Chereads / I'm About Your's / Chapter 6 - Chapter 6 I'm About Your's

Chapter 6 - Chapter 6 I'm About Your's

Tuan Beom berdiri menunggu Shou yang mengambil kartunya di dalam supermarket, sambil melihat ke langit memikirkan bagaimana Shou menangis.

Ia memikirkan dan masih membayangkan air mata Shou yang jatuh, gadis itu menangis di depan nya hanya karena mengingat masa lalu dan masalah kecil yang ia alami sekarang. "(Dia terlalu lemah untuk dikatakan cengeng,)" pikirnya, sambil menyalakan rokoknya lagi.

Sementara itu Shou di dalam masih mengobrol dengan manajer. "Manajer, maafkan aku hiks... Aku selalu terlambat kemari... Hiks," Shou menangis cengeng. Meskipun begitu, bisa di lihat bahwa dia masih sangat mabuk.

"Ah tidak apa apa Shou, aku mengerti kamu sibuk dengan tugas kuliah mu, bagaimana dengan kuliah mu, kamu sibuk kan...? Selama kamu sudah masuk kuliah, aku tahu kamu bisa terlambat jadi aku bisa memaklumi itu," balas manajer.

"Huhu manajer, Anda baik sekali... Aku benar benar terharu."

"Ah sudah sudah, lihat, dia sudah menunggumu," Manajer menunjuk Tuan Beom yang ada di luar.

Tuan Beom yang di luar masih memandang langit dengan rokoknya yang ada di mulutnya. Lalu ia mendengar suara orang terkejut di dekatnya. Ia melirik yang rupanya adalah pria yang ia pukul di supermarket di depan Shou sendiri. Ia memukul pria itu saat itu, dan sekarang pria itu menatap takut pada Tuan Beom, ia juga gemetar. "E.... E..." dan juga gugup. Tuan Beom hanya menatap dengan lirikan dingin nya tapi dia begitu karena dia memang memiliki tampang yang begitu.

"Bagaimana dengan kepalamu?" tatap Tuan Beom dengan tatapan datarnya.

"Benar-benar baik, sir! saya telah mempelajari pelajaran saya dan saya berterima kasih atas instruksi Anda, sir!!" dia berteriak dengan semangat seperti bawahan pada atasan nya di militer.

"Kalau begitu sekarang, bersihkan meja itu," tatap Tuan Beom lalu pria itu melihat di meja ada 5 botol minuman alkohol. Apakah Shou meminum sebanyak itu?

Tak lama kemudian, Shou mendekat. "Maaf membuat Anda menunggu, ini kartu id Anda," dia memberikan kartu id itu pada Tuan Beom.

"Baiklah, ayo pulang."

"Eh tunggu, aku masih harus membersihkan....." Shou menatap ke meja yang ia buat minum tadi dan ia menjadi terkejut ketika pria mengerikan itu membersihkan meja.

"Jangan khawatir Nona hehe, aku sudah membersihkan nya..." pria itu membalas dengan ramah membuat Shou terdiam.

"Apa yang kau tunggu, ini sudah malam," tatap Tuan Beom dengan lirikan dingin nya.

"Oh sudah ingin pergi sir, semoga malam mu baik!" kata pria itu menatap ramah.

"Kau juga," balas Tuan Beom. Tapi Shou masih belum paham dengan apa yang terjadi.

Di jalan pulang, Shou sempoyongan berjalan di samping Tuan Beom.

"Ungh..... Berapa gelas aku minum... Aku merasa pusing.... Apa minum alkohol memang begini rasanya?" gumam Shou. Dia tidak minum pergelas, tapi per botol.

"Apa kau tidak bisa melihat sendiri berapa yang kau minum tadi?" lirik Tuan Beom yang masih memegang rokoknya.

"Hng... Aku hanya bisa menghitung, Satu.... Dua.... Empat... Lima... Mungkin segitu... Dan rasanya aku benar benar mual," Shou menutup mulutnya sambil memegang perutnya. Lalu mereka berhenti berjalan dan Tuan Beom menatap nya dengan tatapan biasa.

"Muntah kan saja, itu akan membuat perutmu sakit karena kau minum begitu banyak."

"Tidak bisa, hal pertama ini tidak boleh aku buang begitu saja... Aku tidak akan muntah.... Aku hanya akan...." seketika Shou akan jatuh, tapi tangan besar Tuan Beom menahan bahunya, Tuan Beom memegangi bahu Shou lalu membuang rokoknya ke bawah dan menginjak mematikan nya, lalu ia memegang pinggang Shou dan di saat itulah ia merasakan sesuatu, pinggang yang kecil dan sangat manis, tangan nya terlalu besar untuk merasakan itu. Shou juga pendek membuat nya hanya bisa memegang dengan telapak tangan nya di pinggang Shou.

". . . Jangan tertidur."

"Maafkan aku... Aku tidak bisa menahan ini," Shou membalas dengan sangat lemas.

"Aku..... Ceritakan padaku cerita lucu kalau begitu, aku akan lebih baik nantinya," tambahnya.

"Kau adalah pemabuk yang aneh."

"Kalau begitu cerita nyata, bla...bla..." Shou terus berkata tak sambung.

"Kalau begitu, ngomong ngomong... Apa kau benar benar tidak lelah bekerja seperti ini setiap hari? Kau tidak membutuhkan banyak uang untuk biaya mu sendiri bukan?" tanya Tuan Beom.

"Yah... Begitulah, sebenarnya aku memiliki keinginan membeli sebuah rumah yang besar... Hic.... Aku tahu itu mustahil, tapi aku akan berusaha untuk menabung nya," kata Shou.

". . . Untuk apa kau membelinya jika kau menganggap dirimu sendirian tanpa apapun, apa kau akan menganggap teman mu sebagai keluarga?"

"Aku memang berpikir begitu dan membuat ku memikirkan bahwa tinggal sendirian di rumah besar itu memanglah akan sangat sepi, tapi mau bagaimana lagi, aku memang sudah terbiasa sendirian, meskipun begitu, aku sama sekali tidak merasakan ada hal aneh datang padaku."

"Memang benar kau tidak merasakan hal buruk mendekatimu, itu karena kau terus tersenyum manis pada semua orang, menyebarkan sisi positif dan tidak menunjukan betapa kesepian tubuhmu, sehingga banyak orang yang tidak baik ingin memanfaatkan mu dalam kesempatan mereka, kau seharusnya sadar apa yang sudah kamu lakukan, tinggal sendirian di kota yang luas dan tidak mengandalkan banyak orang, itu sesuatu yang bahaya dan kau tidak bisa terus berharap seseorang akan datang menyelamatkan mu," kata Tuan Beom. Mendengar itu Shou menjadi terdiam dan berhenti berjalan membuat Tuan Beom juga berhenti.

"Apa aku.... Sangat payah?" Shou menatap bawah, ia meremas bajunya sendiri. "Aku memang tak memiliki seseorang yang dekat, seseorang yang perhatian, seseorang yang dapat memberikan kasih sayang nya padaku... Dan aku juga tidak mengerti, kenapa aku ini tidak mencari yang seperti itu.... Apa mungkin di dunia ini tidak ada orang yang seperti itu, orang yang aku sukai tak bisa menunjukan rasanya padaku... Sehingga aku sulit menilai apakah dia menyukai ku atau tidak," kata Shou.

Lalu Tuan Beom terdiam mendengar curhatan Shou itu, ia mengantarkan Shou ke apartemen, setelah sampai di pintu apartemen. "Berapa angka kode mu?" tanya Tuan Beom pada Shou yang berdiri lemas di belakang samping nya.

"Ungh... 1525," balas Shou. Lalu Tuan Beom memasukan kode nya di apartemen pintu Shou.

Tapi di saat itu juga, Shou kehilangan kesadaran. "Ahjussi... Aku pikir aku akan mati," kalimat terakhirnya hingga ia jatuh ke belakang.

Tuan Beom langsung menoleh dan melihat ke bawah. Shou tertidur di bawah, bisa bisanya Shou jatuh dan tertidur di bawah. Lalu Tuan Beom menghela napas panjang dan berlutut, ia menggendong Shou dan meletakan Shou di bawah pintu.

"Hoi.... Ini... Apa kau bisa bangun sekarang," tatap Tuan Beom yang berlutut menatap Shou yang tertidur di sandaran pintu apartemen nya, Tuan Beom belum memasukan Shou ke dalam apartemen nya.

"Hng.... Ini sangat pusing," Shou kembali menutup mata. Di saat itu juga Tuan Beom menatap wajah Shou yang rupanya manis ketika tertidur. Ia lalu memegang pipi Shou membuat Shou membuka mata perlahan. Ia terkejut ketika melihat wajah Tuan Beom begitu dekat dengan nya.

"Masuklah," tatap Tuan Beom.

Lalu Shou terdiam dan memilih terbangun dan berdiri. "Hng.... Terima kasih Ahjussi... Aku akan langsung tidur.... Lain kali kau harus langsung membawaku ke ranjang," kata Shou dengan mabuk berjalan ke dalam dan menutup pintu membuat Tuan Beom terdiam memasang wajah datarnya.

Ia menatap pintu Shou, lalu membukanya dan seketika wajahnya menjadi memasang wajah kesal. "Dia tidak menguncinya."

Shou sudah berjalan ke dalam dan itu adalah faktor bahaya jika Shou tidak mengunci pintunya.

Tuan Beom memilih mengetuk pintu, ia terus mengetuk, Shou yang ada di ranjang menjadi lemas bangun.

"Hng.... Hentikan.... Aku tak ada tenaga," ia membalas dengan lemah. Tapi tiba tiba saja ia merasakan perutnya akan mengeluarkan air yang ia minum tadi.

Shou membuka mata nya dengan besar sambil menutup mulutnya, ia langsung berlari ke kamar mandi dan muntah di toilet.

"Uhuk Cough .... Aku belum pernah merasakan perutku penuh begini.... Cough... Ugh...." ia memegang perutnya lalu mencuci wajahnya tapi ia mendengar ketukan pintu itu beberapa kali.

"Haiz... Siapa sih," ia langsung berjalan ke sana dan membuka pintu, seketika aura membunuh tersebar di sana membuat Shou terkejut.

Tuan Beom menatap dengan aura membunuhnya

"Bagaimana bisa kau terus mengabaikan orang mengetuk pintu sepeti ini, apakah berjalan dari ranjang itu berat?" ia menatap kesal.

"Ma... Maafkan aku.... Aku benar benar minta maaf," Shou menatap tak berdaya. Tapi aura nya benar benar kuat.

"(Dia marah.... Sangat marah....) Maafkan aku, aku akan menggantinya, tunggu sebentar," Shou langsung masuk ke dalam dan kembali lagi membawa tremos kecil yang imut, tremos berwarna putih yang manis.

Tuan Beom terdiam menatap itu dan belum mengambilnya.

"Aku mohon terimalah ini dari ku, Ahjussi, ini adalah teh yang enak dan manis, aku membuat nya dengan khusus."

"Kenapa kau memberikan ku itu?"

"Um.... Karena aku pantas memberikan nya pada Anda," balas Shou.

Lalu Tuan Beom menghela napas dan mengambil tremos itu, tampak di tangan nya, tremos itu lebih kecil dari tangan nya yang besar.

"Um... Ahjussi, sebenarnya apa yang Anda lakukan di sini, dan mengetuk pintu dari tadi?" tanya Shou.

"Pintumu, tidak terkunci, dan apa kau membiarkan orang masuk dan memperlakukan mu tidak pantas, kau harusnya berpikir itu."

"Awh.... Apa Ahjussi melakukan itu untuk ku, terima kasih banyak, maafkan aku karena aku harus ke kamar mandi."

"Apa kau muntah?" tanya Tuan Beom seketika Shou terkejut.

"E... E... Tidak... Mana mungkin aku muntah mengeluarkan hal pertama yang aku lakukan..." Shou mencoba menutupinya karena takut Tuan Beom akan menatap nya tak kuat minum alkohol.

"Kau tak perlu menutupinya," Tuan Beom melirik.

"(Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa detail sekali? Dan kenapa dia bisa tahu aku muntah?)" Shou terdiam tak bisa apa apa. Lalu Tuan Beom kembali menghela napas panjang. "Semoga tidur mu nyenyak," lalu berjalan pergi membuat Shou yang terdiam lagi.