Pagi berikutnya, langit Orario begitu cerah dengan cahaya matahari yang mulai menyinari kota. Shirou berdiri di depan gerbang besar Twilight Manor, mengenakan pakaian kasualnya. Di sampingnya, Loki, sang dewi yang terkenal dengan senyumnya yang nakal dan sikapnya yang ceria, tampak penuh antusiasme. Matanya yang tajam mengamati jalanan di depan mereka, menanti kedatangan anggota Familia yang baru saja kembali dari ekspedisi panjang di dalam Dungeon.
Anggota Loki Familia mulai terlihat di kejauhan, perlahan-lahan muncul satu per satu. Beberapa terlihat kelelahan, namun wajah mereka menunjukkan kepuasan setelah ekspedisi yang sukses. Shirou memperhatikan dengan seksama. Dia mengenali beberapa wajah yang akrab baginya—Aiz Wallenstein, Tiona, Tione, dan Finn, sang kapten, yang memimpin kelompok tersebut dengan langkah penuh percaya diri. Di antara mereka, Lefiya tampak kelelahan, namun ada kilauan kebanggaan di matanya. Shirou tahu betapa pentingnya ekspedisi ini bagi mereka semua.
Loki, yang sejak tadi sudah tidak sabar, tiba-tiba melompat maju dengan ekspresi gembira yang berlebihan. "Kalian sudah kembali! Aku sangat merindukan kalian!" teriaknya dengan suara nyaring, matanya bersinar penuh kegembiraan. Tanpa memperhatikan protes anggota familia yang lain, Loki mengulurkan tangannya lebar-lebar, siap untuk memeluk siapa saja yang ada di depannya.
Namun, semua anggota Loki Familia yang sudah tahu bagaimana tingkah polah dewi mereka ini, dengan cekatan menghindar. Aiz melompat ke samping dengan gerakan cepat, Tiona dan Tione segera mundur beberapa langkah, dan Finn dengan cerdiknya melangkah ke belakang seorang petualang lain. Loki tetap saja melesat ke depan, berharap mendapatkan mangsanya, tapi yang dia temui hanya udara kosong saat semua orang berhasil menghindar.
Namun, Lefiya tidak cukup cepat. Dia baru saja menyadari apa yang terjadi ketika Loki sudah berada tepat di depannya. Sebelum dia bisa bereaksi, Loki telah merangkulnya erat-erat dengan tawa menggema. "Lefiya! Kau tidak bisa lari dariku!" serunya, memeluk gadis elf itu dengan begitu kuat seolah-olah tidak akan pernah melepaskannya.
Lefiya tersentak, wajahnya berubah menjadi merah cerah. "L-Loki-sama...!" protesnya, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman dewi yang terlalu antusias ini. Namun, Loki hanya tertawa semakin keras, tidak sedikit pun berniat melepaskannya.
"Kenapa kau malu, Lefiya?" goda Loki, mengusap-usap pipi Lefiya dengan senyum nakal. "Kau sepertinya makin manis saja!"
Anggota lain tertawa melihat kejadian ini, sementara Lefiya semakin merah padam, jelas-jelas malu karena perhatian yang tidak diinginkannya. Akhirnya, setelah beberapa saat, Loki melepaskannya dengan senyum puas, sambil menepuk bahu Lefiya yang tampak kebingungan.
Shirou, yang menyaksikan dari dekat, tidak bisa menahan senyumnya. Ini adalah momen-momen yang hangat dan menggambarkan betapa dekatnya hubungan antara Loki dan para anggota familianya, meskipun dengan cara yang agak eksentrik. Meskipun terkadang menyebalkan, Loki benar-benar peduli pada mereka semua.
Setelah Loki melepaskan Lefiya, anggota Familia lainnya mulai berkumpul di sekitar gerbang, melaporkan hasil ekspedisi mereka kepada sang dewi. Loki mendengarkan dengan seksama, sesekali memberikan komentar atau candaan, sementara Shirou berdiri di sampingnya, merasakan kehangatan yang aneh dari dinamika keluarga yang penuh warna ini. Dalam hati, ia merasa sedikit lega karena kedatangan mereka kembali berarti ia tak lagi sendirian di Twilight Manor, dan kini ia bisa bertanya lebih banyak tentang pengalaman mereka di Dungeon.
Setelah momen hangat dan ceria di depan gerbang Twilight Manor, Loki Familia mulai berkumpul untuk melaporkan hasil ekspedisi mereka. Suasana penuh semangat dan antusiasme, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam nada mereka. Shirou yang berdiri tidak jauh dari Loki, memasang telinganya lebih tajam. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang penting dan serius dari ekspedisi kali ini yang menarik perhatian mereka semua.
Finn Deimne, kapten Loki Familia, berdiri di depan kerumunan anggota Familia yang telah berkumpul. Matanya yang tajam menunjukkan rasa khawatir meski dia berusaha menyembunyikannya. "Selama ekspedisi kali ini," katanya dengan suara yang tegas, "kami menemukan sesuatu yang tidak biasa—monster jenis baru yang belum pernah kami temui sebelumnya. Kami telah memberinya nama 'Virga'."
Shirou, yang mendengarkan dengan penuh perhatian, merasa penasaran. Virga? Nama itu terdengar aneh dan asing di telinganya. Dia memperhatikan bagaimana anggota Familia lainnya juga menunjukkan reaksi yang berbeda-beda—beberapa tampak khawatir, sementara yang lain mengerutkan kening seolah-olah mengingat kembali pertempuran mereka dengan monster tersebut.
Finn melanjutkan penjelasannya, "Virga ini berbentuk seperti ulat besar, namun jangan tertipu oleh penampilannya. Mereka menembakkan cairan asam yang sangat kuat, mampu melelehkan logam apa pun yang disentuhnya. Bahkan senjata dan armor kita tidak bisa bertahan lama jika terkena cairan ini."
Sebuah gumaman rendah terdengar dari anggota Familia lainnya. Asam yang mampu melelehkan logam adalah ancaman besar, terutama bagi petualang yang bergantung pada peralatan mereka untuk bertahan hidup di dalam Dungeon. Shirou merasakan hawa dingin merayapi punggungnya, membayangkan betapa berbahayanya monster seperti itu.
Finn kemudian menambahkan dengan nada yang lebih serius, "Lebih buruk lagi, ketika Virga mati, tubuh mereka meledak. Ledakan itu tidak hanya berbahaya bagi siapa pun di sekitarnya, tapi juga menyebarkan asam ke area yang lebih luas. Bahkan jika kita berhasil mengalahkan mereka, ancaman dari ledakan itu tetap ada."
Shirou menelan ludahnya. Ini adalah tantangan yang sama sekali baru baginya. Dia teringat betapa pentingnya mempertimbangkan taktik dan strategi dalam pertempuran, terutama saat melawan monster yang memiliki kemampuan semacam ini. Virga bukan hanya monster yang kuat secara fisik, tetapi juga cerdas dalam cara mereka memanfaatkan serangan mereka.
Namun, apa yang Finn katakan selanjutnya benar-benar menarik perhatian semua orang. "Kami juga memperhatikan," katanya dengan suara yang sedikit lebih pelan, "bahwa Virga ini tidak hanya menyerang kami, tetapi juga monster lain di sekitar mereka. Mereka mengonsumsi Magic Stone dari monster lain, seolah-olah itu adalah sumber kekuatan bagi mereka."
Suasana menjadi tegang. Monster yang menyerang monster lain untuk mengambil Magic Stone? Ini adalah sesuatu yang benar-benar tidak biasa. Biasanya, monster di Dungeon hanya menyerang petualang atau makhluk lain sebagai bagian dari naluri mereka untuk bertahan hidup, tetapi memakan Magic Stone adalah sesuatu yang baru dan mengkhawatirkan.
Shirou memikirkan implikasi dari penemuan ini. Jika monster seperti Virga terus berkembang dan mengonsumsi Magic Stone dari monster lain, mereka bisa menjadi lebih kuat dan sulit dikendalikan. Dungeon sendiri bisa menjadi tempat yang lebih berbahaya dari sebelumnya, terutama bagi petualang pemula seperti dirinya.
Loki, yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, akhirnya angkat bicara. "Ini adalah sesuatu yang harus kita laporkan ke Guild segera. Mereka perlu tahu tentang ancaman ini, dan kita mungkin harus menyusun strategi baru jika kita berencana untuk kembali ke lantai tempat mereka muncul."
Semua orang mengangguk setuju. Bahkan Aiz, yang biasanya tenang dan dingin, tampak memikirkan sesuatu dengan serius. Shirou bisa merasakan betapa pentingnya masalah ini bagi Loki Familia. Ini bukan hanya tentang menghadapi monster baru, tetapi juga tentang memikirkan keselamatan mereka dan bagaimana mereka bisa melindungi petualang lainnya.
Ketika percakapan berlanjut, Shirou merasa bahwa ia telah belajar banyak hanya dengan mendengarkan mereka. Meskipun ia tidak ikut dalam ekspedisi ini, pengalaman dan informasi yang mereka bagikan adalah sesuatu yang berharga. Itu membuatnya lebih sadar akan bahaya yang ada di dalam Dungeon, dan betapa pentingnya untuk selalu siap menghadapi apapun yang ada di hadapannya.
Di dalam pikirannya, Shirou bertekad untuk terus meningkatkan kemampuannya. Dia tahu bahwa suatu hari nanti, dia juga akan menghadapi monster seperti Virga. Dan saat itu tiba, dia harus siap, tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk melindungi orang-orang yang penting baginya.
Di dalam Twilight Manor, suasana perlahan berubah menjadi lebih santai setelah semua anggota Loki Familia kembali dari ekspedisi. Mereka yang memiliki level lebih tinggi—Aiz, Lefiya, Tiona, dan Tione—dipersilakan untuk beristirahat dan membersihkan diri terlebih dahulu. Dengan langkah-langkah cepat, mereka menuju ke area pemandian, sambil berbincang ringan tentang apa yang terjadi selama ekspedisi. Tawa dan percakapan mereka menggema di sepanjang lorong, menciptakan suasana yang lebih ringan setelah ketegangan di Dungeon.
Shirou, yang menyadari dirinya belum begitu lelah, mengambil kesempatan ini untuk menyiapkan makan siang. Dia berjalan ke dapur, membuka lemari dan memeriksa bahan-bahan yang tersedia. Sambil mulai memotong sayuran dan menyiapkan daging, dia berpikir tentang percakapan yang baru saja dia dengar mengenai monster baru, Virga. Pikiran tentang monster itu masih bergelayut di kepalanya. "Kalau aku yang menghadapi mereka, strategi apa yang harus kupakai?" pikirnya.
Tangannya bergerak cepat dan terampil, memotong dan mengolah bahan makanan. Meski pikirannya sibuk, gerakan tangannya tetap cekatan. Selama beberapa minggu tinggal di Twilight Manor, Shirou telah belajar banyak tentang selera dan preferensi makanan para anggota Familia. Dia tahu bahwa setelah ekspedisi panjang, mereka pasti menginginkan makanan yang lezat dan bergizi untuk memulihkan tenaga. Shirou memilih untuk memasak hidangan daging panggang dengan sayuran segar, dilengkapi dengan sup kental yang hangat. Aroma makanan mulai memenuhi ruangan, menarik perhatian beberapa anggota Familia yang sedang beristirahat.
Sementara Shirou sibuk menyiapkan makanan, beberapa anggota Familia lainnya mengurus perlengkapan dan senjata mereka, membersihkan dan memperbaikinya agar siap digunakan lagi. Sebagian dari mereka masih berbicara tentang pengalaman mereka di Dungeon, terutama mengenai monster Virga yang baru mereka temui. Mereka membicarakan tentang kecepatan regenerasi dan sifat agresif monster itu, serta betapa berbahayanya cairan asam yang bisa melelehkan logam.
Setelah makanan siap, Shirou mulai menyajikannya di meja besar di ruang makan. Satu per satu, anggota Familia yang sudah selesai mandi dan bersih-bersih mulai datang, tercium aroma makanan yang menggoda. Lefiya, yang tampak sedikit lebih ceria setelah mandi, tersenyum melihat Shirou yang sedang menyajikan makanan. "Terima kasih, Shirou," katanya dengan tulus. Shirou hanya mengangguk sambil tersenyum, merasa senang bisa membantu.
Tak lama kemudian, Loki muncul dengan senyum lebar, wajahnya penuh semangat seperti biasa. "Baiklah semuanya!" serunya sambil bertepuk tangan, menarik perhatian seluruh anggota yang sedang menikmati makanan. "Sekarang waktunya untuk meng-update status! Kita akan melakukannya satu per satu. Kali ini, kita akan mulai dengan sepuluh orang saja, jadi siapa yang mau duluan?"
Seketika, suasana menjadi lebih riuh. Semua anggota Familia tampak bersemangat, terutama karena mereka tahu bahwa status mereka akan menunjukkan seberapa besar kemajuan yang telah mereka capai setelah ekspedisi panjang tersebut. Aiz, seperti biasa, bergerak dengan cepat dan sigap. Dia langsung berdiri dan mengangkat tangan. "Aku duluan," katanya dengan suara tenang namun tegas. Tak ada yang terkejut dengan inisiatif Aiz; sebagai salah satu petualang terkuat di Loki Familia, dia selalu bersemangat untuk melihat kemajuan yang telah dia buat.
Lefiya, Tiona, dan Tione, yang baru saja selesai makan, tampak mengikuti Aiz ke arah ruangan Loki dengan wajah penuh semangat. Mereka ingin segera tahu hasil dari latihan dan pertempuran mereka selama ekspedisi.
Namun, di sudut ruangan, Shirou merasa sedikit gelisah. Dia tahu bahwa jika dia meng-update statusnya sekarang, Loki mungkin akan segera menyadari sesuatu yang tidak biasa. Shirou telah menjelajahi Dungeon lebih dalam dari yang seharusnya, dan peningkatan status yang tiba-tiba bisa memicu pertanyaan. Dia belum siap menghadapi kecurigaan seperti itu, terutama dari dewi seperti Loki yang terkenal cerdik dan sulit dibohongi.
Shirou memutuskan untuk mengambil langkah mundur dan mengamati situasi terlebih dahulu. "Aku… tidak akan meng-update statusku kali ini," katanya perlahan, mencoba bersikap sesantai mungkin. "Aku akan menunggu yang lain dulu." Loki menatapnya dengan pandangan penasaran, namun akhirnya hanya mengangkat bahu, tampak tidak terlalu peduli. "Baiklah, kalau itu yang kamu mau, Shirou. Tapi aku berharap melihat kemajuanmu yang lebih besar setelah ini, ya!"
Shirou tersenyum, mencoba menutupi kegugupannya. "Tentu, Loki. Aku akan pastikan itu," jawabnya. Di dalam hatinya, dia merasa lega karena berhasil menghindari pertanyaan yang mungkin akan datang jika dia meng-update statusnya sekarang.
Aiz masuk ke ruangan Loki dengan langkah mantap, diikuti oleh anggota lainnya. Shirou tetap di ruang makan, melihat mereka dengan senyum samar. Dia tahu bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk membuka semua rahasianya. Sebaliknya, dia akan memanfaatkan waktu ini untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan cara yang lebih bijaksana. Sambil memperhatikan para anggota Familia yang bersiap untuk meng-update status mereka, Shirou berpikir dalam-dalam tentang langkah selanjutnya. Dia tahu, akan ada banyak tantangan yang menantinya di masa depan, dan dia harus lebih siap daripada sebelumnya.
Malam itu, suasana di taman Twilight Manor terasa tenang dan damai. Angin lembut berhembus, menyapu dedaunan yang bergemerisik lembut di sekitarnya. Cahaya bulan memantul di permukaan air mancur kecil yang berada di tengah taman, menciptakan bayangan yang berkilauan di atas rerumputan. Shirou dan Lefiya duduk di salah satu bangku taman, terdiam sejenak menikmati ketenangan malam. Suasana ini begitu kontras dengan hiruk-pikuk dan tantangan berbahaya yang mereka hadapi di Dungeon.
Shirou, dengan tatapan mata yang tenang, memandang Lefiya yang tampak sedikit lelah namun tetap bersemangat. Mereka baru saja selesai makan malam, dan Lefiya tampaknya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Shirou untuk berbicara tentang pengalaman mereka. Shirou sendiri masih merasa ragu untuk benar-benar membuka rahasianya. Ia tahu, Lefiya adalah seseorang yang baik hati dan tulus, tetapi terlalu banyak yang dipertaruhkan jika terlalu banyak yang diungkapkan.
Untuk memulai percakapan, Shirou memutuskan untuk berbicara tentang pengalaman-pengalaman yang lebih aman dan sederhana di Dungeon. "Aku baru-baru ini menjelajahi beberapa lantai awal di Dungeon," katanya dengan suara tenang. "Sebenarnya, lantai-lantai itu cukup mudah bagiku. Tantangannya tidak terlalu berat, meskipun ada beberapa momen menarik yang kualami. Tapi aku kira, tidak banyak yang bisa dibanggakan dibandingkan dengan apa yang kalian alami di ekspedisi."
Lefiya menoleh padanya dengan rasa ingin tahu, wajahnya tampak sedikit terhibur dengan cerita Shirou. "Benarkah? Bagaimana rasanya menjelajahi lantai-lantai awal itu?" tanyanya, suaranya penuh antusiasme.
Shirou tersenyum, lalu melanjutkan dengan cerita yang ringan tentang bagaimana ia menghadapi monster-monster kecil seperti Goblin dan Kobold, serta bagaimana ia berhasil menghindari jebakan-jebakan dasar di lantai-lantai awal. Dia juga berbicara sedikit tentang Loki, bagaimana sang dewi sering kali pergi mabuk-mabukan saat anggota Familia yang lain sedang berada dalam ekspedisi.
Lefiya tertawa kecil mendengar cerita tentang Loki. "Ya, aku sering mendengar tentang kebiasaan Loki yang seperti itu," katanya sambil tersenyum. "Dia memang berbeda dari dewi-dewi lain… mungkin itu yang membuat kita semua tetap tertarik padanya. Meskipun kadang-kadang, dia bisa sangat merepotkan."
Shirou tertawa kecil, mengangguk setuju. "Benar, tapi dia selalu punya caranya sendiri untuk menunjukkan perhatian pada Familia-nya," jawab Shirou. Dia merasa sedikit lega bahwa Lefiya tampaknya menikmati ceritanya. Dia tahu, ini adalah cara yang aman untuk berbagi tanpa mengungkapkan terlalu banyak.
Setelah beberapa saat, Lefiya bergeser dalam duduknya dan mulai berbicara tentang ekspedisi terbaru yang baru saja mereka jalani. "Aku ingin sekali bisa membantu lebih banyak," katanya dengan nada suara yang lebih serius. "Idolaku, Aiz… Dia begitu kuat dan luar biasa. Aku selalu berharap bisa cukup kuat untuk bisa berdiri di sampingnya, untuk bisa membantu lebih banyak di setiap pertempuran."
Shirou mendengarkan dengan penuh perhatian, melihat bagaimana mata Lefiya bersinar penuh semangat saat menyebut nama Aiz. Lefiya melanjutkan, "Selama ekspedisi kali ini, aku berusaha melakukan yang terbaik. Ada saat-saat ketika aku bisa menggunakan sihirku untuk melindungi yang lain, atau memberikan dukungan kepada Aiz dengan mantra-mantraku. Itu adalah momen-momen kecil, tapi aku senang bisa melakukan sesuatu."
Shirou mengangguk, merasa kagum dengan tekad Lefiya. "Kau pasti telah bekerja sangat keras," katanya dengan tulus. "Aiz sangat beruntung memiliki seseorang seperti dirimu di sampingnya."
Lefiya tersenyum malu-malu, tapi ada secercah kebanggaan di wajahnya. "Tapi, ada satu momen yang membuatku merasa tidak berdaya," lanjutnya dengan nada yang lebih murung. "Bos monster di lantai bawah adalah jenis baru yang belum pernah kami temui sebelumnya—Virga. Itu seperti ulat besar yang memuntahkan cairan asam yang bisa melelehkan logam. Benar-benar mengerikan. Senjata-senjata kami mulai rusak satu per satu."
Lefiya berhenti sejenak, menarik napas dalam sebelum melanjutkan. "Finn, kapten kami, memutuskan untuk membiarkan Aiz melawan bos itu sendirian. Kami semua diminta untuk menjauh, karena senjata Aiz satu-satunya yang tidak terpengaruh oleh cairan asam itu. Itu adalah pemandangan yang menegangkan, melihatnya melawan monster itu sendirian. Aku ingin sekali membantu… tapi aku tahu aku hanya akan menjadi beban jika aku melanggar perintah Finn."
Shirou mengangguk, merasakan beban emosi Lefiya. "Aku bisa memahami perasaanmu," katanya pelan. "Sulit rasanya hanya bisa menyaksikan dan tidak bisa membantu, apalagi ketika orang yang kau kagumi berada dalam bahaya."
Lefiya mengangguk, wajahnya penuh pertimbangan. "Ya, itu benar… tapi aku tahu, ini juga bagian dari tugas kami. Aku harus belajar untuk mempercayai Aiz dan keputusan kapten. Tapi aku tetap berharap, suatu hari nanti, aku bisa menjadi cukup kuat untuk berdiri di sampingnya, bukan hanya sebagai pengikut, tapi sebagai seseorang yang dapat diandalkan."
Shirou tersenyum mendengar kata-kata itu, melihat tekad yang kuat di mata Lefiya. "Kau sudah berada di jalan yang benar," katanya. "Dan aku yakin, dengan semangat dan ketekunanmu, kau akan menjadi orang yang bisa diandalkan oleh Aiz dan yang lainnya."
Lefiya tersenyum penuh rasa syukur. "Terima kasih, Shirou. Kata-katamu sangat berarti bagiku," katanya lembut. Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati malam yang tenang di taman, saling berbagi cerita dan pemahaman. Shirou merasa sedikit lebih tenang, mengetahui bahwa meskipun banyak yang belum bisa dia ceritakan, dia telah menemukan seorang teman yang memahami perjalanan dan perjuangan yang harus dihadapinya.
Keesokan harinya, sinar matahari pagi menembus jendela besar di Twilight Manor, membangunkan semua anggota Loki Familia yang sudah beristirahat setelah ekspedisi panjang mereka. Hiruk-pikuk persiapan terdengar di seluruh sudut manor; para petualang merapikan perlengkapan mereka, sementara yang lain mengangkat kantong-kantong besar berisi hasil drop item dari ekspedisi. Suasana di mansion terasa penuh semangat dan sedikit bergejolak, menandakan bahwa hari ini adalah waktu untuk menuai hasil kerja keras mereka di Dungeon.
Shirou berdiri di pinggir halaman manor, memperhatikan bagaimana semua orang berkumpul dengan teratur. Loki Familia, yang terkenal sebagai salah satu familia terkuat di Orario, tidak hanya dikenal karena kekuatan tempur mereka tetapi juga karena kemampuan mereka dalam mengumpulkan dan memanfaatkan resource dengan efisien. Shirou merasa sedikit kagum melihat betapa terorganisirnya mereka.
Ketika semua sudah siap, kelompok besar itu bergerak menuju daerah perdagangan di pusat kota. Jalanan pagi itu dipenuhi oleh aktivitas; pedagang membuka kios mereka, menjajakan segala macam barang dan perlengkapan yang diperlukan para petualang. Suara-suara tawar-menawar terdengar di mana-mana, dan aroma makanan yang dipanggang di atas tungku kayu menguar di udara.
Setibanya di daerah perdagangan, kelompok Loki Familia langsung menuju tempat penjualan hasil drop mereka. Shirou mengikuti dari belakang, memperhatikan betapa banyak kantong besar berisi drop item dan magic stone yang mereka bawa. Mereka membawa segalanya — mulai dari kulit monster yang bisa dijadikan armor, bahan langka yang berharga tinggi, hingga magic stone yang bersinar dengan cahaya redup di dalam kantong-kantong kain tebal.
Saat mereka tiba di depan Guild, di mana semua magic stone akan dijual, Shirou melihat sebuah tim kecil dari Loki Familia yang terdiri dari anggota-anggota yang lebih berpengalaman sudah berkoordinasi dengan para staff Guild. Finn, kapten Loki Familia, memimpin kelompok itu dengan ketenangan khasnya, memastikan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Para staff Guild tampak bersemangat, menyambut mereka dengan senyum lebar — tidak heran, mengingat Guild akan mendapatkan komisi dari setiap transaksi.
Shirou melihat betapa terampilnya anggota Loki Familia dalam menangani proses penjualan ini. Satu per satu kantong besar berisi magic stone dikeluarkan, diperiksa dengan teliti oleh para staff Guild, dan dihitung dengan cepat. Cahaya dari magic stone tersebut memberikan kilauan biru keunguan, memantul di lantai marmer Guild, menciptakan pemandangan yang memukau. Shirou tak bisa menahan perasaan kagumnya melihat banyaknya hasil yang mereka kumpulkan.
Dia lalu berpikir tentang usahanya sendiri selama ini, bagaimana ia dengan susah payah mengumpulkan drop item di dungeon seorang diri. Perbandingannya sungguh mencolok. Shirou hanya memiliki beberapa kantong kecil berisi drop item dan magic stone, jauh lebih sedikit dibandingkan tumpukan yang dibawa oleh Loki Familia. Namun, ia tidak merasa kecil hati. Sebaliknya, ini memberinya dorongan untuk terus bekerja keras dan menjadi lebih baik.
Ketika proses penjualan magic stone di Guild selesai, Loki Familia melanjutkan ke area perdagangan lainnya untuk menjual berbagai macam drop item yang lebih khusus, seperti bahan-bahan monster yang bisa digunakan untuk membuat senjata atau armor khusus. Mereka berhenti di beberapa kios berbeda, bernegosiasi dengan para pedagang yang sudah menunggu kehadiran mereka. Beberapa pedagang bahkan tampak bersemangat dan sedikit bersaing untuk mendapatkan barang-barang yang mereka bawa, menandakan betapa berharganya hasil ekspedisi ini.
Shirou memperhatikan bagaimana para anggota Loki Familia dengan cerdas melakukan tawar-menawar. Beberapa dari mereka, seperti Tiona dan Tione, tampak memiliki pengalaman luas dalam menilai kualitas barang dan tidak segan-segan berbicara dengan pedagang untuk mendapatkan harga terbaik. Di sisi lain, Aiz dan Lefiya, yang lebih pendiam, lebih banyak mengamati dan belajar dari senior mereka. Loki sendiri, dengan senyum nakal di wajahnya, sesekali menggoda para pedagang untuk menaikkan harga, membuat suasana lebih hidup dan riang.
Saat proses transaksi terus berlangsung, Shirou menyadari betapa banyak pengetahuan yang bisa dipelajari dari momen ini. Dia memperhatikan bagaimana cara mereka berinteraksi dengan pedagang, bagaimana mereka menilai kualitas barang, dan bagaimana mereka tahu kapan harus menerima atau menolak penawaran. Setiap langkah tampak dipikirkan dengan matang, menunjukkan bahwa menjadi petualang yang sukses tidak hanya tentang kekuatan tempur, tetapi juga tentang kecerdasan dan keterampilan negosiasi.
Setelah semua selesai, anggota Loki Familia tampak puas dengan hasil yang mereka dapatkan. Finn memberi isyarat kepada anggota yang lain untuk berkumpul dan mempersiapkan diri kembali ke Twilight Manor. Shirou masih berdiri di pinggir, mengamati semuanya dengan seksama. Dia merasa terinspirasi dan bertekad untuk menjadi lebih baik, baik dalam pertempuran maupun dalam pengetahuan tentang Dungeon dan dunia di sekitarnya.
Saat mereka kembali ke manor, Shirou merenungkan segala yang dilihatnya hari ini. Dia tahu bahwa jalan menuju menjadi petualang yang kuat dan berpengaruh masih panjang, tetapi dia siap menghadapi setiap tantangan. Dia mengerti bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, akan membawanya lebih dekat kepada tujuannya. Dengan semangat baru, dia bersiap untuk petualangan berikutnya, bertekad untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga untuk berkembang dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan peluang ini.
Suasana yang meriah di Hostess of Fertility tiba-tiba berubah menjadi tegang saat Bete, yang sedang mabuk berat, mulai membicarakan kejadian yang tampaknya telah lama mengganggu Aiz. Sambil terhuyung-huyung dan dengan mata yang sedikit sayu, Bete melontarkan sebuah topik yang tiba-tiba membuat suasana pesta menjadi canggung.
Bete, dengan suara agak keras dan penuh semangat mabuknya, mulai bercerita kepada kelompok yang semakin lama semakin tertarik pada ceritanya. "Hei, ingat tidak waktu Aiz menyelamatkan petualang pemula itu dari minotaur? Dia yang pemuda berambut putih itu..." Bete tertawa sinis, seolah dia baru saja mengingat sesuatu yang sangat lucu.
Aiz yang duduk di sudut meja, terlihat tiba-tiba menegang. Wajahnya yang biasanya tenang mulai tampak murung, dan ia memalingkan wajahnya seolah berusaha menghindari percakapan tersebut. Dia dengan cepat menolak untuk bercerita lebih lanjut, tidak ingin mempermalukan pemuda itu lebih jauh. "Bete, tolong berhenti," Aiz meminta dengan suara yang agak dingin.
Namun, dalam keadaan mabuknya, Bete terus melanjutkan cerita dengan nada bercanda. "Aiz, kamu ingat betapa konyolnya pemuda itu? Minotaur yang memojokkannya dan membuatnya kotor oleh darah, seperti tomat yang pecah. Dia benar-benar terlihat sangat payah!" Bete tertawa lagi, sementara beberapa anggota Loki Familia mulai tertawa kecil mendengar cerita tersebut.
Aiz menjadi semakin gelisah. Meski dia tahu Bete hanya bercanda, dia tidak bisa mengabaikan rasa malu yang dirasakan pemuda itu. "Bete, cukup," Aiz mendesah, berusaha menahan emosi. "Dia… dia hanya pemula. Itu tidak seharusnya dibicarakan seperti ini."
Bete tidak berhenti di situ. "Oh, Aiz, jangan terlalu serius. Lagipula, aku rasa kamu sudah lupa betapa lucunya dia berlari dari kamu setelah diselamatkan. Seluruh Loki Familia sampai tertawa melihatnya, bagaimana mungkin seseorang bisa lari dari perempuan semanis kamu!"
Aiz semakin murung dan tampak hampir menutup wajahnya dengan tangannya, jelas merasa sangat tidak nyaman dengan lelucon Bete yang berlebihan. Namun, Bete, dalam kondisi mabuknya, tampaknya masih belum puas. "Tapi hei, Aiz! Kalau kamu harus memilih antara aku atau pemuda lemah itu dalam hal percintaan, siapa yang akan kamu pilih?"
Aiz langsung menolak, wajahnya merah dan jelas terlihat cemas. "Tentu saja aku—"
Sebelum Aiz bisa menyelesaikan kalimatnya, Bete memotongnya dengan tawa keras. "Tapi, bagaimana jika pemuda itu benar-benar menyukaimu? Apakah kamu akan menerima cintanya?" tanya Bete, dengan tatapan penasaran yang tidak sepenuhnya jelas karena pengaruh alkohol.
Aiz terdiam, jelas terjebak dalam dilema yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Dia tidak dapat menemukan kata-kata untuk merespons pertanyaan yang tiba-tiba dan penuh makna ini. Sementara itu, di belakang konter, Bell Cranel, pemuda berambut putih yang menjadi bahan perbincangan, secara kebetulan mendengar percakapan tersebut. Wajahnya terlihat memerah karena rasa malu dan kecewa. Bell, yang belum diketahui oleh anggota Loki Familia, merasa hati dan pikirannya terbagi antara rasa malu dan kesedihan.
Ketika Bell mendengar bahwa Aiz tidak mungkin menerima cintanya, rasa kecewa yang mendalam menguasai dirinya. Dengan perasaan sakit hati, dia segera memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Bell berlari keluar dari restoran dan menuju ke arah Dungeon tanpa melihat ke belakang, ingin menghindari situasi yang sangat memalukannya.
Aiz yang tiba-tiba tersadar akan kepergian Bell, berdiri dengan cepat dan mencoba mengejar pemuda itu. Namun, dia mengurungkan niatnya, tahu bahwa dalam keadaan emosional dan situasi seperti ini, dia mungkin hanya akan menambah luka Bell dan tidak mampu memberikan dukungan yang diinginkan. Rasa bersalah dan ketidakberdayaan menyelimuti dirinya saat dia melihat Bell menghilang dalam kegelapan malam.
Loki, yang menyaksikan semua kejadian itu dari sisi lain ruangan, tampak bingung dan sedikit terkejut dengan perubahan suasana yang tiba-tiba. "Apa yang terjadi?" tanyanya kepada Finn dan Riveria, yang juga terlihat tidak memahami sepenuhnya situasi yang baru saja terjadi.
Sementara itu, di luar restoran, Bell terus berlari menembus malam, mengabaikan rasa lelah dan sakit hati. Dia merasa kesal dan merasa lemah oleh situasi yang membuatnya merasa sangat rendah diri. Bell ingin kembali ke Dungeon dalam keadaan seperti ini, dan memaksa dirinya untuk bisa semakin kuat agar bisa berdiri disamping Aiz.
Suasana di Twilight Manor tengah malam itu terasa tenang setelah pesta malam sebelumnya di Hostess of Fertility. Anggota Loki Familia yang baru pulang dari ekspedisi, meski masih terlihat lelah, kini menikmati momen istirahat mereka. Masing-masing menyebar ke berbagai sudut manor, beberapa berkumpul di ruang tamu untuk berbincang santai, sementara yang lain menuju kamar mereka.
Di salah satu sudut ruang tamu, Aiz Wallenstein, yang terlihat masih sedikit murung, duduk sambil menatap ke luar jendela. Meskipun senyum manisnya selalu menjadi daya tarik bagi banyak orang, hari ini ada sedikit kekusutan di wajahnya. Shirou, yang baru saja selesai dengan beberapa urusan, mendekati Aiz dengan rasa ingin tahunya.
"Aiz, kamu kelihatan sedikit pusing. Apa yang terjadi?" Shirou bertanya dengan nada penuh perhatian, tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menawarkan dukungan.
Aiz memandang Shirou dengan tatapan yang sedikit cemas. "Oh, Shirou. Sebenarnya, aku… aku hanya merasa sedikit bingung dengan apa yang terjadi malam tadi. Mungkin aku terlalu khawatir tentang hal-hal yang tidak penting."
Shirou, yang memahami bahwa Aiz mungkin sedang merenung tentang kejadian malam itu, mencoba untuk meringankan suasana. "Mungkin kamu hanya butuh sedikit waktu untuk diri sendiri. Tapi sebenarnya, aku penasaran, apakah kamu merasa takut atau terganggu dengan sesuatu?"
Aiz sedikit terkejut dengan pertanyaan Shirou. "Sebenarnya… aku hanya bertanya-tanya, apakah aku terlihat seram di mata orang lain. Mungkin Bell merasa takut karena dia melihatku dalam situasi yang menegangkan."
Shirou tersenyum lembut, berusaha memberikan jawaban yang menenangkan. "Aku rasa, perempuan secantik Aiz tidak mungkin terlihat seram di mataku. Kamu selalu memiliki aura yang tenang dan elegan, bahkan dalam situasi yang paling menegangkan sekalipun."
Aiz merasa sedikit terhibur oleh pujian tersebut, meskipun masih ada rasa ragu di hatinya. "Kamu tidak pernah melihatku bertarung. Mungkin kamu tidak tahu betapa menegangkannya aku saat melawan monster."
Shirou memandang Aiz dengan penuh keyakinan. "Aku yakin, saat bertarung, Aiz pasti terlihat sangat berani dan mengesankan. Bahkan, aku akan berani bertaruh bahwa kamu akan semakin cantik saat bertempur. Ada sesuatu yang sangat menarik tentang melihat seseorang benar-benar fokus dan berjuang untuk tujuan mereka."
Aiz, mendengar pujian itu, terkejut dan wajahnya tampak memerah. Pujian yang diberikan Shirou membuatnya sedikit gagap, dan dia merasa agak canggung. "S-Serius? Kamu benar-benar berpikir begitu?"
Shirou mengangguk dengan serius, "Tentu saja. Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki semangat dan dedikasi seperti kamu tidak menjadi lebih mempesona saat bertempur?"
Aiz terdiam sejenak, menilai kata-kata Shirou. Meskipun dia tidak sepenuhnya yakin tentang dirinya sendiri, pujian Shirou memberi sedikit dorongan pada rasa percaya dirinya. "Baik… jika kamu benar-benar berpikir begitu, aku… aku akan menunggu kesempatan untuk bertempur bersamamu suatu hari nanti. Mungkin kamu akan melihat sendiri bagaimana aku bertarung."
Shirou tersenyum lebih lebar, senang melihat Aiz mulai merasa lebih baik. "Aku akan menantikan itu dengan penuh semangat. Aku yakin itu akan menjadi pengalaman yang sangat menarik."
Aiz, dengan wajah yang sedikit merah karena pujian dan rasa canggung, akhirnya membalas senyuman Shirou. "Terima kasih, Shirou. Itu sangat berarti bagiku."
Keduanya duduk bersama untuk beberapa saat, menikmati momen ketenangan di antara kesibukan mereka. Suasana yang tadinya penuh kekhawatiran dan keraguan perlahan-lahan mulai terasa lebih ringan, dan mereka merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi hari-hari yang akan datang.
Dengan malam yang semakin larut, anggota Loki Familia satu per satu mulai berkumpul untuk istirahat, meninggalkan Aiz dan Shirou yang masih berbicara dengan penuh semangat di ruang tamu Twilight Manor. Shirou merasa puas bisa memberikan dorongan kepada Aiz, sementara Aiz merasa sedikit lebih tenang dan siap menghadapi tantangan yang akan datang.