"Hei..... Kemana saja kau, tidak masuk ke kampus dua hari," tatap Naya pada Shou di tempat agak jauh.
"Um... Maafkan aku, aku sakit selama itu."
"Huh sakit, sakit kok jalan sama pria gede.... Apa maksudmu sayang, kau pacaran dengan nya? Jika iya, aku benar benar beruntung melihat gadis yang telah menolak lelaki dengan cara halus tengah berjalan jalan dengan pria... Pria itu dapat dari mana?" tanya Naya.
"Hah?! Jangan beritahu siapapun.... Aku.. Aku hanya...."
"Jangan khawatir, aku ini kan teman mu, aku akan menjaga rahasia mu, oh iya ngomong ngomong dia pria bagus juga ya, cocok untuk mu yang belum dewasa."
"Apa maksud mu?!"
"Jadi ini yang kau maksud soal suka pada pria yang lebih tua hm~" tambah Naya terus menerus dengan nada bercandanya.
"Naya hentikan!!" Shou menjadi berwajah merah.
"Tapi apa dia terlihat bagus dalam hal cinta? Tatapan nya sangat datar."
"Um... Dia memang begitu tapi sebenarnya hatinya baik."
"Hooo, hati hati loh... Banyak yang ngejar dia nantinya hehe," kata Naya, seketika Shou teringat wanita gangster tadi, ia pasti menganggap wanita itu adalah pasangan Tuan Beom.
Sementara itu Tuan Beom hanya melihat mereka dari jauh.
Lalu lelaki di sampingnya itu bicara. "Ah Tuan, aku pacar dari wanita itu, kami se kampus yang sama. Dan aku sangat mengenal Shou, dia gadis paling manis di kampus, dia memang tak bisa terbilang cantik, tapi kemanisan nya lebih dari cantik... Aku mungkin mengira Anda suka karena dia begitu bukan, jika anda suka pada dia, mungkin anda harus menjaga lebih karena dia gampang di ambil lelaki."
Lalu Tuan Beom terdiam. "(Gadis paling manis?)" ia menatap Shou dari jauh mengobrol dengan Naya dan wajah Shou tersenyum dan tertawa pada Naya tanpa menoleh ke Tuan Beom.
"(. . . Aku mungkin memiliki pemikiran sama seperti mereka.)"
Sepulangnya, tampak Tuan Beom dan Shou ada di lorong apartemen.
"Hari ini, anda menemani ku makan dan jalan jalan, aku benar benar berterima kasih pada Anda," kata Shou sambil melihat ke bawah dan memegang lehernya sendiri, wajahnya seperti menunjukan dia tidak nyaman.
Tuan Beom hanya terdiam di hadapan nya.
"Anda pasti memiliki waktu berat sekarang. . . K-kalau begitu aku pergi sekarang, selamat malam... (Aku tidak berpikir aku dan Ahjussi akan bertahan lama seperti ini,)" Shou berbalik akan membuka pintu tapi tangan Tuan Beom memojok nya di pintu. "Shou..."
Membuat Shou terdiam.
"Kau tidak menyukai ini?" tanya Tuan Beom di belakang nya.
"A... Apa?"
"Kencan nya. . . Aku bukan tipe orang yang bagus dalam hal itu, jadi aku sangat khawatir akan kesukaan mu, aku yakin aku kurang dalam hal ini. . . Berikan aku pilihan lagi," kata Tuan Beom.
Lalu Shou berbalik badan. "(Kenapa kau baru mengatakan nya sekarang, jika kau bukan pria yang pandai dalam hal kencan, harusnya aku menganggap kita hanya harus duduk di rumah dan diam menikmati suasana canggung...) I... Itu tidak seperti itu..."
"Lalu, jika tidak seperti itu, kenapa kau memasang wajah kecewa ini?" Tuan Beom memegang pipi Shou. Wajah Shou dari tadi memang agak tidak nyaman.
"Apa aku melakukan hal yang salah?" tambah Tuan Beom.
"Ti... Tidak, ini tidak seperti itu... (Aku tidak tahu mengapa, tapi aku sedikit kecewa untuk beberapa alasan. Ahjussi sangat baik padaku, tapi dia benar-benar tidak mengatakan apa pun tentang dirinya. Jika kamu akan menyimpan semuanya untuk diri sendiri, bagaimana aku bisa menyukaimu. Orang seperti apa Anda, meskipun hanya secara sedikit tetap bagus. Aku berharap Anda akan memberitahu ku soal beberapa orang yang terus kau tolak hanya untuk waktuku,)" pikir Shou, ia rupanya masih memikirkan wanita gangster itu.
"Ahjussi. . . Hanya sedikit lagi... Bisakah anda tinggal di apartemen ini dengan ku sedikit lebih lama? Dan untuk hari ini, apa anda bisa mampir ke tempatku sampai pagi. (Ini bukan seperti aku ingin sesuatu, hanya saja aku tak ingin Ahjussi di ambil orang lain.)"
". . . Kenapa? Apa kau pikir aku akan pergi dari sini?" tatap Tuan Beom dengan senyum kecilnya seperti meremehkan Shou.
"I... Ini tidak seperti ituh..."
"Ini tidak buruk, aku bisa bersama mu, tapi untuk waktu ini, aku harus pergi ke suatu tempat," kata Tuan Beom.
"Suatu tempat? Tapi ini sudah malam larut."
"Hanya sebentar, sebaiknya kau tidur duluan," tambah Tuan Beom, ia lalu berbalik badan dan berjalan pergi keluar apartemen membuat Shou terdiam kecewa, lalu masuk ke apartemen nya.
Ia duduk di bawah pintu dengan putus asa. "(Apa kau akan menemui wanita itu dan mencium nya sekarang, seharusnya aku tahu itu... Tipe semua pria pastinya adalah wanita yang cantik,)" ia mengira Tuan Beom akan dekat dengan wanita tadi dan sekarang dia benar benar memikirkan hal salah itu.
Sementara itu Tuan Beom berjalan di sebuah tempat. Gedung tinggi dengan parkiran luas nan sepi di bawahnya, ada pria kemarin supir asisten nya itu tengah berdiri di sana.
"Kau sudah menghubunginya?" tatap Tuan Beom.
"Ya, ya, Direktur Cha sudah ada di dalam," kata pria itu.
"Apakah begitu? Dia yakin menjalankan nya seperti kaos kaki mati memberitahu ku di jam ini?"
"Itulah yang saya pikirkan juga. Itu pasti sesuatu yang mendesak," balas pria itu.
Lalu Tuan Beom melempar rokoknya ke bawah dan menginjak mematikan nya sambil melepas mantel hitam yang ia pakai di berikan pada pria itu yang menerimanya lalu berjalan masuk ke dalam.
Terlihat ada wanita yang menemui Shou tadi dan dua orang pengawal di sampingnya.
Wanita itu menoleh dengan senyumnya. "Kau sudah di sini."
Tuan Beom hanya terus melangkah mendekat dengan tatapan datarnya.
"Direktur kita harus mengubah kebiasaannya terlambat. Terlalu jelas bahwa anda melihat ke bawah orang," tambah wanita itu, seketika Tuan Beom benar benar berdiri di depan nya sangat dekat dan tinggi. Bahkan kedua pengawal itu hanya ikut menatap dengan agak tidak nyaman. Tuan Beom melemparkan tatapan datar tapi wanita itu hanya memasang wajah yang sama setiap kali, tersenyum santai dengan mata tak terbuka lebarnya.
"Ngomong ngomong apa akhirnya kau berbicara padaku sekarang? Aku sudah berhasil membuatmu kemari," tambah wanita itu.
Tapi Tuan Beom seperti tak mendengarkan, ia bergerak melangkah ke sisi lain dan tiba tiba saja memukul satu pria pengawal itu hingga ia jatuh membuat senyum wanita itu turun dan ikut datar. Pria satunya itu hanya bisa berkeringat ketakutan melihat rekan nya terpukul sangat keras. Pria yang ia pukul itu adalah pria yang sama yang membenturkan kepala Shou ke meja.
"Phew, fuck... Itu harus menjadi pukulan untuk mu," kata Tuan Beom menatap wanita itu.
"Direktur Cha, jika kau akan membawa seseorang bahkan yang tidak bisa mengendalikan tangannya... Kau harus memilih seseorang yang lebih baik," tambah Tuan Beom sambil menginjak tangan pria yang terpukul itu yang terlutut di bawah. Seketika terdengar suara jari patah di injak santai oleh Tuan Beom.
"Kerghhh...." pria itu hanya bisa meronta kesakitan.
"Jika kamu menghancurkan kebohongan yang aku bawa ini, apa yang harus aku lakukan?" tatap wanita itu, ia bahkan melirik ke pria yang terlutut itu.
"Lalu apa yang akan kita lakukan? Apa kita harus mengeluarkan kebohongan itu?" kata Tuan Beom, lalu tangan nya memberi isyarat seorang pengawal yang ada agak jauh dari mereka, tepatnya asisten Tuan Beom yang menyebutnya tadi sebut saja dia supir cup cake karena saat pertama kali itu, dia memanggil Shou dengan cup cake, dia tadi yang ada di depan pintu.
Lalu dia berjalan ke sana dengan menundukan badan. Tapi siapa sangka, Tuan Beom juga memukulnya dengan sangat keras
WHAM!!!
Pria itu kesakitan dan mencoba menahan tubuhnya agar tidak jatuh sambil memegang wajahnya.
"Lihat Direktur Cha, Kau tidak membutuhkan pria pengawal lagi di sekitarmu, sekarang aku harus mengalahkannya sampai dia putus, dan melakukan hal yang sama pada tangannya," tambah Tuan Beom dengan senyum menakuti dan mengangkat lengan nya lagi akan menambah pukulan pada pria tadi.
". . . Cukup, itu sudah cukup... Kalian semua pergi," kata wanita itu. Lalu tiga pengawal itu pergi dari sana menyisakan mereka berdua.
"Kenapa kau begitu kelihatan marah?" tanya wanita itu.
"Bukankah kau memintaku untuk bertemu karena ada yang ingin diberitahukan kepadaku. Dapatkan ke titiknya saja sekarang... Apakah tentang Ketua Cha?" tatap Tuan Beom sambil menyalakan rokoknya.
"Jika kita mulai dengan itu, ayah masih tidak sadar. Faktanya, dia dalam kondisi yang mengancam hidup. Kita tidak tahu bagaimana beritanya bocor, dan akhirnya media berbicara tentang itu," kata Wanita itu.
*Wanita ini mengatakan 'Ayah' itu berarti dia membicarakan 'Ketua Cha'... setiap pemanggilan karakter tentu saja berbeda dengan apa yang mereka ambil.*
"Aku yakin ini orang tua dari keluarga Kim," tambah Tuan Beom sambil tetap merokok di depan nya.
"Aku tidak tahu apa poin masalah nya, tapi... Sejak ayah memanggil mu, dan kau datang kembali ke seoul, tidak kah kau berpikir bahwa kau harus membantu ku dengan benar?"
Mendengar itu, Tuan Beom terdiam dan ingat sesuatu. Di masa lalu, terlihat seseorang yang tidak jelas terluka hampir mati dengan ponsel terbuka, dan ponsel itu terhubung dengan nama 'Geunwo' dia mengatakan nya dengan gemetar dan pesan terakhirnya. "Cha..... Aku titipkan Cha pada muuu..."
--
"Ketua Cha tidak akan tahu tentang mu memiliki mimpi naif seperti ini," kata Tuan Beom.
"Dengan menghapus nama perusahaan gangster untuk menjadi perusahaan yang baik dan hukum, apakah itu mimpi yang naif?" lirik wanita itu.
"Ya... Itu membuat ku menengguh hanya dengan mendengarkannya. Apa yang akan kau lakukan?"
"Sepenuhnya mungkin, dengan pertolongan mu... Dalam situasi sekarang dimana ayah praktis dinyatakan mati, arah hasil perjuangan kepemimpinan perusahaan... Semuanya tergantung pada howling. Tidakkah kau tahu yang terbaik... Jadi, apa bisa menolongku, kakak besar?" tatap wanita itu.
Tuan Beom hanya terdiam dengan tatapan datarnya sambil meniup napas rokoknya. Hingga pembicaraan itu benar benar selesai.