Athena baru saja keluar dari mobil yang mengantarkannya. Ia berjalan santai di koridor. Sudah 2 hari semenjak Athena mengancam Citra, dan semenjak itu juga Citra mencap Athena sebagai musuhnya.
Seorang laki-laki tampan dan tentunya menarik perhatian orang yang lewat itu sedang berdiri di depan kelas 11 IPA 4.
Mungkin itu murid baru
Begitulah pikir mereka, termasuk Athena.
"Na!" panggil laki-laki itu melambai.
Athena menoleh ke belakang, lalu menunjuk dirinya sendiri, dan cowok itu mengangguk. Ia mendekat dan berdiri di depan Athena.
Athena mendadak mundur 2 langkah, "Lo siapa? Kok kenal gue? Jangan-jangan lo penguntit ya?"
Cowok itu cengo mendengar penuturan Athena.
"Gue Ares. Lo lupa?"
Hening. Bahkan orang yang lalu lalang pun mendadak berhenti. Ares?
Athena menepuk pipi Ares, "Aduh. Sakit Na!" Kesal Ares.
"Lo kesakitan, berarti bukan mimpi. Lo beneran Ares? Jangan ngadi-ngadi lo. Ares nggak seganteng lo."
"Jahat banget sama gue lo, Na. Padahal pulang sekolah gue mau ngajak lo jalan."
Athena mendadak semangat, "Oke, gue percaya lo Ares. Nanti pulang sekolah beliin gue donat."
Ares mengangguk-angguk pasrah, "Iya iya, rasa coklat penuh kan?"
Athena mengangguk mantap. Sekarang ia percaya bahwa laki-laki tampan didepannya adalah Ares.
"Lo, potong rambut?"
Ares mendadak gugup sendiri sembari memegang kepala bagian belakangnya dan beralih menatap objek lain selain Athena. "Iya. Gimana menurut lo?"
Athena tiba-tiba menangkup pipi Ares sembari berjinjit, "Perfect."
Ayolah, Ares masih normal. Ares refleks menahan nafas, jantungnya berdegup kencang menatap Athena. Jarak mereka juga sangat dekat. Siapa yang tidak gugup jika diperlakukan seperti itu?
Athena menjauhkan wajahnya dan menyeret Ares memasuki kelas. Sedari tadi, Ares menjadi pusat perhatian karena perubahannya.
Ares menghirup udara rakus. Akhirnya ia bisa bernafas lega. Ares mengelus dadanya, "Nih cewek buat gue jantungan!"
°•°•°•
Kelas baru saja usai. Bel istirahat juga sudah bergema di penjuru sekolah. Athena kali ini tidak tidur di jam pelajaran. Gadis itu berdiri,
"Res, Gue ke toilet dulu ya. Lo duluan aja ke kantin, ntar gue nyusul. Bye!"
Tanpa mendengar jawaban Ares ia langsung berlari keluar kelas. Athena sedang kebelet!
Setelah menyelesaikan panggilan alamnya, Athena berjalan sendirian ke kantin. Di perjalanan, tidak ada yang menarik menurut Athena. Athena memasuki area kantin dan mendapati Ares yang sedang di kelilingi oleh para perempuan. Emang bener ya, fisik mempengaruhi segalanya. Ares bahkan belum memesan maupun mendapatkan meja. Athena menerobos kerumunan, hingga sampai di hadapan Ares.
"Res, mau pesan apa?" tanya Athena dengan wajah malasnya.
"Gue pesan bak-- eh, tolongin gue dulu, Na!"
"Oke, Bakso."
Setelah tau pesanan Ares, Athena kembali menerobos kerumunan dan berjalan menuju stan penjual bakso. Ares kewalahan menangani gadis yang mengerumuninya.
Asal kalian tau, Bara tidak pernah berada di posisi Ares. Bara selalu mengeluarkan aura menyeramkan jika ada yang berani mengusiknya. Namun, Ares beda lagi.
Ares adalah tipe Good Boy.
Ares dengan pasrah menanggapi satu-persatu gadis-gadis yang mengelilinginya.
Athena kesusahan membawa nampan yang berisi dua bakso dan dua gelas es teh itu. Bukannya apa, kuah bakso itu bergoyang kesana-kemari, sedangkan Athena harus berdesakan untuk keluar dari kerumunan orang-orang yang sedang memesan.
Baru saja bebas dari kerumunan, Athena tidak sengaja menabrak seorang laki-laki berperawakan tinggi. Salah satu es teh di dalam nampan tertumpah dan mengenai baju laki-laki itu.
"Bang--"
"Sorry, gue nggak sengaja." Panik Athena.
Laki-laki didepannya hanya bergumam sambil membersihkan bekas es itu. Athena merutuki laki-laki itu dalam hati.
"Dari sekian banyaknya orang, kenapa harus Bara?"
Bara menatap Athena dengan tatapan yang sulit di mengerti, "Gue tunggu pertanggungjawaban lo."
Setelah mengucapkan itu, Bara langsung pergi dari hadapan Athena. Athena yang tidak paham itu loading sebentar, dan langsung berbalik menatap Bara yang berjalan dengan santai.
"Oi! Apa maksud lo?"
Namun, Bara menghiraukan gadis itu dan duduk bersama teman-temannya yang berada tidak jauh dari situ.
Athena mengangkat bahu acuh dan duduk di sebelah Ares yang sedang duduk sendiri dengan wajah lelahnya. Athena menaruh nampan di hadapan Ares, dan dengan cepat mengambil segelas es teh yang isinya banyak.
"Lho, kok punya gue tinggal separo Na?"
"Tumpah." Kata Athena santai.
"Lah, bisa gitu?"
"Bisa lah. Kalo mau banyak, beli sendiri!"
Ares menghela nafas lelah, "Iya iya. Serah lo deh."
•°•°•°
Di taman belakang sekolah yang sepi, dua laki-laki dengan penampilan saling bertolakbelakang itu beradu tatapan permusuhan. Yang satu nampak teladan, dan yang satu lagi nampak seperti laki-laki tukang langgar aturan.
"Kenapa lo manggil gue? Kalo nggak penting, gue pergi."
"Jauhi Athena." Laki-laki dengan penampilan berantakan itu berujar datar.
"Jauhi?" beo laki-laki yang berseragam rapi.
Dua laki-laki yang menjadi primadona SMA Cendrawasih itu beradu tatapan yang setajam silet.
Laki-laki dengan seragam yang rapi itu terkekeh sinis, "Lo udah buang dia. Dan lo baru sadar dia berharga setelah dia menjauh dan dekat dengan orang lain?"
Wajah yang sebelumnya terkekeh itu berubah menjadi datar. "Jangan ngimpi."
Laki-laki dengan penampilan berantakan namun tampan itu nampak berpikir sejenak.
"Hm, gimana kalo Athena aja yang milih?"
Laki-laki yang nampak teladan itu terdiam. Ia merasa sedikit, takut.
"Kenapa? Lo takut kalah saing?" laki-laki dengan penampilan berantakan itu tersenyum miring.
Laki-laki teladan tadi berdecak kesal, "Oke, gue ikutin permainan lo."
=============================
========