Seoul, Korea Selatan, 9 Januari
Shou terbangun tiba tiba dengan membuka mata dan perut terbuka. Ia lalu batuk pelan dan memiringkan tubuh ke samping. "Cough... Tubuhku berat... Apa yang terjadi dengan tubuhku?" ia memegang lehernya sendiri.
Tampak banyak bekas cupang yang ada di lehernya. Sepertinya bekas yang di buat Tuan Beom kemarin malam saat di mobil.
"(Apa aku demam? Ini mungkin karena cuaca dingin kemarin, di tambah lagi aku telanjang dengan AC mobil Ahjussi yang dingin.... Sepertinya aku tidak akan masuk ke kampus ataupun bekerja hari ini....)" pikirnya sambil menutup mata.
Tapi ia mencoba bangun duduk. "(Aku merasa berantakan..... Aku ingin mandi tapi ini sangat dingin, aku tak bisa menggerakan tubuhku... Haiz.... Aku tak mau tubuhku berantakan,)" ia lalu berdiri perlahan sambil berjalan ke kamar mandi dan menyalakan keran hangat kamar mandi.
Setelah itu, tampak ia keluar dengan handuk di kepalanya, tapi tiba tiba saja di pintu keluar kamar mandi, ia merasa pusing dan untungnya tak jatuh karena memegang pintu di sana.
"Cough... (Aku pikir aku terlalu banyak memikirkan malam kemarin... Aku harus seperti ini... Sakit tak berdaya...)" ia terdiam lalu melihat sofa dan duduk di sana, lalu tidur di sofa.
"(Rasanya tidak nyaman...)" ia mulai tertidur dan tidak tahu, ponsel nya yang ada di meja dekat ranjang kamarnya berbunyi pesan dan panggilan terus menerus.
Hingga Shou tidur lama dan terdengar suara seseorang mengetuk pintu apartemen nya membuat Shou terbangun.
"(Siapa yang datang?)" ia bangun duduk dan berjalan membuka pintu. Seketika ia menengadah melihat pria tinggi berdiri menatapnya dengan tatapan datar. Yang tak lain adalah Tuan Beom.
"Ahjussi....?"
Tuan Beom terdiam menatap baju Shou, Shou memakai celana levis pendek dan kaus putih lengan pendek nya.
"Ahjussi, apa yang membuat Anda kemari?" tatap Shou.
". . . Kau tidak ada di supermarket hari ini."
"Um.... Ya, aku sedang tidak bisa," balas Shou dengan nada tidak nyaman. Tapi tiba tiba Tuan Beom memegang kening Shou dengan jarinya membuat Shou terkejut.
"Kau demam? Apa ini karena semalam?"
"Um.... Ini tidak serius, aku hanya... Maksud ku ini tidak apa apa," kata Shou.
"Kau tidak baik baik saja, tunggulah di sini," tatap Tuan Beom, lalu ia berbalik dan berjalan pergi membuat Shou terdiam bingung. "Ahjussi?"
--
Tak lama kemudian, Shou memegang tas plastik berisi bubur dan juga mochi seperti semalam. Mochi putih yang terlihat lembut. Ada obat demam juga di sana.
Shou terdiam menatap itu.
"Jangan makan selain apapun, makan obatnya dan setelah itu tidur," kata Tuan Beom.
"Um... Tidak perlu berlebihan seperti ini," tatap Shou tapi ia terkejut melihat aura mengerikan Tuan Beom yang memaksa untuk menerimanya.
"B... Baik, terima kasih banyak, aku akan segera memakan nya."
"Kalau begitu aku pergi dulu, istirahat lah," kata Tuan Beom, ia akan berjalan pergi.
Tapi Shou terdiam ragu melihatnya pergi hingga ia menahan kain baju di lengan Tuan Beom. "Anu.... Ahjussi... Apa Ahjussi akan pergi sibuk?"
"Kenapa kau bertanya begitu?" lirik Tuan Beom.
"Um... Aku hanya berharap Anda mau mampir dan menemaniku di dalam," kata Shou. Lalu Tuan Beom terdiam melihatnya.
"Sebenarnya ini memang bukan pertama kalinya aku sakit, hanya saja ketika aku sakit, rasanya sangat menakutkan semakin hari jika aku sakit, rasanya benar benar sangat berat."
"Jadi kau membuatku datang untuk menjaga mu dan jaga jaga jika kau jatuh?" lirik kembali Tuan Beom.
"Ah bukan itu... Maksud ku... Tapi, aku hanya ingin bersama Ahjussi hari ini," kata Shou. Seketika wajah Tuan Beom memperlihatkan mata miliknya melebar tak percaya mendengar kalimat itu. Lalu ia menghela napas panjang. "Baiklah," balasnya lalu Shou tersenyum senang.
Tuan Beom masuk ke apartemen Shou dan melihat di semua tempat, ada banyak bingkai lukisan yang sangat cantik dan sangat rumit. Itu pertama kali dia masuk ke apartemen Shou.
Tuan Beom melihat satu lukisan yang terletak di antara ruang tamu dan dapur sedang berdiri dengan kaki kayu papan.
Lukisan itu dari cat air tanpa garis spidol hitam dan itu membentuk kucing yang sangat nyata. Tuan Beom agak terpaku pandangan nya oleh lukisan itu. Rupanya yang di maksud Naya saat itu seperti museum adalah Apartemen Shou penuh dengan hal yang di sebut karya seni.
Lalu Shou menoleh padanya setelah meletakan makanan tadi di meja dapur. Shou terkejut karena Tuan Beom menatap lukisan nya seketika ia menjadi malu. "Akhh jangan di lihat," ia langsung berlari menutupi lukisan itu dengan tubuhnya.
". . . Kau suka kucing?" tatap Tuan Beom. Ia juga menoleh pada lukisan yang ada di dinding.
"Um.... Hehe, yeah... Aku hanya sekedar melukis untuk menenangkan pikiran ku, kadang apa yang aku pikirkan selalu aku gambar, termasuk... Hehe... Meong," kata Shou dengan wajah agak malu.
"Kenapa kau tidak memeliharanya jika kau memang suka kucing?"
"Um... Pertanyaan itu sudah banyak aku dengar... Sebenarnya aku jarang di rumah jadi ya, Ahjussi tahu sendiri," kata Shou.
". . . Kau tidak bisa membiarkan kucing mu kelaparan di rumah sendiri."
"Yup itu benar," balas Shou, tapi mendadak perutnya berbunyi membuat suasana terdiam.
"E.... Aku akan makan dulu," ia berjalan melewati Tuan Beom dengan kembali malu.
Beberapa lama kemudian, Tuan Beom menatap Shou yang memakan mochi tadi setelah makan bubur. Ia memandang Shou dari hadapan meja makan. Tuan Beom menatap Shou memakan mochi itu seperti saat di mobil. Pelan pelan seperti kelinci, tidak menggigitnya banyak, tapi menggigitnya kecil sambil mengunyah dan itu sangat imut.
"Ahjussi..." Shou menatap membuat Tuan Beom menatap padanya.
"Um.... Apa Ahjussi tidak makan?"
"Tidak perlu bertanya, hanya makan dan istirahat lah."
"(. . . Padahal aku ingin Ahjussi lebih lama di sini....)" Shou menjadi agak kecewa. Tapi di saat itu, Tuan Beom memanggilnya. "Shou."
"Ya?" Shou langsung menatap.
"Apa yang akan kau lakukan setelah makan? Apa kau benar benar akan tidur?" tatap Tuan Beom dengan tatapan datarnya.
"Uh um... Sebenarnya jika Ahjussi ingin aku begitu, aku mungkin akan tidur beberapa lama, atau menonton film di televisi."
"Film tentang apa?"
"Um aku belum menentukan nya.. Bagaimana dengan Ahjussi, apa yang Ahjussi lakukan setelah ini?" tatap Shou.
"Tidak yakin. . ."
"Tidak yakin? Ahjussi yakin tidak sibuk?" tatap Shou.
"Kapan kau berpikir aku pria yang sibuk?" lirik Tuan Beom.
"Um.... Aku hanya menebak saja hehe, siapa tahu saja Ahjussi sibuk karena pekerjaan yang penting, mungkin pekerjaan akan lebih penting jika dunia berpihak pada uang, dan uang kotor juga mulai tercipta," kata Shou. Di saat itu juga, Tuan Beom agak tersindir dengan kata kata itu.
"Sebaiknya kita menonton film bersama," kata Tuan Beom.
Seketika wajah Shou tersenyum tak percaya mendengar itu. "Ya," ia membalas dengan senang.
--
"Um... Ahjussi, anda suka genre film apa?" tanya Shou yang duduk di samping Tuan Beom. Mereka duduk di sofa depan televisi dan Shou yang memeluk bantal dan memegang remot televisi.
". . . Romance," balas Tuan Beom.
"Apa!!?... Ke.... Kenapa?" Shou terkejut tak percaya.
"Apa yang kau maksudkan 'apa'?"
"E.... E... (Ahjussi tidak terlihat seperti orang yang suka film romance.)"
"Ini bukan suatu kesukaan, aku hanya tidak suka yang terlalu berisik," kata Tuan Beom.
"Ah, aku mengerti."
"Bagaimana dengan mu? Apa genre yang kau suka?"
"Um.... Sebenarnya aku terlalu kaget untuk dua hal termasuk genre kita sama, aku suka romance juga," kata Shou sambil tersenyum menatap Tuan Beom yang terdiam datar.
"(Romansa yang tenang... Jika aku mengingat benar, ada beberapa film lama yang seperti itu... Aku akan mencarinya.)... Ah, apakah Anda suka yang satu ini? Suasana ini terlihat tenang."
"Lihat saja apa yang kau suka."
"Eh beneran! Nanti Ahjussi malah tidak suka."
"Kau suka film ini bukan, jika tidak, kau bisa menggantinya," kata Tuan Beom.
"Um... Ya, ini tidak apa apa, aku menyukai film ini kok, aku harap Ahjussi juga akan suka," kata Shou yang mulai menyalakan film romance itu.
Film nya pun di mulai dan plot diisi dengan jumlah poin dan nasib yang luar biasa. Tampak Shou melirik ke Tuan Beom yang menonton dengan wajah datarnya.
"(Aku pikir itu akan sedikit luar biasa bagi dia untuk menonton, tapi, tanpa terduga, dia hanya menghargai film ini. Aku pikir dia akan memilih ini dan itu... Di tambah, film ini menghibur,)" pikir Shou, lalu ia tertawa kecil melihat adegan film itu membuat Tuan Beom bergantian melirik nya.
Lalu ada adegan film yang sangat menonjol, dimana pasangan pria meninggalkan pasangan wanita nya dan hanya menganggap nya sebagai bahan main main. Di sana itu juga Shou menundukan wajah dan memeluk bantal nya.
"(Kenapa ada saja adegan yang seperti ini, aku takut ini akan terjadi nantinya,)" pikir Shou.
Lalu Tuan Beom menoleh padanya dan memegang tungkuk Shou sambil memanggilnya. "Shou."
"Y.... Ya... Ada apa, aku sedang tidak baik."
"Shou, lihat aku," tuan Beom membelai pelan kepala belakang Shou.
Tapi Shou tak mau mengangkat wajahnya.
"Biarkan aku melihat wajahmu," kata Tuan Beom sambil mengangkat wajah Shou, rupanya Shou menangis.
Mereka saling menatap dan Shou melihat Tuan Beom berlutut di bawah sofa untuk menatapnya memegang kedua sisi kepalanya. "Shou, kenapa kau. . . Menangis lagi?"
". . . Hiks... Jika aku mengatakan nya, kau akan berpikir aku menyedihkan dan cengeng."
"Aku berpikir begitu."
"Uh lihat.... Kau berpikir begitu," Shou membuang wajah dengan sedih.
"Ini normal jika kau mengatakan kau cengeng di umurmu yang masih segitu." kata Tuan Beom sambil duduk di samping Shou, tapi tidak di atas sofa, melainkan di bawah sofa.
"Apa Anda menangis seperti itu juga di saat umurmu sekian?" tanya Shou.
"Tidak," Tuan Beom membalas dengan kesal atas pertanyaan itu.
"Apa? Lalu bagaimana anda tahu?"
". . . Ini hanya, aku melihat banyak yang seperti mu di sekitar sini, aku hanya melihat saja," balas Tuan Beom membuat Shou terdiam.