Seoul, Korea Selatan, 4 Januari
Hari berikutnya, Shou terbangun dengan cepat, ia melihat tubuhnya dan merasa mencium bau alkohol. "Akhhh.... Apa aku mabuk semalam....?!" ia bangun dan masih mengumpulkan nyawa sambil memegang kepala nya.
Lalu ia tiba tiba teringat pada Tuan Beom. "Astaga!!... Bagaimana ini.... Ahjussi semalam?! Ada Ahjussi juga... Astaga, aku akan tambah malu jika begini," ia menjadi menyesal. Ia sangat malu dalam hidupnya.
"(Apa aku muntah di depan nya? Atau apa?!)" ia sungguh panik, ia bahkan tidak ingat pada yang ia katakan tadi malam ataupun yang ia lakukan bersama Tuan Beom.
"Tunggu..... Aku pernah melihat di film bahwa... Si pria akan membawa wanita nya ke kamar dan bermain ranjang ketika wanita nya mabuk, apa aku dan Ahjussi?!!!!" Shou mulai berpikir aneh aneh. Padahal Tuan Beom tidak melakukan apapun selain mengantarkan nya pulang.
Shou segera beranjak ke kamar mandi, melihat dirinya di kaca yang berantakan. Ia melihat lehernya dan bagian bagian tubuhnya lalu menghela napas panjang. "(Fyuhh, tak ada apapun, sepertinya Ahjussi hanya mengantar ku saja... Dia benar benar baik,)" Shou tersenyum kecil sendiri tapi tak lama, ia menggeleng kepala. "(Astaga, apa yang aku pikirkan?!)" dia mencoba tidak tergoda dengan itu.
Setelah itu buru buru ke kampus. Di sana, Shou mengintip sebuah kelas yang banyak mahasiswa maupun mahasiswi berlalu lalang. Itu adalah kelas projek. Di jam kelas projek, ia akan bertemu dengan Soohyun yang ia harapkan tak akan bertemu. Ia mengintip dengan waspada. "(Aku sekelas dengan Soohyun hari ini. Dia selalu muncul setelah aku... Jadi hari ini aku harus menunggu sampai dia masuk duluan tanpa melihatku dan duduk jauh darinya. Aku tidak ingin berbicara dengan-
"Hai Shou!" tiba tiba Soohyun sudah ada di belakangnya menyapa nya. "Apa yang kau lakukan di sini, ayo masuk bersama~" tambah nya.
Hingga sampai di kelas. Shou benar benar duduk bersama Soohyun. "(Haiz..... Aku benar benar gagal menjauh darinya... Memang... Selama kelas proyek, aku selalu duduk di samping Soohyun, tapi semenjak aku tahu dia punya pacar.... Aku benar benar ingin hilang dari muka bumi ini saja.... Ah, ada cara aku menghindarinya... Yakni dengan mencueki nya,)" tapi mau bagaimana lagi. Shou sudah terbilang cuek karena pikiran nya benar benar banyak, hingga di kelas yang berakhir.
Soohyun tiba tiba saja mendekat melihat Shou yang menggambarkan desain.
"(Kenapa dia menatapku begitu dalam?)" Shou mulai tak nyaman.
"Shou~ kelas sudah berakhir dan kau masih membuat tugasnya, kau benar benar memiliki antusias tinggi ya."
"Ti.... Tidak juga!!" Shou langsung menyela dan menutup buku gambar memasukan nya ke dalam tas.
"Shou, jika kau punya gambaran unik, tolong tunjukan padaku ya, aku juga butuh ide untuk tugas projek ini," tambah Soohyun dengan tatapan ramah.
"B.... Baiklah.... (Hah bodoh..... Kenapa aku menjawab nya?!)" Shou menjadi menggelengkan kepala dengan cepat.
Tapi tak lama kemudian, ada wanita kemarin yang mengajak Soohyun pulang bersama dan sekarang dia memanggilnya. "Soohyun, ayo pulang," kata wanita itu.
"Ah baiklah, Shou, aku pergi dulu," kata Soohyun tapi Shou sama sekali tak melihat ke arahnya membuat Soohyun terdiam bingung. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan Shou, kini Shou ada di kelas sendiri.
Ia lalu meletakan kepalanya di meja. "(Ini benar benar tak bisa aku lupakan.... Aku benar benar tak tahu seberapa payah nya diriku saat ini,)" ia memasang wajah kecewa.
Hingga di supermarket, ia tak menyebarkan senyuman indahnya dan malah menatap ke bawah dengan suram terus. Banyak gangster yang biasa datang menjadi menatapnya aneh.
"Kau baik baik saja?"
"Aku pikir kau harus ke rumah sakit."
"Dimana wajah ceria mu?"
Di sana Shou hanya membalas sama saja. "Tak ada masalah sama sekali, terima kasih."
Tapi ada pelanggan yang aneh datang lagi, pria dengan tampang mengerikan datang dan melemparkan kotak rokok yang sudah diambilkan Shou padanya.
Dia melempar sambil berteriak. "Sialan... Apa apaan itu... Bukan rokok itu yang ku minta!!" teriaknya. Siapa sangka, ujung rokok yang dengan cepat mengenai pipi Shou itu membuat luka gores kecil di pipi Shou.
"Berika aku mess xx!!" tambah pria itu dengan nada marah.
"Ma... Maafkan aku," Shou memberikan rokoknya.
Lalu pria itu berjalan pergi setelah membayar.
Shou terdiam melihat bawah, ia tidak tahu bahwa saat ini pipinya mengalirkan darah atas luka goresan tadi, siapa sangka bahwa ujung bungkus rokok juga bisa melukai.
Manajer yang mendengar keributan menjadi berjalan ke dalam. "Astaga Shou, ada apa?" ia mendekat dengan khawatir.
"Manajer, aku baik baik saja," balas Shou menutupi sesuatu.
"Sebaiknya kau pulang saja ke rumah, dari awal tadi... Kau nampak lemas, apa kau sakit, istirahat saja di rumah ya," tatap manajer.
Lalu Shou mengangguk pelan dan berjalan pergi. Ia mengusap pipi nya dengan tisu dan membuang tisu itu di tempat sampah.
"(Aku tidak melihat teman-teman ku di pagi hari seperti biasanya. Aku menghindari Soohyun tapi langsung mengobrol kepada dia. Dia juga tak mau menghindari ku setelah aku bersikap cuek padanya. Yang membuat ku hilang dalam pikiran, dan jadi aku di lukai oleh pelanggan.. dan...)" pikir Shou sambil berjalan dan kebetulan sekali melihat Tuan Beom duduk di pagar parkiran dan di sampingnya berdiri seorang pria seperti asisten.
"(Aku merindukan nya.)"
Mereka berdua menoleh melihat Shou yang terdiam berdiri.
"Oh..." lirik Tuan Beom saat melihat Shou.
"Shou, ini terlalu cepat kau pulang dari pekerjaan mu?" tatap Tuan Beom.
"(Dan seorang pria yang selalu datang ke supermarket, tapi tidak menunjukan dirinya hari ini.)"
"Dan wajah mu? Ada apa dengan goresan itu?" tanya Tuan Beom meskipun dia menggunakan wajah datar masih duduk di pagar parkiran itu.
Tiba tiba Shou menangis. "Hiks.... Ahjussi, kenapa kau tidak datang di supermarket hari ini...?" tatap Shou. Rupanya Shou sedih juga karena itu, ia di serang oleh orang tadi dan Tuan Beom sama sekali tak datang di waktu itu, dan juga, di waktu itu harusnya Tuan Beom datang.
"Aku menunggu Anda sangat lama, tapi Anda benar memang tidak datang," tambah Shou, ia mengusap air matanya beberapa kali sendiri.
Seketika Tuan Beom dan asisten nya itu terdiam menatap nya menangis. Asisten nya bahkan bingung dengan kehadiran Shou dari tadi. Ia menoleh ke Tuan Beom dan Shou beberapa kali dengan bingung.
"Kau... Pergi," kata Tuan Beom pada nya.
"Ah... Baik," pria itu langsung berjalan pergi.
"Dan kau, duduklah," tatap Tuan Beom pada Shou.
"Tidak perlu, aku ingin langsung pulang saja," balas Shou sambil mengusap air matanya dan berjalan pergi melewatinya.
Tapi tiba tiba Tuan Beom berkata datar. "Kau tidak perlu berkata tidak!"
Hal itu membuat Shou terkejut dengan nada suara itu dan langsung menoleh. Tapi ia melihat Tuan Beom memegang keningnya sendiri sambil menghela napas panjang. "Er... Maksud ku..." ia mencoba bernada baik, lalu memegang pergelangan tangan Shou dengan tangan besar nya. "Duduk saja beberapa menit di sini... Bersama ku," tambah Tuan Beom.
Seketika Shou terdiam dengan sedikit pipi yang merah. "(Jadi aku duduk dengan dia, tapi air mata ini tidak mau berhenti. Aku tidak bisa lihat apa wajah yang dia buat atau berhenti untuk mempertimbangkan apa yang akan dia pikirkan, tapi dia tidak mengatakan apa pun, seperti dia menunggu aku tenang. Dan aku sangat berterima kasih untuk itu.)"
"Uh... Hiks.... Ha, ah," Shou mengangkat wajahnya mencoba tenang dari menangis nya.
"Merasa lebih baik?" tatap Tuan Beom.
"Yeah..." Balas Shou meskipun matanya agak bengkak.
"Aku yakin kau tidak melakukan semua itu hanya karena kau merindukanku. Jadi apa yang salah?" tatap kembali Tuan Beom.
Tapi Shou terdiam tak menjawab. "(Kenapa dia tahu aku sedang merindukan nya? Ini benar benar aneh.)"
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya membuat mu menurunkan rasa ceria itu?" tatap Tuan Beom.
"Ini hanya... Tentang seseorang yang aku taksir itu... Dia dengan beraninya datang padaku padahal dia sudah memiliki pacar... Apa dia mencoba ingin dekat dengan ku dan malah menembak ku sebagai pacar keduanya... Aku tidak akan sudi dengan itu... Ketika aku mengingatnya kembali mereka bersama.... Hati ku rasanya berdenyut sangat pelan seperti ingin hancur lemah... Aku tak tahu harus apa... Ini semua mulai menggangguku, aku benci percintaan seperti ini," kata Shou sambil masih perlahan mengeluarkan air mata.
"Kalau begitu kau hanya perlu mencari seseorang yang lain," tatap Tuan Beom.
". . . Ah ya.... Seseorang lain... Seseorang yang bisa menggantikan nya, aku harus mencarinya..." tambah Shou, ia mulai ber antusias mencari pasangan. Lalu ia menoleh ke Tuan Beom yang memasang wajah datar. "Maaf, aku membuat mu tidak nyaman dengan ceritaku."
"Tak apa, lanjutkan saja."
"Haha, tapi aku sudah tak punya cerita yang ingin aku bilang kan.... Hanya saja... Aku tidak mengerti," kata Shou sambil mengusap air matanya sendiri.
Tapi di saat itu juga. Tangan Tuan Beom memegang dagunya hingga pipinya karena saking besar nya tangan Tuan Beom. Ia menarik pelan wajah Shou untuk mendekat padanya.
"Um... Ahjussi?" Shou menatap bingung.
"Kapan itu akan berhenti mengalir?" tatap Tuan Beom.
"Aku ingin berhenti menangis, tapi aku ini gampangan begitu," balas Shou, di tengah itu tangan Tuan Beom memegang luka di pipi Shou membuat Shou merasa sedikit sakit.
"Apa ini sakit?"
"Hanya..... Sedikit, tapi ini lebih baik sekarang, tak ada rasa sakit," balas Shou. Tapi ia terdiam ketika merasakan jari Tuan Beom membelai telinga nya membuat nya nyaman.
"(Dia mencoba melakukan sesuatu padaku... Ini agak memalukan.... Tapi tangan nya itu benar benar sangat hangat,)" batin Shou. Ia menatap dengan wajah merah pada Tuan Beom yang perlahan mendekat padanya.
"Ahjussi, Anda tahu kan aku tak pernah sedekat ini dengan seseorang yang duduk bersama," Shou menatap di arah lain.
"Yeah, aku tahu itu," balas Tuan Beom. Seketika mereka berciuman bibir.
"(Huh?)" Shou terdiam.