Chereads / I'm About Your's / Chapter 10 - Chapter 10 I'm About Your's

Chapter 10 - Chapter 10 I'm About Your's

Seoul, Korea Selatan, 6 Januari

Shou tampak terbangun di ranjang menatap ponselnya dan ingat soal makan bersama Tuan Beom.

"(Mengapa kau membuat ini sangat sulit bagiku? Aku bahkan tidak dapat mengucapkan terima kasih. Membelinya makan malam adalah yang sedikit yang bisa aku lakukan. Jika aku akan mentraktir nya, aku ingin mencari sesuatu yang dia akan suka,)" pikir Shou menatap ke internet dan mencari tempat makan terbaik di Seoul.

Tiba tiba saja ponselnya berbunyi dari nomor yang tidak di kenal. "Ini siapa?" Shou bingung, lalu ia mengangkatnya. "Hallo?"

"Shou," panggil nama nya dari ponsel itu, dan di sana Shou langsung tahu bahwa itu Tuan beom.

"(Ini dia... Aku benar benar sudah tahu suaranya tanpa dia mengucap nama nya.)" Shou langsung senang.

"Sudah memilih tempat?" tanya Tuan Beom.

"Um.... Belum, aku masih memikirkan apa yang Ahjussi suka.... Barbeque mungkin akan menyenangkan yah?" tawar Shou.

Lalu Tuan Beom menjawab. "Yeah tentu," dengan suara datarnya.

"(Dia benar benar tidak peduli dengan itu.... Langsung menerima saja.) Kalau begitu, bagaimana dengan seafood?"

"Itu juga tak masalah," Tuan Beom kembali membalas.

"Lalu... Apa Ahjussi oke dengan tiram, atau timun, atau yang seperti itu?

"Tentu."

"Um.... Apakah ada yang Anda tidak suka secara khusus?.... Jangan hanya asal bilang 'tentu' jika begitu, aku akan bingung menawarkan nya," kata Shou.

"Biarkan aku hanya mengatakan yang aku tahu bahwa banyak rasa apa saja yang di katakan oleh kata 'semuanya', bahkan rasa yang kamu suka, Shou."

Tapi tiba tiba saja Shou mematikan nya dan menjatuhkan hpnya sambil berwajah ilfil.

"(Kenapa aku langsung mematikan!!! Betapa bodohnya aku.... Tapi siapa yang akan mau mengatakan hal seperti itu... Aku harap dia tidak marah dengan ku,)" pikir Shou mencoba tenang.

"(Baiklah, aku hanya perlu tenang dan berangkat jam 7 pagi ini.... Itu karena hari ini hari minggu... Aku libur dalam universitas maupun kerja sambilan, aku harap aku bisa menikmati makanan nanti bersama Ahjussi,)" tambah Shou. Ia lalu bersiap memakai pakaian.

Ia menemukan gaun biru muda dengan rok pendek di sana. Lalu ia berpikir bahwa gaun itu akan cocok untuk nya di depan Ahjussi. "(Aku hanya perlu mentraktir Ahjussi kan, btw di luar sana juga dingin. Sebaiknya jangan pakai rok pendek.... Hm.. Bagaimana dengan celana panjang levis ini dan kemeja biru ini... Haha, tidak seperti perempuan banget.. Itu karena di luar dingin, aku tak mungkin pakai gaun pendek,)" pikir Shou. Ia lalu memakai jaket nya dan berjalan keluar.

Di ponselnya berbunyi pesan.

-Aku menunggu mu di mobil hitam di dekat jalan XxX-

"Oh baik, aku hanya perlu mencari mobil hitam," Shou melihat sekitar dan di depan agak jauh ada mobil hitam terparkir.

Shou terdiam melihat sekitar. "(Um..... Kenapa aku ragu untuk ke sana... Ahjussi juga belum datang... Dimana dia?)" pikir Shou dengan canggung sekitar.

Lalu di balik kaca mobil itu yang turun, ada seseorang yang memanggilnya. "Hei kau..."

"Huh... Aku?" Shou menoleh.

"Ya, kemarilah," tatap seorang pria itu dengan tatapan anehnya.

"Apa kau menunggu Geunwo Beom, Bos ku?" tanya nya.

"Eh... Um iya... (Hah Bos?!)"

"Ini memang bukan mobil bagus, tapi masuklah," tambah pria itu.

"Eh maaf?" Shou menatap tak mengerti.

"Hanya masuk saja sial, ini terlihat bekerja dengan baik," pria itu menatap dengan agak kasar, ia seperti menganggap Shou bukan gadis yang khusus diperlakukan.

"B.... Baik," Shou menjadi mengangguk. Lalu berjalan masuk ke bangku tengah mobil.

Di dalam mobil, Shou terdiam terganggu. Ia lalu menoleh ke pria tadi yang rupanya menatapnya ke belakang terus. "Um.... Maaf, kenapa Anda menatapku terus? Apa ada sesuatu?"

Lalu pria itu tersenyum kecil. "Aku hanya berpikir bahwa bos ku yakin memiliki mata yang jelas untuk bisnis. kami akan memiliki banyak wanita bergulir untuk melihat wajah cantik dan tubuh mereka. Aku tidak pernah melihat dia membawa pelacur untuk diri sendiri. Aku mendengar dia selesai dengan semua itu. Dimana kau bekerja sebelumnya? Sebuah klub? Sebuah bar? Wajahmu masih terlalu manis untuk dikatakan pelacur," kata pria itu. Jadi dia menganggap bahwa Shou adalah pelacur yang di bawa Tuan Beom untuk bersenang senang. Tapi jika Tuan Beom menganggap Shou pelacur, seharusnya dia tidak akan berhenti soal seks itu.

Seketika mendengar itu, Shou menjadi terdiam kaku. Harga dirinya sebagai seorang gadis perawan, di anggap rendah oleh pria itu dan itu pasti menyakitkan.

Tapi di saat itu juga Tuan Beom datang dari luar sambil berkata. "Aku di sini."

Seketika pria itu menoleh terkejut. "Se.. Selamat datang Tuan," pria itu langsung keluar, ia sekarang malah seperti anjing yang ketakutan.

"Fuck, kau lelaki sialan.... Kau menggunakan mobil ini?" Tuan Beom menatap mobil itu yang agak hancur di bagian lain, seperti tabrakan dengan sesuatu.

"Oh um...." pria itu malah menjawab dengan gugup.

"Apa?!" Tuan Beom menyela sambil memegang kepala pria itu untuk tetap menunduk dan ia sendiri merokok.

"Ini adalah satu-satunya mobil yang bisa saya dapatkan tanpa memberitahu siapa pun! Saya minta maaf, sir!... Saya pikir.... Saya pikir.... Anda hanya mengatakan.... Gadis sewaan dari b--

"Tutup mulutmu itu, dia bukan gadis sewaan!" Tuan Beom langsung menyela seketika pria itu terdiam. "(Hah? Tapi aku baru saja membahas pada Gadis itu!!)"

"Apa gadis itu sudah masuk?" tanya Tuan Beom.

Lalu kaca mobil di depan nya itu terbuka. "Aku di sini hehe," kata Shou.

"Kau sudah memilih tempat makan?" tatap Tuan Beom sambil mematikan rokoknya di atas atap mobil.

"Um.... Ya, tapi tempat nya tidak jauh dari sini..."

"Tak apa..."

Di saat itu juga, pria supir itu terdiam melihat mereka dan ia langsung bilang. "Dimana Anda menemukan cupcake ini? aku yakin beberapa gadis manis seperti dia akan melakukan bisnis yang baik." dia mencoba memuji dengan kalimat yang salah.

Seketika saja tangan Tuan Beom menarik kerahnya dengan hanya satu tangan. "Bisnis apa katamu? Jangan pernah panggil dia cupcake."

"Akc.... Maaf, maafkan aku!!"

"I.... Ini baik baik saja, aku hanya menganggapnya sebagai pujian," sela Shou dari dalam.

"Huh? The fuck yang kau katakan?" Tuan Beom menatap sambil melepas kerah pria itu.

"(Akh.... Apa yang aku katakan... Aku malu!!)" Shou menutup wajahnya langsung.

Hingga mereka kemudian mulai berangkat.

Dengan mereka berdua yang duduk di bangku tengah dan pria tadi yang menjadi supir.

Tapi di jalan, Tuan Beom nampak memasang wajah kesal karena mobil yang di naiki itu benar benar tidak nyaman.

"(Apa dia marah.... Atas kata kata ku tadi?)" pikir Shou demikian.

Lalu Tuan Beom menatapnya. "Aku akan memintanya membawa mobil yang lebih baik lain waktu."

"(Lain waktu?!) Um... Tak apa... Aku baik baik saja, yang penting mobil ini bekerja kan."

"Tapi kau terlihat, tidak nyaman," tatap kembali Tuan Beom dengan tatapan datarnya membuat Shou terdiam dengan kalimat tadi.

"Aku baik baik saja..... Uh!" di saat Shou ingin menjawab, tiba tiba mobil berbelok dengan tidak nyaman membuat Shou harus bergeser ke tempat Tuan Beom. Tapi Tuan Beom sigap sebelum waktunya, dimana dia mendorong leher Shou untuk mendekat padanya.

"Apa Anda baik baik saja, Sir!?" Supir menatap ke belakang.

"Kendalikan dengan baik," lirik Tuan Beom padanya yang kembali berkeringat.

Shou terdiam, ia menengadah melihat Tuan Beom yang menatap ke depan. Lalu Shou kembali menunduk, di saat itu juga, Tuan Beom melirik leher Shou yang merah. Tungkuknya kembali merah.

Sesampainya di tempat yang di tuju. Tempat itu rupanya tutup untuk satu minggu selanjutnya.

Seketika Shou terdiam pucat dan Tuan Beom yang di belakangnya hanya memasang wajah datar.

"Ma.... Maafkan aku.... (Aku seharusnya mengeceknya lebih dulu.)"

"Tidak perlu seperti orang lain yang suka meminta maaf.... Sigh...." kata Tuan Beom, dari tatapan nya sudah jelas, dia agak kesal tapi ia perlihatkan dengan wajah datarnya.

"(Maafkan aku... Aku benar benar payah,)" Shou masih menyesal.

"Sudahlah, biarkan itu, kita pergi ke tempat yang aku tahu," tambah Tuan Beom berjalan pergi.

"Ahjussi, aku benar benar minta maaf," Shou menatap tak bergerak sambil memasang wajah kecewa. Lalu Tuan Beom menoleh dan berkata.

"Aku sudah bilang, kita pergi ke tempat yang aku tahu," balas nya lalu kembali berjalan pergi membuat Shou terdiam masih tidak nyaman.

--

Sesampainya di tempat itu, rupanya penyajian nya seperti hotpot dan mereka duduk berhadapan dengan rasa agak canggung, tapi tentunya yang merasakan kecanggungan itu hanyalah Shou seorang, Tuan Beom hanyalah datar biasa.

"(Bahkan aku tidak bisa mendapatkan dessert di tempat ini, aku hanya mahasiswi yang hidup dari pekerjaan paruh waktu!)" pikir Shou dengan panik. Ia tak pernah memakan makanan seperti itu sebelumnya.

Lalu datang seseorang yang membuka pintu geser pribadi itu. Ia melihat ramah Tuan Beom. "Oh Tuan Beom, sudah lama Anda tidak kemari? Kapan Anda terakhir kali ke Seoul?"

"Well, sudah lama... Kau tidak perlu mengatakan nya," balas Tuan Beom.

"Baiklah, pesanan hari ini dua orang ya," pria itu menambah lalu pergi.

"Um... Anu.... Ahjussi, berapa harga untuk makan ini?" tatap Shou dengan canggung.

". . . Kau tidak perlu khawatir, kau bisa membayarnya dengan uang yang kau miliki, rencana ku memang sudah bilang dari awal padamu," kata Tuan Beom. Seketika Shou ingat kalimat Tuan Beom saat mengajak makan di luar bersama.

=°Kau dan aku.. Makan dan kau yang mentraktir ku... Apa kau mengerti, Shou°=

"(Kya... Kalimat itu masih aku ingat,)" Shou tambah berwajah merah.

"Ini pertama kalinya kau ke tempat makan seperti ini?" tanya Tuan Beom.

"Oh... Um ya, ini pertama kalinya untukku."

"Apa kau tidak pernah dengar tempat makan seperti ini, banyak yang menggunakan nya dari orang orang muda seperti mu."

". . . Um, sebenarnya... Banyak teman teman ku yang menawari untuk makan bersama seperti ini, tapi aku menolaknya karena aku memang harus berada di rumah... Kakek selalu bilang, jalan jalan bersama teman boleh saja, tapi jangan sampai larut malam, mereka menawari ku saat waktu malam, jadi aku menolak nya saja... Ini memang terdengar aneh... "

"Itu tidak terdengar aneh," sela Tuan Beom membuat Shou terdiam.

"Kakek mu, mengajarimu hal yang pantas... Dia ingin putrinya memiliki masa depan yang baik, pandai mengatur waktu dan tidak berkumpul dengan orang orang yang sia-sia."

". . . Um ya, (Ahjussi bicara seperti nada Kakek ku.)"