Pembantaian
Aura dingin pekat menyebar ke berbabagai penjuru mata angin, semua orang di sekitar merasakan ketakutan yang belum pernah di alaminya.
Pasukan elf yang di dekatnya pun terjatuh lemas, bahkan jendral Arnesti pun hampir tak sanggup menahan aura kejahatan itu.
"Apa aku terlambat Mahita?"
"Tidak Raja, Anda datang di saat yang tepat."
Pasukan kerajaan yang melihat sosok itu, moral pasukan menjadi terguncang. Vantder merasa pria itu sangat berbahaya, instingnya mengatakan untuk cepat lari dan bersembunyi.
"Ap-apa!! mana mungkin manusia memiliki kekuatan sebesar ini?!"
.....
Beberapa saat yang lalu.
Saat ini Valey duduk di bawah pohon, sambil melihat status nya. Dia memeriksa berbagai skill yang belum pernah di lihatnya, dia berfikir tentang skill tujuh dosa besar. Karena skill itu merupakan skill yang di peroleh dari item, skill itu bukanlah skill permanen.
Saat di Erias, Valey membeli atau memenangkan sebuah event agar dapat item itu sebagai senjata terkuat. Dia berfikir tentang menyegel skill itu, karena mungkin suatu hari nanti skill itu berbahaya bagi orang di sekitarnya.
Dan beberapa skill lain seperti tangan dewa iblis dan mata dewa iblis, Dia berupaya menyegelnya tapi sayangnya gagal di lakukan. Satu-satunya cara yang bisa di lakukan hanyalah menyembunyikanya, agar tidak menarik musuh alaminya.
"Beberapa skill sudah aku sembunyikan, tapi ras dan gelar raja iblis ini sangat berbahaya. Aku akan menyamarkan ras ku menjadi manusia dan gelar ku menjadi raja hutan agung mungkin terdengar lebih baik."
Ketika Valey sibuk memeriksa status dan item miliknya, Valey menerima laporan dari Mahita.
"Maaf Raja, saya berhasil bernegosiasi dengan ras elf untuk pindah ke negara Hutan Agung. Dan saat ini, pasukan kerajaan hampir sampai ke tempat desa elf. Tapi bukan hanya elf saja yang di serang, ras oni, dwarf dan beastman juga di serang. Saya sudah memerintahkan 7 bawahan ku yang lain, untuk datang ke desa ras lain yang di serang dan satu lagi mengikuti tawanan perang ke kerajaan."
Mahita menggunakan skill 'summonse' untuk memanggil bawahannya, selama memiliki kontrak jiwa pengguna skill dapat memanggil monster atau ras lain.
"Kerja bagus Mahita, aku juga akan mengirimkan yang lain ke desa yang di serang. Siapkan titik koordinatnya, aku akan segera kesana."
Lalu Valey mengumpulkan semua bawahannya, dan membagi tugas untuk mereka.
"Perubahan rencana, saat ini aku menugaskan kalian untuk bernegosiasi dengan ras lain. Saat ini desa mereka sedang di serang oleh pasukan kerajaan, ini adalah saat yang tepat untuk membujuk mereka pindah kemari. Aku menugaskan Aghni ke desa beastman, Argya ke desa dwarf, dan Bamantara ke desa oni. Saat ini, bawahan Mahita sudah datang ke masing-masing desa yang di serang. Kalian harus melindungi desa itu, kalau terjadi sesuatu kalian harus menghubungiku segera."
"Baik Raja ku, Kami akan melakukan yang terbaik"
Para bawahan terlihat senang, karena saat inilah yang mereka tunggu. Senyum tipis para bawahan terlihat menakutkan, Valey merasa menyesal karena membuat latar belakang mereka seperti itu(pasukan pembunuh).
"Baiklah, mari berperang!"
"hoooo!!"
.....
Saat ini Valey terkejut melihat situasi di sekitarnya, karena para prajurit elf banyak yang pingsan. Dan semua elf, terlihat ketakutan melihat dirinya.
"Mahita, apa mereka sudah di kalahkan?"
"Maaf Yang mulia, saat ini perang belum di mulai. Tapi aura sihir anda, yang mengakibatkan mereka seperti itu."
Valey terkejut mendengar hal itu, karena dia sudah mengurangi jumlah aura sihirnya ke titik rendah. Hanya lima persen jumlah aura sihir yang di keluarkan, berdampak buruk bagi sebagian orang.
Nampaknya, hanya orang dengan rank B+ yang bisa menahan aura rendah ini.
"(Gawat aku lupa tentang demon king's aura ini!), maafkan aku mungkin aku berlebihan."
"Fufufu, tidak masalah Yang mulia, yang lemah harus menyingkir itu adalah hal yang umum."
"Baiklah, lalu siapa elf ini?"
"Ma-maf Tuan, saya adalah Aryan Arnesti jendral pasukan elf."
"Salam kenal, aku adalah Raja Hutan Agung Grasia namaku Valey Kegan"
Arnesti terlihat ketakutan melihat Valey, karena aura Valey begitu mengerikan bagi dirinya. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dia takut membuat kesalahan. Dia pun kebingungan dengan situasi ini, karena setengah dari pasukan elf sudah pingsan.
"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah mendengar semuanya dari Mahita. Aku yang akan mengurus penjajah itu, kau hanya perlu duduk menonton saja."
"Maaf jika saya lancang Yang mulia, lebih baik saya dan bawahan ku yang mengurus sampah kotor itu. Mereka tidak pantas berhadapan dengan anda, jumlah mereka hanya tiga ribu, satu jendral, dan empat kapten. Bukanlah masalah bagiku"
"Baiklah aku terima, berikan rasa sakit untuk mereka dan jangan bunuh jendralnya. Dia akan di introgasi lebih lanjut"
"Baik Yang mulia"
Mahita mengeluarkan busur panah dengan ukiran ular naga keemasan, busur yang indah itu mengeluarkan energi sihir yang kuat. Lalu saat dia mulai menarik busur, konsentrasi sihir menciptakan anak panah berbalut api biru.
Saat anak panah di lepaskan, panah api biru melesat dengan cepat lalu menyebar menjadi tiga begian.
Saat mencapai tanah, terjadi ledakan api biru dengan gelombang kejut yang besar. Gelombang itu menghancurkan konsentrasi pasukan kerajaan, gelombang sihir yang besar menciptakan kerusakan berat. Hampir setengah pasukan kerajaan tewas, dan masih banyak lagi yang terluka.
"Kalian berdua, bunuh semua prajurit yang tersisa, aku akan mengurus jendralnya"
Dengan perintah itu, bawahan Mahita bergerak cepat. Mereka mulai menyerang tanpa ampun, banyak kepala terpenggal, tubuh terpotong, banyak dari mereka mulai berlarian tapi itu semua sia-sia.
Vantder seakan tak percaya melihat kejadian seperti itu, pasukan elitnya dibunuh dengan keji. Lalu dia merasakan seseorang mendekat.
"Selamat datang jendral, ini adalah pertunjukan yang menyenangkan hahaha"
"Keparat!! Siapa kau?! aku belum pernah melihatmu sebelumnya!"
"Kau tidak perlu tahu namaku, karena kau akan mati. Kau telah menyerang kami lebih dulu, setelah ini kami akan menyerang kerajaanmu dan membantai mereka semua hahaha"
Meskipun insting Vantder mengatakan wanita di depannya berbahaya, tapi dengan tekad kuat demi kehormatan atas nama jendral dia tetap akan melawan.
"Aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal itu, aku akan membunuh mu!!"
"Jendral kami akan membantumu!! anda larilah selamatkan diri, dan minta bala bantuan"
"Jangan gegabah! dia sangat kuat!"
Para kapten itu menyerang dengan gegabah, sebelum mencapai Mahita tubuh mereka terpenggal menjadi tiga bagian. Kecepatan tehnik pedang Mahita, tidak bisa dilihat okeh mata Vantder. Melihat hal itu membuatnya sangat marah, dia tahu bahwa dia tidak mungkin bisa menang melawan wanita itu.
"Kau telah membunuh dan menculik elf dan demi-human lain, hal itu tidak bisa di maafkan. Kerajaanmu, keluargamu, dan teman-temanmu akan membayar semuanya."
"Ini adalah perintah Raja ku, aku seorang jendral akan mematuhi setiap perintah dari Raja"
"Raja bodoh yang mengkudeta Raja yang lama, sungguh konyol perkataanmu itu. Bawahanku telah mengikuti rombongan kereta yang membawa sandera, dari laporan yang ku terima Raja yang baru akan memperbudak mereka dan menjual sandera. Aku tidak akan membiarkan hal itu, pertama-tama aku akan memburu keluargamu yang menjadi salah satu dalang dari penyerangan ini hahaha!!"
"Bajingan!! haaaaa!!!"
Vantder sangat marah, lalu menyerang Mahita dengan kekuatan penuhnya. Mereka beradu pedang dengan kecepatan tinggi, lalu Vantder mengeluarkan skill terkuatnya 'fire sword' tapi skill itu dapat di netral kan dengan mudah.
"Ap-apa!! tidak mungkin! bukankah kau Archer?"
"Hehh skill ku itu 'martial arts'. Sungguh lemah, seorang dengan skill magic swordman sungguh lemah hahaha. Akan ku tunjukan padamu seni tarian pedang ku."
Satu langkah kaki, tanpa sadar Mahita berdiri di belakang Vantder. Lalu tangan kirinya terpotong, Vantder kesakitan darahnya keluar dengan deras.
"aaaaa!!! tanganku! sakit!"
"Lihat lah tangan mu jatuh ke tanah hahaha, kasihan sekali sekarang kaki mu? atau kepalamu? hahaha. Tapi coba lihat sekelilingmu, pasukanmu terlihat menyedihkan hahaha"
tolong!!
jangan!!
Vantder hanya bisa terdiam tak percaya, bahwa pasukan kebanggaanya telah di hancurkan. Teriakan minta pertolongan, kesakitan, dan keputus asaan itu terdengar jelas. Vantder hanya bisa menangis melihat kenyataan ini.
"Lihatlah dan rasakan, para elf dan demi-human yang kau serang menderita seperti itu, dan sekarang, penderitaan itu kembali padamu. Kalian membunuh mereka dengan bangga dan tawa, kau membunuh orang tua di depan anaknya. Apa kau merasa bangga!? Aku akan memberimu pertanyaan, dan kau harus menjawaab dengan jujur. Kalau kau menolaknya aku akan membuatmu menderita, aku akan mengeksekusi keluarga mu di depan matamu. Apa kau setuju?"
"Jangan lakukan itu, aku mohon padamu aku akan menjelaskan semuanya.
" Bagus, anjing penurut"
>>>>>Bersambung<<<<<