Chapter 12 - Ch 12

Dua minggu telah berlalu sejak Shirou mulai bekerja di Hostess of Fertility. Setiap hari, restoran itu penuh dengan pelanggan – petualang, pedagang, dan penduduk lokal yang datang untuk menikmati hidangan lezat dan suasana yang hangat. Selama waktu itu, Shirou tidak hanya belajar tentang pekerjaan di dapur tetapi juga mendapatkan banyak informasi tentang dunia barunya ini.

Shirou sering menghabiskan waktu istirahatnya dengan mengobrol dengan teman-teman kerjanya, mendengarkan cerita mereka tentang kehidupan di Orario dan berbagai Familia yang ada di kota ini. Dengan memanfaatkan rasa ingin tahunya, Shirou bertanya di Guild setiap kali ada kesempatan, mencari tahu lebih banyak tentang para dewa, Familia, dan apa yang diperlukan untuk menjadi petualang di kota ini.

Suatu hari, saat sedang mengupas kentang di dapur bersama Ryuu, seorang elf yang selalu tampak serius dan tenang, Shirou memutuskan untuk memulai percakapan.

"Ryuu," panggilnya sambil meletakkan pisau. "Aku penasaran, apa kamu tahu Familia mana yang paling kuat di Orario?"

Ryuu memandang Shirou sejenak dengan mata birunya yang tajam. "Ada beberapa Familia yang sangat kuat," jawabnya akhirnya. "Tapi jika kita berbicara tentang kekuatan mentah, mungkin Loki Familia dan Freya Familia adalah yang paling terkenal. Mereka memiliki banyak petualang tingkat tinggi dan selalu berada di garis depan dalam penjelajahan dungeon."

Shirou mengangguk, mengingat dua nama yang telah beberapa kali ia dengar. "Aku mendengar Loki Familia dipimpin oleh dewi Loki, yang terkenal karena kecerdasannya dan taktik yang tak terduga."

Ryuu tersenyum tipis. "Benar, dan Freya Familia dipimpin oleh Dewi Freya, yang memiliki daya tarik yang luar biasa. Banyak petualang yang jatuh hati padanya dan mengabdikan hidup mereka untuknya."

Shirou menelan informasi itu. "Apakah ada Familia lain yang menarik untuk diketahui?" tanyanya lagi.

Ryuu mengangguk pelan. "Ada banyak Familia lain yang juga menonjol, seperti Hephaestus Familia yang terkenal dengan pengrajin senjata dan armor terbaik. Mereka sering bekerja sama dengan petualang untuk memastikan peralatan mereka berkualitas tinggi."

Dia melanjutkan, "Ada juga Ganesha Familia yang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban di Orario. Mereka sering mengadakan acara dan turnamen untuk memperkuat hubungan antar Familia dan penduduk kota."

Shirou mendengarkan dengan penuh perhatian, menyimpan setiap informasi yang diberikan. "Dan bagaimana dengan Familia yang lebih kecil atau kurang terkenal?"

Ryuu memikirkan sejenak. "Ada Miach Familia, yang kau sudah tahu, bergerak di bidang penyembuhan dan potion. Ada juga Takemikazuchi Familia, meskipun kecil, mereka dikenal gigih dan memiliki beberapa petualang yang cukup berbakat."

Di hari-hari lain, Shirou berbicara dengan Anya, Chloe, dan Lunoire tentang topik yang sama. Mereka memberikan perspektif yang lebih luas dan santai tentang berbagai Familia, termasuk gosip dan cerita menarik.

"Freya Familia itu agak menyeramkan, lho," kata Anya suatu kali sambil menyeka meja. "Banyak yang bilang Freya bisa membuat orang jatuh cinta padanya hanya dengan menatapnya."

Chloe menambahkan dengan seringai nakal, "Dan Loki Familia, mereka mungkin kuat, tapi kadang mereka sedikit... eksentrik. Banyak yang bilang Loki sendiri suka membuat masalah kecil hanya untuk bersenang-senang."

Lunoire, yang biasanya lebih serius, menjelaskan, "Tapi jangan lupa bahwa ada juga banyak Familia yang lebih kecil tapi sangat terhormat, seperti Hermes Familia yang sering berperan sebagai mediator dan penghubung antara berbagai kelompok."

Selama dua minggu ini, Shirou juga mengamati sendiri bagaimana para petualang berinteraksi dan berperilaku, mencari petunjuk tentang siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang harus diwaspadai.

Dari informasi yang ia kumpulkan, Shirou mulai memahami bahwa Orario bukan sekadar kota biasa; itu adalah pusat dari berbagai kepentingan, kekuatan, dan tujuan para dewa dan petualang. Setiap Familia memiliki karakteristik unik dan tujuan berbeda yang mencerminkan sifat dari dewa atau dewi yang memimpin mereka.

Shirou merenung tentang semua informasi ini. "Jika aku ingin menjadi petualang dan menjelajah dungeon," pikirnya, "aku harus bergabung dengan Familia. Tapi... Familia mana yang tepat untukku?"

Meskipun dia merasa masih memiliki banyak hal yang harus dipelajari, Shirou tahu bahwa waktu untuk membuat keputusan sudah semakin dekat. Dan apapun yang terjadi, dia bertekad untuk menjadikan perjalanan ini sebagai kesempatan untuk menguji impian dan tekadnya sendiri.

Dengan semangat baru, Shirou melanjutkan pekerjaannya di restoran, sambil terus memikirkan langkah berikutnya di dunia baru ini.

*************

Suatu sore yang tenang, saat restoran masih dalam waktu kosong, Shirou memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak di sekitar distrik tempat Hostess of Fertility berada. Matahari mulai condong ke barat, memberikan cahaya oranye lembut di atas atap-atap rumah dan bangunan di Orario. Di sepanjang jalan, Shirou mengamati hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, dari pedagang yang menawarkan dagangannya hingga anak-anak kecil yang bermain riang di jalanan.

Ketika ia berjalan melewati sebuah lorong sempit, tiba-tiba terdengar suara kecil yang terdengar panik. "Ah! Aduh, aduh… bagaimana ini?"

Shirou menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah suara itu. Di pojok lorong, ia melihat seorang gadis berambut hitam panjang, dengan pita putih besar yang mengikat rambutnya. Pakaian putih birunya yang khas membuatnya mudah dikenali sebagai dewi. Di tangannya, ia memegang sekantong kecil kentang, tampak kebingungan dan frustrasi.

Shirou mendekatinya, mencoba melihat lebih jelas. Gadis itu mencoba mengupas kentang dengan pisau kecil, tetapi hasilnya tidak rapi. Ia tampak sangat kewalahan, dan ada jejak debu tepung di pipinya.

"Maaf, apakah Anda butuh bantuan?" tanya Shirou dengan nada lembut.

Gadis itu terkejut dan menoleh, melihat Shirou dengan mata biru besarnya. "Oh! Maaf, aku tidak melihatmu di sana... Ya, aku sedang mencoba membuat Jagamaru-kun, tapi aku terlambat membeli bahan-bahannya, dan sekarang aku bingung harus mulai dari mana..."

Shirou tersenyum. "Saya bisa bantu kalau Anda mau. Saya sering membantu di dapur, jadi saya tahu beberapa cara untuk menyiapkan kentang dengan cepat."

Mata gadis itu berbinar. "Benarkah? Ah, terima kasih banyak! Namaku Hestia, dewi dari Hestia Familia. Aku selalu membuat Jagamaru-kun ini untuk dijual, tapi hari ini aku sedikit kesulitan."

Shirou mengangguk dan memperkenalkan dirinya. "Senang bertemu dengan Anda, Dewi Hestia. Saya Shirou. Mari kita lihat apa yang bisa kita lakukan dengan bahan yang ada."

Saat Shirou mendekat, ia merasakan aroma hangat yang khas dari Hestia—seperti bau perapian rumah yang nyaman dan menenangkan. Aroma ini membuat Shirou merasa sedikit nostalgia, mengingatkannya pada rumah lamanya di Fuyuki saat musim dingin, di mana perapian menjadi pusat kehangatan.

Tanpa banyak berkata-kata lagi, Shirou segera memulai pekerjaannya. Ia dengan cekatan mengupas kentang dan memotongnya dengan ukuran yang pas. Hestia, yang mengamati dengan kagum, merasa sedikit malu karena menyadari betapa jauh lebih terampil Shirou dalam hal ini.

"Aku sungguh berterima kasih," kata Hestia sambil tersenyum malu. "Aku jarang memasak, kecuali untuk ini. Jagamaru-kun adalah snack favoritku, dan aku suka berbagi dengan orang lain. Tapi terkadang… ya, seperti ini jadinya."

Shirou tertawa kecil. "Tak apa-apa, Dewi Hestia. Setiap orang memiliki keahliannya masing-masing. Dan jika Anda suka Jagamaru-kun, maka saya ingin membantu Anda membuatnya lebih baik."

Setelah kentang-kentang itu dipotong dengan rapi, Shirou mulai memanaskan minyak dan mengajari Hestia cara menggorengnya dengan benar, sehingga teksturnya renyah di luar namun lembut di dalam. Hestia, yang semula tampak gugup, mulai tersenyum lebih lebar saat melihat kentang itu mulai berubah warna menjadi keemasan sempurna.

"Wow, kau benar-benar hebat, Shirou!" serunya penuh antusias. "Sepertinya Jagamaru-kun kali ini akan jauh lebih enak."

Saat mereka menunggu kentang matang, Shirou bertanya, "Dewi Hestia, bolehkah saya tahu mengapa Anda membuat Jagamaru-kun ini? Aku tahu bahwa Anda belum memiliki anggota Familia, kan?"

Hestia mengangguk, matanya berbinar dengan semangat. "Ya, benar. Aku belum memiliki anggota Familia, dan aku ingin membentuk Familia suatu saat nanti. Jadi, aku mencoba berbagai cara untuk mendapatkan sedikit uang dan mendapatkan perhatian dari calon anggota. Jagamaru-kun ini adalah salah satu caraku untuk menarik orang agar mengenaliku."

Shirou mengangguk mengerti. "Saya kagum melihat Anda bekerja keras seperti ini. Banyak orang mungkin tidak tahu betapa sulitnya menjadi dewi yang belum memiliki Familia."

Hestia tersenyum penuh semangat. "Ya, tapi aku percaya pada usaha dan ketulusan. Lagipula, aku ingin mempersiapkan Familia ku dengan cara apapun yang aku bisa."

Shirou merasa tersentuh oleh ketulusan Hestia. "Kalau begitu, saya akan senang membantu kapanpun Anda butuh bantuan, Dewi Hestia."

Ketika Jagamaru-kun selesai, Hestia mencicipi satu gigitan, dan matanya melebar dengan kegembiraan. "Ini enak sekali! Terima kasih, Shirou! Aku yakin ini akan laku keras!"

Shirou tersenyum, merasa lega bisa membantu. "Sama-sama, Dewi Hestia."

Saat Shirou dan Hestia sedang menyajikan Jagamaru-kun yang baru digoreng dengan penuh semangat, aroma sedapnya mulai menyebar ke sekeliling. Beberapa orang yang lewat berhenti sejenak untuk mencium bau yang menggugah selera tersebut. Namun, di antara kerumunan itu, ada satu orang yang sangat memperhatikan—Aiz Wallenstein, seorang petualang terkenal dari Loki Familia.

Aiz, dengan rambut pirangnya yang terurai rapi dan mata emas tajam, mendekati gerobak dengan langkah cepat. Begitu ia mendekat, hidungnya menangkap aroma gurih yang khas dari Jagamaru-kun, dan ia langsung mengarahkannya pada Hestia.

Dengan rasa ingin tahunya yang tak tertahan, Aiz memesan beberapa Jagamaru-kun dan segera mencicipinya. Ekspresinya yang awalnya tenang berubah menjadi kekaguman saat rasa gurih dan renyahnya menyentuh lidahnya.

"Ini… jauh lebih enak dari biasanya," kata Aiz dengan nada kagum, matanya masih terpaku pada snack yang ia cicipi.

Hestia, yang melihat Aiz sangat menikmati Jagamaru-kun, merasa sangat senang. "Benarkah? Terima kasih banyak! Aku berusaha keras untuk membuatnya lebih baik kali ini."

Aiz mengangguk sambil terus mengunyah dengan puas. "Rasa ini berbeda dari yang pernah aku coba sebelumnya. Siapa yang membuatnya?"

Shirou yang berdiri di samping Hestia dan melihat interaksi ini, merasa sedikit canggung namun juga bangga. "Saya yang membantu membuatnya," katanya, menambahkan senyum ramah.

Aiz menatap Shirou dengan penuh rasa ingin tahu, jelas terkesan dengan kualitas makanan yang disajikan. "Kamu yang membuatnya? Rasanya sangat luar biasa."

Hestia, yang belum sepenuhnya mengenal Aiz dengan baik, berusaha mengingat nama petualang tersebut. "Oh, terima kasih! Terima kasih, Aiz… ah, maaf, aku tidak bisa mengingat nama belakangmu dengan benar…"

Aiz tersenyum tipis, tidak mempermasalahkan kesalahan Hestia. "Aiz Wallenstein. Dan saya sangat menghargai usaha kalian. Akan aku pesan lebih banyak lagi."

Dengan itu, Aiz memborong hampir seluruh stok Jagamaru-kun yang ada, meninggalkan Hestia dan Shirou dengan perasaan puas dan sedikit terkejut.

Ketika Aiz pergi, Hestia menatap Shirou dengan penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar membuat hari ini lebih baik, Shirou. Terima kasih atas bantuanmu."

Shirou tersenyum, merasa senang dapat membantu dan membuat perbedaan. "Sama-sama, Dewi Hestia. Senang bisa membantu dan melihat Jagamaru-kun mendapat sambutan hangat."

Momen itu menambah kepercayaan diri Shirou dan semakin memperkuat ikatannya dengan Hestia dan komunitas di sekitar mereka. Sebagai seseorang yang baru di Orario, dia merasa lebih terhubung dan termotivasi untuk terus belajar dan beradaptasi dengan dunia barunya ini.

Malam itu, suasana di Hostess of Fertility cukup ramai. Pelanggan menikmati hidangan mereka sambil berbincang-bincang dalam suasana hangat dan ceria. Shirou, yang sedang bekerja di dapur, melayani beberapa pesanan dengan cepat dan efisien. Namun, suasana berubah menjadi tegang saat seorang pelanggan mabuk, yang tampaknya merupakan petualang dengan level 3, mulai mengganggu Syr yang sedang melayani meja di dekat bar.

Petualang mabuk itu dengan kasar menarik lengan Syr dan berbicara dengan nada yang kurang sopan. "Hei, cantik! Kenapa tidak datang ke mejaku dan melayaniku lebih dekat?"

Syr berusaha tersenyum dengan tenang, tetapi jelas terlihat bahwa ia merasa tidak nyaman. "Maaf, Tuan. Saya sedang sibuk dengan meja lain. Mohon beri kami waktu."

Namun, si pelanggan yang mabuk semakin tidak sabar dan mulai berusaha memaksa. Melihat Syr dalam kesulitan, Shirou segera bergerak untuk membantu. Ia mendekati dengan niat baik, tapi tanpa disangka, petualang mabuk itu mendorong Shirou dengan kasar. Shirou terjatuh ke lantai, merasakan rasa sakit di tubuhnya.

Ryuu, salah satu pelayan yang lebih kuat di restoran, melihat kejadian tersebut. Dengan kecepatan dan kekuatan yang mencolok, Ryuu melangkah maju dan menendang keluar petualang mabuk tersebut dengan satu tendangan yang kuat. Petualang itu terpental keluar restoran, terdengar teriakan marahnya sebelum akhirnya menghilang dari pandangan.

Ryuu membantu Shirou berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir, sambil membantu Shirou membersihkan debu dari bajunya.

Shirou mengangguk, meskipun wajahnya menunjukkan rasa sakit. "Ya, terima kasih, Ryuu. Aku baik-baik saja."

Syr yang berdiri di sampingnya, terlihat sangat berterima kasih. "Shirou, terima kasih telah mencoba menolongku. Maaf kalau kamu harus terlibat seperti ini."

Shirou tersenyum lemah. "Tidak masalah. Aku hanya ingin membantu."

Namun, setelah kejadian tersebut, Shirou merasa merenung dalam hati. Ia mengamati Ryuu yang memiliki kekuatan luar biasa, berkat berkah dari dewa. Terasa jelas perbedaannya antara mereka yang diberkahi dan dirinya yang tanpa berkah. Dalam perbandingan ini, anggota familia seperti Ryuu tampak seperti demigod artifisial yang dapat bertambah kuat seiring dengan naiknya level mereka. Shirou, yang tidak memiliki kekuatan seperti itu, merasa lemah dan tidak berdaya.

Di dalam hatinya, Shirou merasa frustasi. Tanpa berkah dewa, ia harus mengandalkan semua keahlian magecraft-nya untuk memiliki kesempatan bertarung melawan mereka yang diberkahi. Dengan menyadari batasan-batasan fisik dan kemampuannya, ia tahu bahwa untuk dapat bertahan dan berkembang di dunia ini, ia mungkin harus bergabung dengan salah satu familia dan memperoleh berkah yang dapat membantunya.

Shirou memutuskan untuk tidak membiarkan kekalahan ini menghentikannya. "Aku harus lebih kuat," gumamnya pada dirinya sendiri. "Jika aku ingin berjuang di dunia ini dan melindungi orang-orang, aku harus mendapatkan kekuatan yang sama dengan mereka yang diberkahi dewa."

Dengan tekad baru, Shirou melanjutkan pekerjaannya di restoran malam itu, memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil. Ia tahu bahwa perjalanannya di Orario baru saja dimulai, dan banyak hal yang harus dipelajari dan dilakukan. Tetapi ia juga sadar bahwa untuk mencapai tujuannya, ia harus menghadapi berbagai tantangan dan mengatasi keterbatasannya dengan cara yang lebih strategis dan efektif.