merah. "Aku hanya bercanda."

Syr tertawa lebih keras melihat reaksi Shirou yang malu-malu. "Tentu saja kau bercanda, Shirou. Tapi hati-hati, lelucon seperti itu bisa berbahaya," katanya dengan nada menggoda, masih tersenyum penuh keusilan.

Shirou hanya bisa tersenyum canggung, tidak tahu harus berkata apa lagi. Namun, meskipun suasana sedikit memanas karena candaan itu, perbincangan tersebut membuat mereka berdua merasa semakin akrab satu sama lain. Shirou menyadari bahwa meskipun Syr memiliki sisi lembut dan baik hati, dia juga memiliki ketangguhan yang tersembunyi di balik senyumnya yang ceria. Dan meskipun Shirou sempat merasa canggung, percakapan itu membuat mereka semakin dekat, baik sebagai teman maupun sebagai rekan di Hostess of Fertility.

Malam itu, Finn datang ke Hostess of Fertility, wajahnya terlihat tenang namun membawa nuansa urgensi. Saat Finn memasuki restoran, para pelayan yang masih bekerja segera memperhatikan kedatangannya. Shirou, yang sedang berada di dapur, melihat Finn datang dan tahu bahwa pasti ada sesuatu yang penting yang ingin disampaikan.

Finn mendekati Shirou dengan langkah mantap, dan tanpa basa-basi, dia langsung berkata, "Shirou, bersiaplah. Kau dan anggota laki-laki lainnya dari Loki Familia akan ikut ke Melen. Loki membutuhkan bantuan kita di sana."

Shirou mengangguk serius, memahami bahwa ini bukanlah perjalanan biasa. Melen, kota di tepi laut yang terkenal dengan pelabuhan dan perdagangannya, memiliki jalan masuk ke Dungeon di bawah laut, dan jika Loki Familia memerlukan bantuan di sana, itu berarti situasinya cukup penting.

"Aku akan segera kembali ke Twilight Manor untuk berkemas," kata Shirou dengan nada tegas, bersiap meninggalkan tugasnya di Hostess of Fertility malam itu.

Mama Mia, yang memperhatikan percakapan dari balik meja, menyeka tangannya dari kain lap yang digunakannya dan berjalan mendekat. Dengan suara berat namun ramah, dia berkata, "Kalau begitu, kau boleh pergi sekarang, Shirou. Tidak perlu khawatir tentang pekerjaan di sini. Kami akan mengurus semuanya."

Syr, yang berada tak jauh dari mereka, melangkah maju dengan senyum lembut di wajahnya. "Shirou, kapan pun kau ingin kembali bekerja di sini, pintunya selalu terbuka untukmu," katanya dengan tulus. Matanya memancarkan kehangatan, seperti biasa, meskipun ada sedikit rasa khawatir yang terselip di balik kata-katanya. Seolah dia tahu bahwa perjalanan Shirou ke Melen mungkin bukan perjalanan yang mudah.

Anya, yang mendengar percakapan itu, tidak bisa menahan tawanya. "Haha! Syr hanya senang karena pekerjaannya jadi lebih ringan karena ada kau, Shirou!" katanya sambil menyengir lebar, berusaha mengubah suasana yang sedikit tegang dengan candaan khasnya.

Chloe dan Ryuu, yang sedang beres-beres meja, melambaikan tangan mereka. "Jaga dirimu, Shirou," kata Ryuu dengan senyum tipis namun hangat.

Chloe, dengan tatapan nakal seperti biasa, menambahkan, "Jangan lupa bawa oleh-oleh, ya."

Shirou tidak bisa menahan senyum mendengar canda dan dukungan dari para pelayan. Meskipun hanya beberapa hari bekerja bersama mereka, dia merasa sudah sangat akrab dengan suasana di Hostess of Fertility. "Aku akan kembali secepatnya," balasnya, sambil memberi salam perpisahan pada mereka.

Setelah berpamitan kepada semua orang di restoran, Shirou segera mengenakan mantel dan bersiap untuk kembali ke Twilight Manor. Dalam perjalanannya keluar, dia merasa berat hati meninggalkan tempat yang telah menjadi seperti rumah keduanya, tetapi dia tahu bahwa tugas di Melen adalah prioritas, dan Loki Familia membutuhkan bantuannya. Dengan senyum terakhir kepada mereka yang masih ada di dalam, Shirou melangkah keluar dari Hostess of Fertility dan menuju Twilight Manor, siap untuk berkemas dan menghadapi tantangan yang menanti di depan.

Keesokan harinya, sebelum mereka berangkat menuju Melen, Finn mengumpulkan semua anggota laki-laki Loki Familia yang akan ikut dalam misi tersebut. Mereka berkumpul di ruang strategis di Twilight Manor, suasana tegang terasa di udara. Semua orang tampak serius, menyadari bahwa misi kali ini bukanlah sesuatu yang biasa. Shirou, Gareth, Bete, dan yang lainnya menunggu instruksi lebih lanjut dari Finn, yang tampak sedang memeriksa surat penting di tangannya.

Finn mengangkat pandangannya dari surat yang baru saja diterimanya dan memulai pembicaraan. "Aku baru saja menerima kabar dari Loki melalui surat ini," kata Finn dengan nada tegas namun tenang, memegang surat itu di tangannya. Semua mata tertuju padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Ini mengenai situasi di Melen, tempat anggota perempuan kita saat ini berada."

Shirou, yang berdiri di antara anggota lain, memperhatikan Finn dengan seksama. Ada rasa khawatir yang menyelinap di dalam dirinya, terutama karena dia tahu Aiz, Tiona, Tione, dan anggota perempuan Loki Familia lainnya berada di sana tanpa mereka.

"Menurut laporan yang diterima Loki, para perempuan dari Loki Familia telah menemukan sesuatu yang tidak terduga di bawah laut di sekitar Melen," Finn melanjutkan, suaranya terdengar jelas meskipun suasana hening. "Mereka menemukan keberadaan monster Violas yang berenang di bawah laut. Ini adalah hal yang sangat tidak biasa, karena Violas seharusnya tidak berada di laut, apalagi berenang."

Mendengar itu, beberapa anggota laki-laki saling berpandangan dengan cemas. Violas adalah monster tumbuhan pemakan manusia, biasanya muncul di Dungeon, bukan di perairan terbuka. Kehadiran mereka di laut bisa berarti masalah besar.

"Namun, bukan hanya itu," Finn melanjutkan, nadanya menjadi lebih serius. "Telah terjadi konfrontasi antara anggota Loki Familia dengan Kali Familia. Seperti yang mungkin kalian ketahui, Kali Familia adalah kelompok petualang yang dipimpin oleh Kali, seorang dewi perang. Mereka dikenal karena kekuatan brutal mereka, dan kabar yang kami terima menyebutkan bahwa Kali Familia memiliki dua petarung level 6."

Shirou merasakan ketegangan semakin meningkat di ruangan itu. Petarung level 6 bukanlah lawan sembarangan. Mereka termasuk dalam kalangan elite yang sangat berbahaya, dan menghadapi dua dari mereka dalam satu konfrontasi bisa berarti pertempuran yang sangat berat.

"Dua petarung level 6 dari Kali Familia adalah Argana dan Bache, kembar Amazon yang terkenal karena kekejaman dan keterampilan bertarung mereka. Mereka telah menyebabkan masalah besar bagi anggota perempuan kita di sana, dan Loki meminta bantuan dari kita untuk memperkuat pertahanan di Melen dan memastikan situasi tidak semakin memburuk." Finn menutup surat itu dan menatap setiap orang di ruangan. "Ini bukan misi yang mudah. Kalian harus siap untuk menghadapi monster di bawah laut dan kemungkinan konfrontasi dengan Kali Familia."

Suasana semakin tegang, namun ada semangat dan tekad yang terpancar dari setiap anggota Loki Familia. Mereka semua tahu bahwa mereka harus melindungi rekan-rekan perempuan mereka di Melen dan memastikan situasi tidak lepas kendali.

Gareth, yang selalu tenang di tengah tekanan, menghela napas berat. "Violas di bawah laut... dan Kali Familia? Ini tidak akan mudah."

Bete, meskipun tampak santai, mengangguk setuju. "Hmph, semakin menarik. Sudah lama aku ingin melawan orang-orang dari Kali Familia." Ada semangat bertarung yang menyala di matanya, meskipun situasinya sangat serius.

Shirou, di sisi lain, merenung sejenak. Dia merasa tegang dengan kabar tentang Violas dan Kali Familia, tetapi dia juga merasa yakin bahwa mereka tidak akan membiarkan situasi ini berlarut-larut. Bagaimanapun juga, dia dan yang lainnya ada di sini untuk mendukung, dan dia akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi teman-temannya.

"Baik," kata Finn akhirnya, "kita akan berangkat segera setelah kalian semua siap. Pastikan kalian membawa persediaan dan senjata yang diperlukan. Kita harus bersiap menghadapi apa pun yang ada di depan kita di Melen."

Dengan perintah itu, semua anggota Loki Familia yang hadir segera bergerak untuk mempersiapkan diri. Shirou segera pamit untuk kembali ke kamarnya, mengambil persenjataan dan perlengkapan yang dia butuhkan untuk perjalanan. Di dalam hatinya, dia merasa bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan teman-temannya di sana, terutama setelah mendengar tentang bahaya yang menanti mereka di Melen.

Setelah semua persiapan selesai dan perbekalan diatur dengan rapi, rombongan Loki Familia yang terdiri dari anggota laki-laki, termasuk Shirou, Finn, Gareth, dan Bete, berangkat menuju Melen menggunakan kereta kuda. Perjalanan ini akan memakan waktu berjam-jam, dan mereka harus bergerak cepat karena situasi di Melen semakin mendesak.

Kereta kuda berderak-derak di sepanjang jalan berbatu di luar Orario, melewati pedesaan yang mulai tenang. Udara pagi yang sejuk perlahan berubah menjadi hangat seiring matahari naik, tetapi para petualang di dalam kereta tetap fokus, pikiran mereka dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang menanti di depan.

Shirou duduk di dalam kereta, memandang ke luar jendela sambil merenung. Di sekelilingnya, ada percakapan ringan dari teman-temannya, meski sebagian besar tampaknya sama tegangnya dengan Shirou. Finn, yang duduk di depannya, sibuk memeriksa peta dan sesekali berbicara dengan Gareth tentang rencana mereka setibanya di Melen.

"Violas di bawah laut...," gumam Gareth sambil mengerutkan kening. "Ini benar-benar tak masuk akal. Apa mereka berevolusi atau ada sesuatu yang memancing mereka keluar dari Dungeon?"

Finn mengangguk, ekspresinya serius. "Itulah yang akan kita selidiki. Selain itu, ada ancaman Kali Familia yang tak boleh dianggap remeh."

Di sisi lain, Bete yang tampak santai duduk di sudut kereta, menendang-nendangkan kakinya ke kursi di depannya dengan sikap kurang sabar. "Kita bisa bertarung sesegera mungkin begitu sampai. Aku sudah bosan duduk di sini," katanya dengan nada tajam, matanya menyipit penuh antisipasi.

Shirou, meskipun sedikit khawatir, merasa lebih tenang mendengar percakapan teman-temannya. Dia menyadari bahwa mereka telah menghadapi banyak situasi berbahaya sebelumnya, dan kali ini tidak akan berbeda. Meski ancaman Violas dan Kali Familia berbahaya, dia tahu mereka akan menghadapi semuanya dengan keberanian dan strategi yang tepat.

Selama perjalanan, pemandangan mulai berubah dari hamparan ladang hijau ke arah yang lebih berbukit, menunjukkan bahwa mereka semakin mendekati pesisir Melen. Angin laut yang sejuk mulai terasa, menyapu wajah mereka dari jendela kereta. Langit perlahan berubah menjadi jingga keemasan saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat.

Sore hari, mereka akhirnya tiba di Melen. Kota pelabuhan itu terlihat cantik dari kejauhan, dikelilingi oleh perairan biru yang tenang. Di seberang pelabuhan, mereka bisa melihat kapal-kapal besar yang tertambat, serta perahu-perahu kecil yang berlayar bolak-balik membawa hasil laut dan barang dagangan. Namun, di balik ketenangan itu, ada kesan bahwa sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi.

Begitu kereta berhenti, Finn turun lebih dulu, diikuti oleh anggota lainnya. Shirou melangkah keluar dari kereta dan menghirup dalam-dalam aroma laut yang asin. Matahari yang mulai tenggelam memberikan nuansa oranye keemasan pada permukaan air, menciptakan bayangan indah yang menyelimuti kota pelabuhan tersebut. Meski terlihat tenang di permukaan, Shirou bisa merasakan adanya ketegangan di udara.

"Kita sudah tiba," kata Finn sambil mengamati sekeliling. "Waktu kita terbatas. Kita harus segera bertemu dengan anggota Loki Familia yang lain dan memastikan situasinya."

Shirou mengangguk, dan mereka mulai berjalan menuju pusat kota, di mana mereka akan bertemu dengan anggota perempuan Loki Familia. Meskipun mereka telah tiba di Melen, tantangan sesungguhnya baru akan dimulai. Shirou tahu bahwa pertempuran di bawah laut, monster Violas, dan konfrontasi dengan Kali Familia akan menjadi ujian berat bagi mereka semua. Namun, dengan rekan-rekannya di sisinya, Shirou siap menghadapi apa pun yang datang di depan.

Finn, dengan tatapan tajam dan tegas, memimpin kelompoknya menuju posisi strategis. Sesampainya di Melen, setelah mempelajari situasi dan lokasi pertempuran yang berlangsung, dia segera memerintahkan anggota laki-laki Loki Familia untuk berkumpul di atap salah satu bangunan tertinggi di kota, sebuah tempat yang memberikan pandangan luas ke medan di bawah mereka.

"Kita akan mengambil alih dari sini," perintah Finn sambil menggulung bendera berlambang badut, simbol Loki Familia, yang dibawa oleh Gareth. Bendera itu akan menjadi tanda kehadiran mereka dalam pertempuran ini, memberikan semangat bagi rekan-rekan mereka yang sudah lebih dulu terlibat dalam pertempuran. Anggota laki-laki berkumpul dengan cepat, membawa senjata mereka, siap untuk bertempur.

Dari atas atap itu, Shirou, Gareth, Bete, dan yang lainnya bisa melihat jelas situasi yang terjadi di bawah. Loki Familia tampaknya dikepung oleh sejumlah besar lawan, yang sebagian besar adalah Amazon—petarung tangguh dari Kali Familia. Mereka bertarung dengan brutal, menyerang tanpa henti, membuat anggota perempuan Loki Familia harus bertahan keras.

Finn memperhatikan dengan seksama. Dia bisa melihat Riveria yang dikepung oleh sekelompok Amazon yang mencoba merangsek ke arahnya. Tanpa ragu, Finn memberikan perintah dengan suara lantang. "Serang! Kita bantu mereka sekarang!"

Dengan perintah itu, anggota laki-laki Loki Familia melompat dari atap dengan kecepatan dan ketepatan tinggi. Bete bergerak dengan kecepatan luar biasa, langsung menyerang musuh yang paling dekat dengannya. Sementara itu, Finn sendiri mengincar kelompok Amazon yang mengelilingi Riveria. Dia berlari menuju Riveria yang tampak terdesak, tombaknya siap untuk menyerang.

Riveria, meski terpojok, tetap mempertahankan ketenangannya. Namun, jumlah musuh yang terlalu banyak membuatnya kesulitan untuk memfokuskan kekuatan sihirnya. Ketika Finn tiba, dia menghajar para Amazon dengan kekuatan dan ketepatan yang mematikan. Dengan satu sapuan tombak, Finn mampu menjatuhkan beberapa petarung sekaligus, membuat mereka pingsan dalam sekejap. "Kau baik-baik saja, Riveria?" tanyanya, suaranya tetap tenang meskipun medan pertempuran di sekeliling mereka kacau.

Riveria mengangguk, napasnya masih teratur meski tampak lelah. "Aku baik-baik saja. Tapi Lefiya... dia ada di gua dekat sudut kota. Dia diculik oleh para Amazon."

Mendengar itu, Finn segera mengambil tindakan. "Gareth! Shirou! Pergi ke gua dan temukan Lefiya! Pastikan dia aman!" perintah Finn dengan nada yang tegas namun penuh keyakinan.

Gareth, yang selalu siap bertindak cepat, mengangguk tanpa ragu. "Ayo, Shirou! Kita harus bergerak cepat!" Dengan langkah cepat dan penuh tekad, Gareth dan Shirou segera berlari menuju arah yang ditunjukkan oleh Riveria, melewati medan pertempuran yang masih berlangsung di sekitar mereka. Shirou merasakan tekanan meningkat, tetapi tekadnya untuk menyelamatkan Lefiya mendorongnya untuk tidak kehilangan fokus.

Di sepanjang perjalanan, Shirou dan Gareth harus menghadapi beberapa musuh yang mencoba menghalangi jalan mereka, tetapi dengan kekuatan Gareth yang luar biasa dan ketangkasan Shirou, mereka berhasil memukul mundur para penyerang tanpa kesulitan berarti. Di dalam hati, Shirou tahu bahwa waktu adalah kunci. Lefiya mungkin dalam bahaya, dan dia tidak akan membiarkan rekannya terluka karena kelambatan mereka.

Saat mereka tiba di lokasi yang dimaksud, Gareth tidak ragu-ragu untuk langsung bertindak. Dengan satu pukulan kuat, dia menghantam atap gua, menciptakan lubang besar yang cukup untuk dia terjun ke dalam. Batu-batu beterbangan, dan dengan ledakan keras, Gareth mendarat di tengah gua, berdiri kokoh seperti batu karang yang tak tergoyahkan. Di sekelilingnya, para Amazon yang menjaga Lefiya terkejut melihat kemunculannya yang tiba-tiba.

"Ayo, siapa yang berani melawanku?!" tantang Gareth dengan suara menggema di seluruh gua, sikapnya penuh percaya diri. Tanpa menunggu jawaban, beberapa Amazon yang berani segera menyerangnya, tapi dengan mudah, Gareth menghalau mereka satu per satu. Dengan tinju sekeras baja dan pertahanan yang tak tertembus, Gareth menahan serangan mereka seperti tak lebih dari angin sepoi-sepoi. Satu per satu, para Amazon terjatuh, tak mampu menghadapi kekuatan sang dwarf legendaris.

Sementara Gareth sibuk menghajar musuh-musuhnya, Shirou bergerak dengan cepat dan senyap di sekitar gua. Di sudut gua yang gelap, dia melihat Lefiya, terikat dan terpojok, dengan ekspresi khawatir di wajahnya. Melihat kesempatan, Shirou menyelinap di belakang para Amazon yang tersisa, mendekati Lefiya tanpa menarik perhatian mereka. Dengan cepat, dia mulai melepaskan ikatan yang membelenggu tangan dan kaki Lefiya.

Begitu ikatannya lepas, Lefiya mendongak dan menatap Shirou dengan mata berbinar. "Shirou!" serunya, rasa lega dan bahagia terdengar jelas dalam suaranya. "Kau datang menyelamatkanku!"

Shirou tersenyum, menatap lembut ke arah Lefiya. "Tentu saja, aku tak akan membiarkan tuan putri dalam bahaya," balasnya dengan nada ringan, mencoba mencerahkan suasana meskipun keadaan masih tegang. Dia melirik ke arah Gareth, yang masih bertarung dengan mudah melawan para Amazon. Setiap serangan dari musuh seperti tak berpengaruh pada Gareth yang besar dan kuat itu.

Melihat betapa santainya Gareth dalam menghadapi keroyokan, Shirou menoleh kembali ke Lefiya, sedikit tersenyum. "Sementara Gareth sedang asyik bertarung, kurasa aku yang akan menyelamatkan tuan putri kali ini," candanya, meski ada nada keseriusan di balik kata-katanya.

Lefiya langsung memerah mendengar kata-kata Shirou, wajahnya merona dalam kegelapan gua yang redup. Meski malu, ada kehangatan dalam perasaannya, dan tanpa banyak kata, dia membiarkan Shirou menggendongnya. Shirou mengangkatnya dengan mudah dalam posisi princess carry, membuat Lefiya merasakan detak jantungnya semakin cepat.

Sambil memeluk erat dada Shirou, Lefiya merasa terlindungi dan aman. "Terima kasih... Shirou," bisiknya, suaranya lembut namun penuh makna.

Shirou tersenyum hangat, memandang ke arah Lefiya dengan lembut. "Jangan khawatir, Lefiya. Aku akan membawamu keluar dari sini," katanya dengan tenang, meski dia juga sadar bahwa mereka harus cepat keluar sebelum para Amazon menyusun kembali serangan mereka.

Dengan Lefiya di pelukannya, Shirou dengan hati-hati membawa mereka berdua keluar dari gua, bergerak dengan cepat namun tetap waspada. Di belakang mereka, suara Gareth yang tertawa sambil terus menghadapi musuh-musuhnya terdengar samar-samar. Meski masih ada bahaya di sekitarnya, Shirou tahu bahwa dengan kekuatan Gareth di belakang, dia memiliki waktu yang cukup untuk membawa Lefiya ke tempat yang aman.

Saat mereka keluar dari gua dan menjauh dari pertempuran, Lefiya tetap memeluk Shirou erat-erat, merasa tenang meskipun baru saja mengalami pertempuran sengit. Shirou tahu bahwa mereka masih memiliki banyak hal yang harus dihadapi, tetapi untuk saat ini, yang penting adalah menyelamatkan Lefiya dan memastikan dia aman.

Setelah mereka berhasil keluar dari gua, Shirou dengan hati-hati menurunkan Lefiya dari pelukannya. Dia melepaskannya dengan lembut, dan Lefiya berdiri di sampingnya, wajahnya masih memerah karena malu. Meskipun begitu, senyum lembut tak hilang dari bibirnya. Suasana di sekitar mereka kini lebih tenang, meskipun masih ada ketegangan di kejauhan dari pertempuran yang sedang berlangsung.

"Kau baik-baik saja?" tanya Shirou, memastikan Lefiya benar-benar dalam kondisi aman.

Lefiya mengangguk pelan. "Iya, terima kasih, Shirou." Meski suaranya tenang, ada rasa hangat yang terasa dalam kata-katanya, seolah dia baru saja melewati sesuatu yang sangat berarti.

Shirou lalu melirik ke arah pantai yang terhampar di depan mereka. "Bagaimana kalau kita berjalan di pantai sambil memeriksa kondisi di sekitar?" sarannya, merasa bahwa mereka masih perlu waspada meskipun keadaan tampaknya sudah mulai mereda.

Lefiya mengangguk setuju. "Baik, itu ide yang bagus." Dia mulai berjalan di samping Shirou, langkahnya tenang dan lembut. Mereka berjalan beriringan, perlahan-lahan menjauh dari gua yang baru saja mereka tinggalkan.

Pantai malam itu tampak begitu indah. Cahaya rembulan yang bulat sempurna memantulkan cahayanya di atas laut yang tenang, menciptakan pemandangan yang damai. Ombak berderai lembut di tepi pantai, membawa ketenangan setelah suasana penuh ketegangan sebelumnya. Pasir putih berkilauan di bawah cahaya bulan, dan angin malam yang sejuk membelai wajah mereka dengan lembut.

Saat mereka terus berjalan, Shirou menoleh ke arah laut dan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Di kejauhan, di atas permukaan air, ada jalur panjang yang berkilauan—bongkahan es memanjang yang tampak seperti jembatan es, terbentang dari pantai menuju sebuah kapal di laut. "Itu sihir es milik Riveria, bukan?" gumam Shirou, kagum dengan kekuatan yang begitu hebat.

Lefiya melirik ke arah yang ditunjuk Shirou dan mengangguk. "Ya, itu sihir Riveria. Dia menciptakan jalur es di atas laut." Dia menatap kapal di kejauhan, matanya memperhatikan sesuatu. "Di kapal itu, mungkin Tione sedang bertarung dengan Argana," lanjut Lefiya dengan nada cemas, mengingat pertarungan yang sedang berlangsung antara rekan-rekannya dan musuh dari Kali Familia.

Mendengar itu, Shirou langsung bersiap untuk pergi membantu. "Kalau begitu, aku harus pergi ke sana dan membantu mereka," katanya dengan tegas, tangannya mengepal bersiap untuk bertindak.

Namun, sebelum Shirou bisa bergerak, dia merasakan sentuhan lembut di tangannya. Lefiya telah memegang tangan Shirou dengan lembut, menghentikan langkahnya. "Tunggu, Shirou," katanya dengan suara lembut namun penuh keyakinan.

Shirou menoleh ke arah Lefiya, bingung, tapi saat melihat arah yang ditunjuknya, dia mengerti maksudnya. Finn, sang kapten yang penuh perhitungan, sedang berlari di atas es yang diciptakan oleh Riveria, dengan cepat bergerak menuju kapal. Finn tampaknya sudah siap untuk membantu Tione melawan Argana, dan dengan keberanian serta kecerdasannya, Shirou tahu bahwa Finn akan mampu menangani situasi itu.

"Dia sudah bergerak," kata Lefiya dengan tenang, matanya masih tertuju pada sosok Finn yang bergerak di kejauhan. "Tidak perlu khawatir. Finn akan menangani pertarungan itu."

Shirou menghembuskan napas lega, bahu yang tadi tegang mulai sedikit rileks. "Kau benar. Finn sudah di sana," katanya, menyadari bahwa mereka tidak perlu buru-buru menuju kapal.

Setelah suasana menjadi lebih tenang, Shirou menoleh kembali ke arah Lefiya. "Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" tanyanya, meskipun di dalam hatinya dia merasa lebih santai dengan kehadiran Lefiya di sisinya.

Lefiya tersenyum lembut, rona merah masih tampak samar di pipinya. "Kita bisa melanjutkan berjalan di pantai. Mungkin sedikit menikmati kedamaian sebelum kita kembali," usulnya, suaranya pelan dan lembut. Dia tampak menikmati momen ini, seolah ingin memperpanjang waktu yang dia habiskan bersama Shirou.

Shirou tersenyum hangat, lalu mengangguk. "Baiklah. Mari kita terus berjalan."

Mereka berdua melanjutkan langkah mereka di sepanjang pantai, ditemani oleh suara ombak yang lembut dan sinar rembulan yang menerangi malam. Meski ada pertempuran besar yang berlangsung, untuk sesaat, mereka merasakan kedamaian yang langka di tengah-tengah kekacauan.

Mereka berjalan beriringan di sepanjang pantai, ditemani suara lembut ombak yang memecah di tepi, dan sinar bulan yang berkilauan di permukaan air. Dalam keheningan yang damai itu, Shirou melirik ke arah Lefiya, sedikit tersenyum sebelum bertanya dengan lembut, "Bagaimana, Lefiya? Kau menikmati jalan-jalan di Melen ini?"

Lefiya menoleh ke arahnya, senyum manis terlukis di wajahnya. "Melen benar-benar indah," katanya dengan nada lembut. "Tadi kami sempat berenang di laut sebelum semua kekacauan ini terjadi." Wajahnya sedikit berubah saat dia mengingat sesuatu, lalu dia menambahkan dengan nada geli, "Oh, dan kau tahu? Aiz ternyata sama sekali tidak bisa berenang."

Shirou mengangkat alis, sedikit terkejut. "Benarkah? Aiz tidak bisa berenang?"

Lefiya tertawa kecil, melanjutkan ceritanya. "Iya, itu lucu sekali. Ternyata dia punya trauma sejak kecil. Dulu, Riveria menjatuhkannya ke kolam karena Aiz memanggilnya 'nenek lampir'. Sejak itu, Aiz jadi takut air." Lefiya tertawa geli saat mengingat kejadian itu, senyumnya semakin cerah.

Shirou, mendengarkan dengan seksama, ikut tersenyum. Bayangan Aiz, yang begitu tangguh di medan pertempuran namun tak berdaya di air, membuatnya merasa heran. "Aku tidak pernah menyangka Aiz memiliki kelemahan seperti itu," katanya sambil menggelengkan kepala dengan senyum kecil.

Lefiya melanjutkan ceritanya dengan mata berbinar, "Oh, dan tadi saat kami berenang, kami semua menggunakan bikini. Aiz memakai bikini putih yang benar-benar cocok dengannya. Dia terlihat begitu cantik." Suara Lefiya penuh kekaguman saat dia memuji Aiz, seolah-olah dia sedang menceritakan sesuatu yang sangat istimewa.

Shirou, yang mendengar itu, tersenyum nakal, dan sebelum menyadari sepenuhnya apa yang akan dia katakan, kata-kata itu keluar dari mulutnya. "Kalau begitu, aku yakin Lefiya juga tak kalah cantik mengenakan bikini."

Lefiya, yang awalnya terkejut mendengar komentar Shirou, langsung memerah seketika. Wajahnya berubah merah padam, dan tanpa berpikir dua kali, dia memanggil, "Shirou! Dasar mesum!" Matanya melotot, meskipun tidak bisa menyembunyikan senyum kecil di balik amarahnya yang dibuat-buat.

Shirou, yang tiba-tiba menyadari apa yang baru saja dia ucapkan, langsung kaku dan tak bisa berkata apa-apa. Wajahnya memerah, dan dia merasa canggung tak tahu harus menjawab bagaimana. "A-Aku tidak bermaksud begitu... Maksudku, aku hanya mencoba..." katanya, gagap, berusaha memperbaiki situasi tapi malah semakin membuat dirinya terjebak dalam rasa malu.

Lefiya, yang awalnya marah-marah, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Shirou yang panik dan canggung. "Hahaha! Kau lucu sekali, Shirou!" katanya sambil tertawa, tangannya menutupi mulutnya untuk menahan tawa. "Jangan khawatir, aku hanya bercanda."

Shirou, masih merasa canggung, hanya bisa tersenyum kecil, merasa lega karena ternyata Lefiya tidak terlalu tersinggung.

Setelah tawa Lefiya mereda, dia tiba-tiba menarik tangan Shirou dengan lembut. "Ayo, kita jelajahi kota ini lebih jauh. Masih banyak yang bisa kita lihat di Melen pada malam hari ini." Suaranya kembali lembut dan hangat, sementara senyum cerah kembali menghiasi wajahnya.

Shirou, meskipun masih sedikit malu, mengangguk dan mengikuti langkah Lefiya. Mereka berjalan berdua menyusuri pantai dan menuju bagian kota yang masih dipenuhi lampu-lampu yang berkilauan. Malam itu terasa begitu damai, seolah-olah sejenak mereka bisa melupakan semua ketegangan dan bahaya yang baru saja mereka hadapi.