Chapter 15 - Ch 15

Shirou terbangun di kamar barunya di Twilight Manor, masih agak bingung dengan suasana sekitar yang asing baginya. Ruangan itu kecil, tidak lebih besar dari gudang, tapi cukup bersih dan rapi. Tempat tidur kayu sederhana di sudut ruangan terasa cukup nyaman, meski tidak sebanding dengan tempat tidur di rumah lamanya. Ia merenggangkan tubuhnya sejenak, menghirup udara pagi yang sejuk melalui jendela kecil di sebelahnya.

Saat pandangannya menyapu ruangan, Shirou merasakan campuran emosi yang aneh. Ada perasaan lega karena akhirnya ia memiliki tempat tinggal tetap, namun juga ada perasaan canggung karena kini ia menjadi bagian dari Loki Familia, salah satu kelompok petualang terkuat di Orario. Ia tahu betapa besar ekspektasi yang mungkin akan ditimpakan padanya, dan betapa sulitnya untuk membuktikan dirinya di antara para petualang yang jauh lebih berpengalaman.

Shirou memutuskan untuk segera bangun dan mempersiapkan diri. "Ini hari pertamaku sebagai anggota Loki Familia," gumamnya pada diri sendiri, mencoba memotivasi. "Aku harus membuat kesan yang baik."

Sambil berdiri, Shirou mengenakan pakaian yang lebih ringan dan nyaman. Pikirannya beralih ke percakapan dengan Loki sebelumnya, tentang "Excelia" dan bagaimana ia harus terus berjuang untuk meningkatkan kemampuannya. "Petualangan ini akan menjadi yang terberat dalam hidupku," pikir Shirou sambil menatap pantulan wajahnya di cermin kecil di dinding. "Tapi aku harus melakukannya. Untuk impianku... untuk terus maju."

Dia teringat kembali pada percakapan terakhirnya dengan Syr sebelum ia pindah ke Twilight Manor. Ada rasa hangat dan syukur di hatinya untuk gadis itu, yang dengan baik hati membantunya ketika ia pertama kali tiba di Orario. Tapi ada juga misteri yang belum terpecahkan — tentang aroma bunga musim dingin yang mengingatkannya pada kehadiran ilahi.

"Mungkin suatu hari aku akan mendapatkan jawaban tentang Syr," pikirnya, sambil mengambil buku panduan dungeon yang dipinjamnya dari perpustakaan Loki Familia. Ia memasukkan buku itu ke dalam tas kecilnya. "Tapi untuk sekarang, fokusku harus tetap pada menjadi lebih kuat."

Shirou berjalan keluar dari kamar kecilnya, merasakan udara pagi yang segar menyentuh kulitnya. Cahaya matahari pagi mulai mengintip dari balik jendela, dan dia bisa mendengar suara aktivitas di luar. Para anggota Familia lainnya sudah bangun, beberapa berlatih di halaman, sementara yang lain tampak bersiap untuk misi atau pergi ke dungeon.

Shirou menarik napas panjang dan menguatkan tekadnya. "Hari ini, petualanganku di Orario benar-benar dimulai." Dia melangkah keluar dari kamar menuju dunia baru yang menantinya, dengan tujuan untuk menemukan tempatnya di antara para petualang terhebat di kota itu.

Shirou berjalan menuju dapur dengan langkah ringan, matanya menyapu ruangan saat ia melihat beberapa anggota Loki Familia sedang bersiap-siap untuk sarapan. Suara panci dan wajan yang berdenting, aroma roti panggang yang baru saja keluar dari oven, dan suara tawa di antara para petualang mengisi ruangan dengan suasana yang hangat.

Di tengah dapur, ia melihat seorang gadis elf muda yang tampak sibuk mempersiapkan bahan-bahan makanan. Rambut pirangnya yang panjang dan halus terurai dengan rapi, dan wajahnya tampak fokus saat memotong sayuran dengan cermat. Shirou mendekatinya, merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk memperkenalkan dirinya dan mulai membantu.

"Hai, selamat pagi," sapa Shirou dengan ramah. "Aku Shirou Emiya, anggota baru di Loki Familia. Boleh aku bantu menyiapkan sarapan?"

Gadis elf itu berhenti sejenak, menatap Shirou dengan mata birunya yang besar, tampak terkejut namun cepat menguasai diri. "Ah, selamat pagi!" balasnya dengan suara yang agak gugup. "Aku Lefiya Viridis. Senang bertemu denganmu, Shirou. Dan tentu, bantuan selalu diterima di dapur."

Shirou tersenyum dan langsung mengambil pisau yang terletak di atas meja. "Apa yang bisa kubantu, Lefiya?"

Lefiya tampak agak canggung pada awalnya, tetapi kemudian ia memberi instruksi kepada Shirou. "Bisa tolong potong sayuran ini untuk salad? Dan mungkin… menyiapkan roti juga?"

Shirou mengangguk dan mulai memotong sayuran dengan cekatan. Setiap gerakannya cepat dan tepat, menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa bekerja di dapur. Lefiya memperhatikan dari sudut matanya, kagum dengan betapa terampilnya Shirou dalam memasak. "Kamu sudah terlihat terbiasa dengan ini," komentar Lefiya sambil tersenyum.

Shirou tertawa kecil. "Aku punya sedikit pengalaman di dapur. Di tempat sebelumnya, aku sering memasak untuk banyak orang. Jadi, ini bukan hal baru bagiku."

Lefiya tersenyum lebar, merasa lebih nyaman dengan kehadiran Shirou. "Bagus sekali! Kita memang selalu butuh bantuan tambahan, terutama dengan anggota yang lapar setiap pagi."

Mereka melanjutkan persiapan sarapan sambil bercakap-cakap. Shirou merasa senang bisa berinteraksi dengan Lefiya, dan Lefiya tampak lebih tenang dan mulai lebih banyak berbicara. Shirou mendengarkan dengan seksama saat Lefiya bercerita tentang berbagai misi yang pernah ia ikuti bersama anggota Familia lainnya, serta tentang kekagumannya pada Aiz Wallenstein.

Saat mereka menyiapkan makanan, Shirou menyadari bahwa meskipun Lefiya tampak canggung dan pemalu, ada semangat yang kuat dalam dirinya. "Lefiya, kamu tampaknya sangat peduli pada Loki Familia," kata Shirou sambil mengaduk adonan roti. "Kamu pasti sangat berbakat sebagai penyihir."

Wajah Lefiya memerah karena pujian itu, namun ia tetap tersenyum malu. "Terima kasih, Shirou. Aku masih banyak belajar, tapi aku akan berusaha sekuat mungkin."

Shirou mengangguk dengan penuh semangat. "Itu semangat yang bagus. Aku juga masih belajar, jadi mari kita sama-sama menjadi lebih baik."

Mereka terus bekerja sama di dapur dengan lebih banyak tawa dan kehangatan. Shirou merasakan bahwa ia mulai diterima di Loki Familia, dan Lefiya tampak senang memiliki teman baru yang ramah dan mudah bergaul. Pagi itu, di dapur Twilight Manor, Shirou dan Lefiya mulai membangun persahabatan yang mungkin akan membawa mereka melalui banyak petualangan di masa depan.

Setelah persiapan sarapan selesai, Shirou dan Lefiya membawa hidangan ke meja makan Loki Familia. Aiz sudah duduk di salah satu kursi, matanya penuh antisipasi saat melihat makanan yang dibawa. Senyumnya yang khas muncul ketika ia melihat Shirou, seolah menandakan bahwa ia sudah menantikan sarapan ini.

Di sekitar meja, beberapa anggota Familia lainnya mulai berkumpul. Di antaranya ada Bete Loga, yang duduk dengan lengan disilangkan, tampak tidak terlalu antusias. Wajahnya menunjukkan ekspresi skeptis saat melihat Shirou bergabung di meja makan.

Finn Deimne, kapten Loki Familia, duduk di ujung meja dengan sikap tenang dan wibawa yang khas. Setelah semua orang mulai duduk, Finn mengarahkan pandangannya ke Shirou dan berbicara dengan suara tenang namun tegas, "Jadi, Shirou, kau ingin bergabung dengan kami sebagai petualang, ya?"

Shirou mengangguk sopan, "Ya, aku ingin belajar lebih banyak tentang dungeon dan berkontribusi pada Familia."

Bete, dengan ekspresi meremehkan, menggeram pelan, "Pemula seperti dia? Pasti akan jadi beban di dungeon."

Aiz segera menoleh tajam ke arah Bete, namun Finn mengangkat tangannya, meminta kedamaian. "Kita semua pernah jadi pemula, Bete," katanya dengan tenang. "Kita tidak boleh menilai sebelum melihat kemampuan sebenarnya."

Finn kemudian mengalihkan pandangannya kepada Lefiya, yang tampak agak gugup. "Lefiya," katanya, "Aku ingin kau menjadi mentor bagi Shirou. Temani dia di lantai awal dungeon, tunjukkan dasar-dasarnya, dan pastikan dia memahami apa yang diperlukan untuk bertahan di sana."

Lefiya terkejut mendengar permintaan itu, wajahnya memerah sedikit. "Tapi… Shirou lebih tua dariku. Apakah aku benar-benar cocok untuk menjadi mentornya?"

Riveria, yang berdiri di dekat Lefiya, memberikan dorongan lembut dengan senyumnya yang tenang. "Lefiya, ini akan menjadi pengalaman belajar yang baik untukmu juga. Shirou mungkin lebih tua, tetapi kau punya lebih banyak pengalaman di dungeon. Anggap saja ini sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."

Lefiya mengangguk pelan, meski masih tampak malu-malu. "Baik, aku akan mencoba yang terbaik," katanya dengan penuh tekad.

Aiz, yang sejak tadi menunggu dengan sabar, akhirnya tersenyum pada Shirou. "Kau akan baik-baik saja, Shirou. Lefiya adalah penyihir yang hebat, dan kau bisa belajar banyak darinya."

Shirou tersenyum, merasa lega melihat dukungan dari Aiz dan Riveria. "Aku menghargai kesempatan ini, Finn, dan terima kasih, Lefiya. Aku akan berusaha belajar sebanyak mungkin."

Finn mengangguk, merasa puas dengan hasil diskusi itu. "Bagus. Mari kita lihat seberapa cepat kau bisa beradaptasi dengan kehidupan di dungeon."

Bete hanya menghela napas kesal dan menyandarkan tubuhnya ke kursi, sementara anggota Familia lainnya tampak senang melihat kerja sama ini. Mereka kemudian mulai menikmati sarapan bersama, suasana menjadi lebih hangat dengan tawa dan percakapan ringan. Shirou merasa lebih termotivasi dari sebelumnya, siap menghadapi tantangan di depan, dan mulai memahami dinamika Loki Familia dengan lebih baik.

Setelah sarapan selesai, Lefiya mengajak Shirou ke perpustakaan Loki Familia. Shirou mengikuti Lefiya melewati lorong-lorong besar di dalam Twilight Manor sampai mereka tiba di ruangan yang penuh dengan rak-rak buku tinggi, dipenuhi dengan berbagai buku dan manuskrip yang tertata rapi. Cahaya matahari pagi yang lembut masuk melalui jendela, menyorot lembaran buku yang berserakan di meja kayu.

Lefiya mengambil salah satu buku besar dari rak yang berjudul "Monster-monster Dungeon: Panduan untuk Pemula." Ia menaruhnya di meja di depan Shirou dan membukanya dengan hati-hati, memperlihatkan halaman yang penuh dengan ilustrasi monster dan deskripsi yang terperinci.

"Di dungeon," Lefiya mulai menjelaskan, "monster tidak muncul begitu saja di permukaan lantai. Mereka sebenarnya 'lahir' dari dinding-dinding dungeon. Semakin dalam lantainya, semakin kuat monster yang akan kita hadapi."

Shirou menatap dengan penuh perhatian saat Lefiya menunjuk pada gambar-gambar monster yang berbeda. "Ini adalah Goblin dan Kobold," Lefiya melanjutkan, "Monster-monster ini biasanya ditemukan di lantai awal. Mereka tidak terlalu kuat, tetapi dalam jumlah besar, mereka bisa berbahaya."

Lefiya membalik beberapa halaman lagi, menunjukkan gambar-gambar monster yang semakin besar dan menakutkan. "Di lantai-lantai yang lebih dalam, kita mulai bertemu dengan monster yang jauh lebih kuat, seperti Minotaur dan Goliath. Monster-monster ini bisa menjadi ancaman serius bahkan bagi petualang berlevel tinggi."

Shirou mengangguk, mengingat setiap detail yang Lefiya jelaskan. "Jadi, semakin dalam kita pergi, semakin besar resiko yang kita hadapi," katanya, mencoba merangkai informasi di pikirannya.

Lefiya mengangguk dengan serius. "Benar. Dan tidak hanya itu, monster-monster ini bisa muncul kapan saja dari dinding dungeon. Kita harus selalu waspada, karena dungeon selalu berubah dan tidak pernah benar-benar aman."

Shirou memandang ke arah buku dengan mata yang semakin serius. "Aku mengerti. Aku harus banyak belajar untuk bisa bertahan di dungeon, terutama jika ingin membantu Familia ini."

Lefiya tersenyum, senang melihat keseriusan Shirou. "Aku akan membantumu sebisa mungkin. Jika kau memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya padaku atau anggota lain di Loki Familia."

Shirou mengangguk. "Terima kasih, Lefiya. Aku benar-benar menghargai bantuanmu."

Dengan itu, mereka berdua melanjutkan pembelajaran di perpustakaan, Lefiya terus menjelaskan tentang berbagai monster, jebakan, dan fenomena lainnya yang ada di dungeon. Shirou merasa semangat untuk belajar, mengetahui bahwa dia harus siap menghadapi segala kemungkinan di depan. Dengan setiap informasi yang ia pelajari, ia semakin siap untuk menghadapi tantangan yang menunggu di kedalaman dungeon.

Lefiya melanjutkan penjelasannya kepada Shirou, kali ini tentang konsep level dalam dunia petualang di Orario.

"Shirou, di Orario ini, setiap petualang memulai di Level 1," Lefiya mulai. "Seiring waktu, jika seorang petualang mengatasi tantangan sulit dan mengumpulkan Excelia, mereka bisa naik level. Excelia adalah semacam pengalaman yang didapat dari mengalahkan monster atau menghadapi situasi sulit. Dan ketika Excelia cukup terkumpul, seorang dewa atau dewi bisa memperbarui status petualang dan meningkatkan level mereka."

Shirou mengangguk, mencoba memahami sepenuhnya. "Jadi, kenaikan level hanya bisa terjadi jika kita menghadapi tantangan berat?"

Lefiya mengangguk. "Betul sekali. Semakin besar tantangannya, semakin besar Excelia yang didapat. Tapi tidak semua petualang bisa naik level dengan cepat. Itu membutuhkan keberanian dan tekad yang luar biasa."

Lefiya kemudian menjelaskan lebih lanjut, "Aku sendiri sudah mencapai Level 3, meski masih merasa seperti pemula dibandingkan anggota lain di Loki Familia."

Shirou mengangguk dengan penuh perhatian. "Dan anggota lain di Familia ini?"

Lefiya tersenyum dan melanjutkan, "Finn, Gareth, dan Riveria adalah petualang level tinggi di Familia kami; mereka semua sudah mencapai Level 6. Mereka adalah para pemimpin dan pilar kekuatan Loki Familia."

Mata Shirou melebar sedikit, terkesan mendengar angka itu. "Level 6… mereka pasti sangat kuat."

Lefiya mengangguk. "Memang benar. Level mereka jauh di atas petualang rata-rata. Sementara itu, Aiz, Bete, Tiona, dan Tione sudah berada di Level 5. Mereka adalah petualang yang sangat berbakat dan telah melalui banyak pertempuran."

Shirou menatap Lefiya dengan serius, menyadari betapa besar perbedaan kekuatan di antara mereka. "Jadi, level memengaruhi seberapa kuat kita, bukan?"

"Ya," Lefiya menjelaskan. "Level tidak hanya mempengaruhi kekuatan fisik, tetapi juga kecepatan, ketahanan, dan bahkan kemampuan magis. Setiap peningkatan level membuat petualang jauh lebih kuat daripada sebelumnya."

Shirou mengangguk dengan tegas, menerima informasi itu dengan sepenuh hati. Dia tahu bahwa untuk bertahan di dunia ini dan menjadi berguna bagi Loki Familia, dia harus tumbuh lebih kuat. Perjalanan menuju level yang lebih tinggi tampak seperti jalan panjang dan menantang, tetapi dia merasa siap untuk menghadapi tantangan itu.

Setelah menyelesaikan pelajaran di perpustakaan, Lefiya mengajak Shirou menuju kantor Guild untuk mendaftarkannya secara resmi sebagai seorang petualang. Jalanan menuju Guild ramai oleh berbagai macam orang—petualang, pedagang, dan penduduk Orario yang sibuk dengan aktivitas sehari-hari mereka. Shirou mengamati sekeliling dengan penuh perhatian, merasa senang bisa berada di pusat aktivitas dunia ini.

Ketika mereka tiba di kantor Guild, Lefiya dengan sigap memimpin jalan. "Di sini kita akan mendaftarkanmu sebagai petualang resmi, Shirou. Ini adalah langkah penting sebelum kau bisa menjelajahi dungeon."

Shirou mengangguk, mengikuti Lefiya melewati pintu masuk yang besar dan megah. Kantor Guild penuh dengan petualang yang mengajukan permintaan, melaporkan pencapaian, atau meminta informasi. Ada suasana sibuk namun teratur di sana.

Lefiya mendekati salah satu meja pendaftaran, tempat seorang petugas Guild yang tampak berpengalaman berdiri dengan sikap profesional. Petugas tersebut menoleh ke arah mereka, tersenyum, dan berkata, "Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu?"

Lefiya menjelaskan, "Kami ingin mendaftarkan Shirou sebagai petualang baru. Dia baru saja bergabung dengan Loki Familia."

Petugas Guild mengangguk, kemudian mulai mengisi formulir dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. "Baiklah, Shirou. Sebagai petualang baru, biasanya Guild akan merekomendasikan seorang mentor untuk membimbingmu dalam tahap awal penjelajahan dungeon. Namun, kami juga bisa mencatat jika kau sudah memiliki mentor dari Familia."

Sebelum Shirou sempat berbicara, Lefiya menambahkan dengan tegas, "Shirou tidak memerlukan mentor dari Guild. Aku akan menjadi mentornya."

Petugas Guild mengangguk sambil mencatat informasi tersebut. "Baik, jika Lefiya dari Loki Familia akan menjadi mentor, kami akan menandai itu dalam catatan. Kalian memiliki pengalaman dan reputasi yang cukup untuk hal ini."

Petugas tersebut melanjutkan dengan memberikan beberapa petunjuk dan peraturan dasar mengenai dungeon, meskipun Lefiya sudah tahu sebagian besar dari apa yang dikatakan. Shirou mendengarkan dengan seksama, ingin memastikan tidak ada detail yang terlewat.

Setelah proses pendaftaran selesai, petugas Guild memberikan Shirou sebuah kartu petualang resmi, simbol bahwa dia sekarang menjadi bagian dari para petualang Orario. "Selamat datang di dunia petualang, Shirou. Semoga keberuntungan selalu menyertaimu di dungeon."

Shirou menerima kartu itu dengan hormat, merasa lebih siap dari sebelumnya untuk memulai petualangannya. Lefiya tersenyum bangga dan berkata, "Selamat, Shirou! Sekarang, kau resmi menjadi petualang. Ayo, kita bersiap untuk petualangan pertama kita."

Dengan semangat yang tinggi, Shirou dan Lefiya meninggalkan kantor Guild, siap menghadapi tantangan yang menanti mereka di dungeon.

Saat mereka berjalan keluar dari kantor Guild, Lefiya menoleh ke Shirou dan bertanya, "Shirou, apakah kau sudah memiliki senjata dan armor untuk berpetualang? Kita harus memastikan kau siap sebelum masuk ke dungeon."

Shirou sedikit terdiam, berpikir sejenak. Sebagai seorang magus, dia terbiasa menggunakan Projection, sebuah teknik yang memungkinkan dia untuk menciptakan senjata dan peralatan lain dari ingatannya. Dengan teknik ini, dia sebenarnya tidak memerlukan senjata fisik. Namun, Shirou memutuskan untuk tidak mengungkapkan kekuatan Magecraft-nya untuk sementara waktu, apalagi di dunia yang tidak mengenal sihir seperti di dunianya.

Dengan sedikit senyum yang dipaksakan, Shirou menjawab, "Sebenarnya, aku belum punya senjata atau armor. Aku baru saja tiba di Orario, jadi belum sempat mempersiapkan apa pun."

Lefiya menghela napas panjang, tampak sedikit khawatir. Namun, ia kemudian membusungkan dada dengan penuh tekad. "Kalau begitu, kita harus segera membelikanmu perlengkapan yang bagus. Jangan khawatir, aku akan mentraktirmu! Kita akan pergi ke toko Hephaestus Familia. Mereka dikenal dengan kualitas senjata dan armor terbaik di Orario, bahkan untuk pemula sekalipun."

Shirou terkejut dengan kebaikan Lefiya, tapi ia juga tahu bahwa menolak tawaran itu mungkin akan menimbulkan kecurigaan. "Terima kasih banyak, Lefiya. Aku sungguh menghargai bantuanmu."

Lefiya tersenyum cerah, senang bisa membantu. "Tidak masalah! Lagipula, aku ingin memastikan kau benar-benar siap untuk petualangan kita nanti. Sebagai mentormu, ini adalah tanggung jawabku."

Dengan semangat, mereka berdua kemudian bergegas menuju toko Hephaestus Familia, di mana Shirou akan mendapatkan perlengkapan yang ia butuhkan untuk memulai perjalanannya sebagai seorang petualang di Orario. Shirou merasa sedikit gugup, tetapi juga bersyukur memiliki teman seperti Lefiya yang begitu peduli dan siap membantunya.

Di toko Hephaestus Familia, suasana sangat hidup dengan aktivitas pelanggan yang memilih berbagai perlengkapan petualangan. Lefiya dengan penuh semangat mengantar Shirou di antara rak-rak yang dipenuhi dengan armor dan senjata.

"Karena kau adalah seorang pemanah," kata Lefiya sambil menunjuk ke salah satu rak, "aku pikir chainmail ringan ini akan sangat cocok untukmu. Ini memungkinkan mobilitas yang lebih baik tanpa mengorbankan perlindungan."

Shirou melihat armor chainmail yang ditawarkan, merasa bahwa itu adalah pilihan yang tepat untuk gaya bertarungnya. Meskipun ia sudah bisa menyalin blueprint armor ke dalam Unlimited Blade Works, ia menghargai saran Lefiya dan memutuskan untuk menerima pilihannya. "Terima kasih, Lefiya. Chainmail ini tampaknya sangat cocok untukku."

Lefiya melanjutkan, "Kita juga perlu memilih busur, quiver, anak panah, dan belati untuk senjata simpananmu." Mereka pergi ke bagian senjata, dan Lefiya menunjukkan beberapa pilihan busur dengan kualitas yang bervariasi. Shirou memilih busur yang tampaknya seimbang antara kekuatan dan presisi. Selain itu, mereka memilih quiver yang nyaman dan anak panah yang dirancang khusus untuk jarak jauh.

Saat mereka berada di dekat rak yang penuh dengan senjata yang dipajang, Shirou memperhatikan beberapa senjata yang ditempa oleh Penempa Besi Hephaestus. Dengan keterampilan dan pengalaman tempa tinggi, senjata-senjata ini terlihat sangat mengesankan. Shirou merasa tertarik untuk melihat lebih dekat.

"Lefiya, aku ingin melihat senjata-senjata ini lebih dekat," kata Shirou, menunjukkan rak yang dipenuhi dengan senjata-senjata berkualitas tinggi.

Lefiya mengangguk dan mengantar Shirou ke area tersebut. "Tentu, silakan. Senjata-senjata ini adalah hasil kerja keras Penempa Besi Hephaestus, salah satu dari sekian banyak barang langka di Orario."

Shirou melihat dengan seksama, dan setiap detail dari senjata yang dipajang sepertinya sangat kompleks dan terperinci. Ia kemudian menyalin blueprint senjata-senjata tersebut ke dalam Unlimited Blade Works, merasa bahwa pengetahuan ini akan sangat berguna di masa depan.

Dengan perlengkapan baru yang siap, Shirou merasa lebih siap untuk memulai petualangannya di Orario. Lefiya tampak puas dengan pembelian mereka dan siap untuk melanjutkan pelatihan dan persiapan sebelum mereka memasuki dungeon pertama mereka bersama.

Saat Shirou dan Lefiya berkeliling di toko Hephaestus Familia, mata Shirou tertuju pada sebuah ruangan yang menarik perhatiannya—ruangan khusus yang penuh dengan pedang sihir. Lefiya memperhatikan minat Shirou dan mengajaknya masuk.

Di dalam ruangan, berbagai macam pedang sihir dipajang dengan rapi. Setiap pedang memiliki bentuk dan aura yang berbeda, mewakili berbagai elemen magis seperti fireball, ice shard, dan kekuatan-kekuatan sihir lainnya. Setiap pedang tampak memiliki aura magis yang kuat, meskipun terlihat jelas bahwa pedang-pedang ini hanya bisa digunakan sekali saja.

"Pedang-pedang ini memang cukup mahal," kata Lefiya sambil menjelaskan. "Tapi mereka sangat praktis dalam situasi darurat. Jika kau menghadapi monster yang terlalu kuat atau situasi yang sangat berbahaya, pedang sihir ini bisa memberi keuntungan besar."

Shirou mengangguk, berpura-pura tertarik pada penjelasan Lefiya, meskipun dalam pikirannya ia sudah merencanakan sesuatu yang berbeda. Menggunakan kemampuannya, Unlimited Blade Works, Shirou mulai menyalin blueprint pedang-pedang sihir tersebut, menyalin detail struktur magisnya satu per satu. Baginya, ini adalah seperti menemukan harta karun.

Shirou merasa seolah-olah telah mendapatkan "cheat" dalam dunia ini. Dengan kemampuan Projection-nya, ia cukup menyalin apa yang telah dihasilkan oleh kerja keras para penempa besi Hephaestus, sementara mereka hanya bisa membuat pedang-pedang ini sekali pakai. Namun, untuk Shirou, dengan Unlimited Blade Works, ia bisa membuatnya berkali-kali dan bahkan mungkin tanpa batas.

"Menarik," Shirou berkata dengan tenang, menyembunyikan kegembiraannya. "Terima kasih sudah menunjukkan ini, Lefiya. Aku rasa, mengetahui tentang senjata-senjata ini akan sangat berguna."

Lefiya tersenyum, senang melihat Shirou tertarik. "Senang mendengar itu, Shirou. Senjata-senjata ini memang bisa membuat perbedaan di dungeon. Tapi ingat, mereka hanya satu kali pakai, jadi gunakan dengan bijak."

Shirou mengangguk lagi, merasa bahwa rahasia kecilnya ini akan memberinya keunggulan yang tidak dimiliki petualang lain. Dengan informasi dan pengetahuan baru ini, ia merasa semakin siap untuk petualangan yang akan datang.

Dengan perlengkapan barunya—chainmail ringan, busur, quiver penuh anak panah, dan belati cadangan yang tergantung di pinggangnya—Shirou merasakan semangat petualangan mengalir di dalam dirinya. Ia dan Lefiya menuju pintu masuk dungeon yang gelap dan terasa begitu misterius. Lefiya dengan cekatan menuntunnya, terlihat begitu tenang dan percaya diri, sementara Shirou mengikuti di belakangnya.

Sesampainya di lantai satu dungeon, Lefiya berhenti dan menoleh ke Shirou. "Ini adalah lantai pertama," katanya, suaranya tenang tapi serius. "Monster di sini tidak terlalu kuat, tapi tetap saja, jangan anggap remeh. Selalu waspada terhadap lingkungan sekitar."

Shirou mengangguk, mengerti sepenuhnya pesan Lefiya. Meskipun ia pernah menghadapi bahaya dalam hidupnya, ini adalah pertama kalinya ia berada di dungeon yang nyata. Ia memeriksa busur dan anak panahnya, memastikan semua siap jika terjadi sesuatu.

Lefiya tersenyum lembut, mencoba menenangkan Shirou. "Jangan khawatir, Shirou. Aku akan berada di sini sepanjang waktu. Jika kau berada dalam bahaya, aku akan langsung menyelamatkanmu."

Meskipun Lefiya berkata demikian, Shirou bisa merasakan kepercayaan diri gadis elf itu. Dia tahu Lefiya tidak meremehkan ancaman dungeon, tapi juga yakin dengan kemampuannya sendiri. Shirou merasa ada sedikit tekanan untuk tidak mengecewakan Lefiya, namun ia tetap tenang dan fokus.

"Baiklah," jawab Shirou sambil menyesuaikan cengkeraman tangannya di busurnya. "Aku akan melakukan yang terbaik. Terima kasih atas dukunganmu, Lefiya."

Lefiya mengangguk dan mulai memimpin mereka ke dalam koridor dungeon yang gelap. Dinding-dinding batu di sekitar mereka berkilau samar dalam cahaya obor yang dipegang Lefiya, menciptakan bayangan yang bergerak-gerak di lantai. Suara langkah kaki mereka menggema di sepanjang lorong yang kosong, membawa mereka lebih dalam ke dalam dungeon.

"Yuk, mulai petualangan kita," ujar Lefiya dengan semangat, sambil tetap waspada dan siaga terhadap bahaya yang mungkin datang. Shirou pun bersiap, menajamkan indranya dan bersiap untuk menghadapi apapun yang menanti di dalam kegelapan ini.

Shirou dengan tenang mengangkat busurnya dan menyiapkan anak panah. Dalam sekejap, ia menarik tali busur dan melepaskannya, membidik tepat pada monster goblin yang baru saja muncul dari kegelapan. Panah meluncur dengan cepat dan menghantam sasaran tepat di antara mata goblin, membuatnya jatuh ke tanah dan menghilang menjadi debu.

Lefiya yang berdiri di sampingnya hanya bisa ternganga. Shirou bergerak dengan ketenangan dan presisi yang membuatnya terpesona. Setiap kali monster muncul, baik dari kegelapan lorong maupun tiba-tiba dari dinding dungeon, Shirou menanganinya dengan efisien. Tidak ada gerakan yang sia-sia. Dalam beberapa langkah dan dengan jumlah anak panah yang minimal, monster-monster itu lenyap satu per satu.

Ketika seekor kobold tiba-tiba muncul di depan mereka, menggeram dan siap menyerang, Shirou dengan cepat beralih ke belati yang tergantung di pinggangnya. Dengan satu gerakan cepat, ia meluncur ke depan dan menghindari cakar kobold yang menyambar. Shirou memutar tubuhnya dan menebaskan belatinya dengan tepat ke leher kobold itu, menebas habis dalam satu serangan. Kobold itu jatuh ke tanah dan menghilang menjadi abu dalam sekejap.

Lefiya terdiam, matanya terbelalak. "Bagaimana... bagaimana kau bisa bergerak secepat dan seakurat itu?" tanyanya tanpa bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Shirou mengangkat bahu, tersenyum ringan. "Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan," jawabnya dengan tenang. "Aku sudah terlatih untuk bertarung sejak kecil, meskipun tidak pernah di tempat seperti ini."

Lefiya menelan ludah, masih kagum melihat bagaimana Shirou tampak begitu mahir. Dia teringat betapa canggungnya dirinya dulu saat pertama kali memasuki dungeon—serangan panik, teriakan, dan kegugupan. Namun, Shirou seolah tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kebingungan.

"Amazing... kau bergerak seperti seorang petualang berpengalaman," ucap Lefiya dengan kagum. "Sepertinya aku tidak perlu terlalu khawatir denganmu."

Shirou hanya tersenyum lagi. "Aku masih harus banyak belajar," katanya dengan merendah. "Tapi, terima kasih atas pujiannya, Lefiya."

Mereka melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam dungeon, sementara Lefiya tetap memperhatikan Shirou dengan rasa kagum yang semakin besar. Dia tahu bahwa Shirou bukanlah pemula biasa—ada sesuatu yang lebih dari sekadar kemampuan tempurnya, dan dia mulai memahami mengapa Shirou bisa menarik perhatian orang-orang seperti Aiz dan Loki.

Setelah mengalahkan beberapa monster, Shirou dan Lefiya mulai mengumpulkan magic stone yang jatuh dari tubuh monster-monster tersebut. Shirou, yang masih baru dalam hal ini, memperhatikan cara Lefiya dengan cekatan mengumpulkan magic stone dari abu monster yang telah dikalahkan.

"Pastikan kau memeriksa setiap tempat di mana monster jatuh, jangan sampai ada yang terlewat," kata Lefiya sambil tersenyum. "Magic stone adalah sumber pendapatan utama para petualang di Orario."

Shirou mengangguk dan ikut mengumpulkan magic stone dengan lebih hati-hati. "Aku mengerti," jawabnya, mencoba meniru cara Lefiya.

Setelah beberapa waktu, mereka selesai mengumpulkan cukup banyak magic stone. Lefiya kemudian mengajak Shirou untuk kembali ke Guild. Di sana, mereka menuju konter penukaran untuk menukarkan magic stone yang telah mereka kumpulkan.

Petugas di konter guild dengan ramah menyambut mereka dan mulai menghitung magic stone yang mereka serahkan. Setelah proses penukaran selesai, petugas memberikan sejumlah valis sebagai imbalannya. Shirou melihat uang yang diterima dan merasa sedikit kagum; meskipun jumlahnya tidak terlalu besar, ini adalah penghasilan pertamanya sebagai petualang.

Lefiya tersenyum lebar saat melihat ekspresi Shirou. "Nah, itu adalah gaji pertamamu di dungeon!" godanya sambil tertawa kecil.

Shirou tersenyum dan sedikit tertawa, merasa lega dan senang. "Terima kasih, Lefiya. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa bantuanmu."

Lefiya tersipu sedikit, senang bisa membantu Shirou. "Tidak masalah, Shirou. Lagipula, kita adalah teman satu familia sekarang. Aku yakin kau akan menjadi petualang yang hebat seiring waktu."

Shirou merasa termotivasi oleh kata-kata Lefiya dan bertekad untuk terus belajar dan berkembang. "Aku akan berusaha lebih keras lagi," janjinya.

Mereka berdua meninggalkan Guild dengan perasaan puas, Shirou dengan gaji pertamanya sebagai petualang, dan Lefiya senang bisa membantu rekan barunya menavigasi kehidupan sebagai petualang di Orario.

Ketika Shirou dan Lefiya tiba kembali di Twilight Manor setelah seharian berpetualang di dungeon, mereka bertemu dengan si kembar Tiona dan Tione, dua petualang kuat dari Loki Familia, yang tampak sedang bersantai di dekat pintu masuk.

Tiona, dengan senyum lebar di wajahnya, melambaikan tangan kepada mereka. "Hei, Lefiya! Shirou! Bagaimana harinya?"

Tione, yang lebih sering usil, segera memperhatikan betapa Lefiya terlihat senang. Dia pun tersenyum nakal dan berjalan mendekati mereka. "Oh, lihat siapa yang datang! Bagaimana 'kencan' kalian di dungeon, Lefiya? Seru, ya?" godanya sambil memberi isyarat dengan matanya.

Lefiya langsung memerah, wajahnya berubah menjadi merah padam. "Itu bukan kencan, Tione!" katanya terbata-bata. "Aku hanya mengajari Shirou cara bertarung di dungeon. Dia adalah muridku, itu saja!"

Shirou, yang berdiri di samping Lefiya, tidak bisa menahan senyum kecil saat melihat Lefiya yang begitu terganggu oleh godaan Tione. "Lefiya sangat membantu," katanya, berusaha menenangkan situasi. "Dia menunjukkan kepadaku cara mengatasi monster dan memastikan aku aman sepanjang waktu."

Tione tidak berhenti di situ. "Oh, jadi Lefiya benar-benar mengambil peran sebagai guru, ya? Dan bagaimana muridnya? Apakah dia patuh?"

Lefiya, yang masih malu, akhirnya mencoba mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri. "Shirou hebat! Dia mengalahkan monster-monster di lantai pertama dengan sangat mudah. Lebih baik dari apa yang aku lakukan saat pertama kali masuk ke dungeon."

Tiona tampak tertarik. "Benarkah? Itu keren sekali! Mungkin nanti kita bisa melihat aksimu, Shirou."

Shirou hanya tersenyum, merasa agak canggung dengan perhatian yang tiba-tiba tertuju padanya. "Aku hanya berusaha yang terbaik."

Lefiya, yang masih merah wajahnya, mencoba mengakhiri percakapan itu dengan cepat. "Ya, Shirou sangat berbakat. Tapi sekarang, kami harus beristirahat. Sampai jumpa nanti!" katanya sambil menarik Shirou masuk ke dalam Twilight Manor.

Tiona dan Tione tertawa kecil saat melihat Lefiya yang masih canggung. "Baiklah, sampai jumpa!" teriak Tiona dengan nada menggoda, sementara Tione hanya tersenyum puas melihat reaksi Lefiya.

Saat mereka berjalan masuk, Lefiya berusaha menenangkan dirinya dan menatap Shirou dengan canggung. "Maafkan mereka. Mereka selalu suka menggoda seperti itu."

Shirou hanya tertawa kecil. "Tidak apa-apa, Lefiya. Aku senang bisa belajar darimu hari ini. Dan terima kasih sudah membantuku."

Lefiya tersenyum, merasa lebih baik setelah mendengar itu. "Sama-sama, Shirou. Aku juga senang bisa membantumu."