Chereads / Records Of Alexandria War's / Chapter 19 - Chapter 16 : Misi Penyelidikan.

Chapter 19 - Chapter 16 : Misi Penyelidikan.

2 bulan sudah berlalu sejak Yuiga dan Leticia bertemu, berpetualang dan menjadi sepasang kekasih.

Sampai saat ini mereka terus melakukan banyak permintaan di Guild. Namun, sayangnya kondisi kesehatan Leticia sedikit menurun dan saat cek ke dokter dia mengalami Flu berat yang mengharuskannya istirahat untuk sementara.

Meski terpaksa dan mau tidak mau Leticia menghabiskan waktu istirahatnya dengan berbaring di tempat tidur.

Tentu saja Yuiga dengan sangat setia menemani dan merawatnya.

"Srop.... Maaf, ya... Srop... Yuiga-san... Srop... Gara-gara aku jatuh sakit... Srop.... Kau jadi tidak bisa mengambil permintaan di Guild".

"Kau ini ngomong apa? Justru aku yang salah, karena selama 2 bulan ini kita teru-terusan mengambil permintaan dan bekerja tanpa istirahat. Akibatnya lihat, kau jatuh sakit karena aku".

"Srop.... Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Yuiga-san.... Srop... Aku juga salah.... Srop... Karena aku juga yang tidak bisa jaga kondisi badanku sendiri".

"Iya, intinya kita berdua sama-sama salah!!! Lupakan itu, sekarang ayo makanlah sini biar aku yang suapi".

"Srop... Tidak usah... Srop.... Aku bisa makan sendiri".

"Jangan rewel, sini biar aku saja".

Yuiga secara perlahan-lahan menyuapi Leticia, meski sempat menolak tapi Yuiga tetap memaksanya.

BANG.

Di tengah-tengah Yuiga menyuapi Leticia, tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sangat kasar.

Yuiga dan Leticia segera menoleh kearah pintu kamar yang dibuka dengan kasar dan mereka melihat sosok Regina yang main masuk tanpa meminta izin lebih dahulu.

"Ow, ow, ow.... Lihat apa yang terjadi, ada sepasang kekasih yang sedang mesra-mesraan".

"Haa.. Sudah berapa kali aku bilang padamu untuk ketuk pintunya lebih dahulu sebelum masuk, Regina-san".

Mengabaikan Regina yang menggoda mereka, Leticia segera mengeluh dengan sikap Regina.

"Sudah biarkan saja dia, Licia!!! Jangan buang tenaga mu hanya untuk cewek ngak tahu diri sepertinya".

"WOI, BANGSAT. APA MAKSUDMU?".

Regina seketika marah dengan apa yang dikatakan Yuiga.

"Tuh, kan Licia!!! Dia marah seperti orang habis minum, padahal aku yakin dia belum minum apapun pagi ini".

"HENTIKAN FITNAH NGAK BERDASARMU ITU, YUIGA".

Regina semakin emosi dengan sikap cuek dan ejekan yang dilontarkan Yuiga sampai dia akan menarik pedang yang menempel di punggungnya.

"Hah? Apa untungnya aku memfintah mu... Lagian kau memang otak otot dan berdarah panas, kan? Jadi buat apa aku repot-repot memfitnahmu".

"OTAK OTOT DAN BERDARAH PANAS? AKU INI OTAK OTOT DAN BERDARAH PANAS, KATAMU?".

"Srop.... Sudah-sudah, kalian berdua!!! Jadi..... Srop.... Ada perlu apa Regina-san kesini".

Leticia segera mencoba mencairkan suasana antara Yuiga dan Regina dengan bertanya apa tujuannya kemari.

"Haaa... Begini, aku ingin memberitahu kalian.... ".

Belum selesai berbicara, tiba-tiba Yuiga memotong nya.

"Kau ingin membual pada kami soal dirimu yang menghabiskan beberapa malam mu dengan Falma. Maaf saja ya, aku dan Leticia tidak tertarik dengan cerita vulgar dan murahan mu itu".

"YUIGAAAA, AYO KITA KE ARENA SEKARANG DAN SALING BUNUH SATU SAMA LAIN DI SANA. PASTI SERU LHO !!!".

Regina semakin emosi dengan provokasi dari Yuiga dan bahkan sampai ingin menantangnya dalam pertarungan hidup mati.

"Aku sih ngak masalah!!! Lagian, kau pasti tidak bisa bertahan kurang dari 5 menit".

Namun, Yuiga dengan senang hati menerima tawaran itu. Dia melihat Regina dengan tatap mengerikan dan senyuman yang seolah-olah mengejeknya.

"Waktu itu, aku sedang tidak dalam kondisi yang prima jadi aku kalah melawan mu!!! Tapi sekarang aku lagi dalam kondisi semangat dan emosi yang membara jadi kali ini aku pasti menang".

Ternyata, beberapa hari setelah Yuiga dan Leticia menjadi sepasang kekasih dan kembali ke Guild untuk bekerja. Regina yang tertarik melawan Yuiga, datang menemui mereka yang sedang mengecek papan permintaan dan menantangnya bertarung satu lawan satu.

Awalnya Yuiga terus menolaknya, tapi Falma bilang bawah Regina akan terus mengganggunya apabila keinginannya tidak terpenuhi. Mau tidak mau Yuiga menerima tantangan Regina.

Dan naasnya pertarungan Regina dan Yuiga bukan lagi bisa dibilang "pertarungan" tapi lebih ke arah "pembullyan".

Tanpa belas kasihan Yuiga terus-terusan menghajar Regina tanpa ampun dan dia baru berhenti saat Regina mulai menangis tersedu-sedu di tengah arena.

Meski sudah di hajar sampai menangis, Regina terkadang sering menantang Yuiga untuk bertanding ulang dengan alasan bahwa "aku sekarang dalam kondisi prima".

Alasan ini yang terus berulang-ulang kali di katakan Regina, sampai baik Yuiga dan Leticia malas yang mendengarnya. Bahkan mereka berdua jadi ragu apakah benar Regina adalah petualang Rank A.

Merasa akan panjang jika terus meladeni Regina, Yuiga kembali bertanya apa tujuannya.

"Haa... Bakal panjang jika terus berurusan dengannya!!! Jadi, apa tujuanmu kesini. Regina?".

"Baiklah lagian aku juga males begini terus jika bertemu denganmu!!! Si tua bangka Barry memintamu agar pergi ke Guild sekarang, sepertinya dia ingin minta tolong sesuatu".

Rupanya, Regina diperintah oleh Barry untuk memanggil Yuiga ke Guild.

"Hah? Minta tolong? Aku? Untuk apa?".

"Mana aku tahu!!! Dia cuma bilang "tolong suruh Yuiga kesini", itu saja".

"Kalau begitu katakan padanya bahwa "Aku tidak bisa"!!! Jika dia tanya apa alasannya? Bilang saja "Yuiga sedang merawat Leticia yang sedang sakit Flu, cari saja yang lain"".

"Aku sudah bilang begitu sebelumnya!!! Tapi, dia bilang "saat ini hanya Yuiga yang bisa aku minta tolong soalnya Falma sedang aku tugaskan dalam misi yang lainnya", begitu katanya".

Yuiga berpikir sejenak, tapi Leticia segera menarik baju Yuiga dan mulai berbicara.

"Srop..... Tidak apa-apa, Yuiga-san.... Srop..... Terima saja permintaan Barry-san".

"Tapi, kalau aku pergi. Terus siapa yang akan merawat mu?".

Yuiga merasa khawatir apabila meninggalkan Leticia yang sedang sakit sendirian, tapi Leticia segera mengatakan tidak apa-apa bila ditinggal sendirian.

Namun, Leticia tahu bahwa Yuiga masih tidak yakin dengan apa yang dikatakannya.

"Licia-chan, biar aku yang jaga!!! Dan kalau aku kesulitan nanti aku tinggal minta bantuan Sasha-san!!! Jadi, kau tidak usah khawatir".

Melihat Yuiga yang sulit mengambil keputusan Regina segera mengajukan diri dan juga dia bilang ada Sasha yang bisa membantunya jika perlu.

"Baiklah, kayaknya aku tidak punya pilihan lain!!! Tolong jaga Licia selama aku pergi. Regina".

"Iya serahkan saja padaku".

"Licia, aku pergi dulu. Aku pasti kembali secepatnya".

"Iya, Hati-hati, ya".

Yuiga segera berpamitan setelah mempercayakan Leticia kepada Regina.

Dia segera menggunakan jaket hitamnya, sarung tangan dan menggantungkan kedua pedang katana di pinggang kirinya.

Sebelum pergi Yuiga sempat mencium pipi sebelah kiri Leticia dan kemudian segera pergi ke Guild.

(----------)

Sesampainya di Guild, Yuiga segera menuju kantor Barry yang terletak di lantai atas dan mengetuk pintunya.

Namun, untuk sesaat tadi sebelum Yuiga menaiki anak tangga dia sempat melirik ke papan permintaan yang terlihat sedikit kosong permintaan.

Tuk tuk.

"Barry-san, ini aku Yuiga. Aku masuk, ya".

"Oh ya, Yuiga masuklah".

Mendapat izin Barry, Yuiga segera masuk kedalam dan langsung di sambut.

"Yuiga, syukurlah kau mau datang. Sekarang duduklah lebih dahulu, biar aku jelaskan".

Mereka segera duduk dan saling berhadapan, lalu Barry menjelaskan maksud memanggil Yuiga.

"Aku langsung ke intinya saja!!!..... Yuiga aku ingin kau bergabung kedalam tim penyelidikan yang baru saja aku buat".

"Tim penyelidikan? Memangnya kau ingin menyelidiki apa?".

Heran dengan Barry yang tiba-tiba membentuk tim penyelidikan, Yuiga memutuskan untuk bertanya tujuannya.

"Aku berniat menyuruh kalian pergi ke kota mati yang bernama Galahad yang berada di sebelah barat kota Bandeux".

"Penyelidikan di kota mati Galahad?".

Masih tidak paham, Yuiga kembali bertanya.

"Yuiga kau pasti tahu, kan? Rumor soal kota Galahad yang berubah jadi kota mati dalam satu malam?".

Yuiga hanya bisa memasang ekspresi kebingungan dengan apa yang Barry ucapkan.

"Jadi, kau memang tidak tahu, ya?".

"Maaf, aku benar-benar tidak tahu apa-apa soal itu".

Yuiga meminta maaf karena ketidak tahuannya, Barry tidak mempermasalahkannya.

Kemudian Barry menceritakan semuanya.

"Santai saja, tidak perlu minta maaf!? Kalau begitu, biar aku ceritakan!?..... Kota Galahad adalah kota yang mirip dengan kota Bandeux ini yang sama-sama berada di pinggir perbatasan Kerajaan Alegria !!! Yang membedakannya adalah kalau Kota Bandeux ini di didirikan dan dikelola oleh para petualangan. Dan Kota Galahad dikelola oleh pedagang sukses yang tinggal disana. Kota itu sering digunakan para pedagang untuk melintas menuju ibu kota Kerajaan!!!! Karena terus menjadi kota perlintasan para pedang, lambat laun kota itu entah bagaimana mana menjadi sentral penting sebagai jalur perdagangan di perbatasan".

"Hou".

Yuiga mendengar cerita itu dengan seksama. Dan Barry terus melanjutkan ceritanya.

"Karena menjadi kota sentral yang letaknya sangat strategis yaitu di perbatasan Kerajaan, banyak bangsawan dan bahkan keluarga Kerjaan Alegria ini sendiri dan mereka dari luar Kerajaan ingin mengambil alih Kota Galahad, namun selalu saja gagal".

"Gagal, kenapa mereka bisa gagal?".

"Karena Kota Galahad di keliling oleh tembok beton benteng yang besar dan sangat kokoh, Orang-orang penting di sana sering memperkejakan para bekas petualang dari Kota ini sebagai prajurit penjaga".

"Kalau begitu, kenapa mereka tidak gunakan saja sihir, untuk menghancurkan dindingnya!!! Jika masih kurang gunakan saja Katapul raksasa".

"Semua itu sudah di coba, tapi mereka selalu gagal".

"Hmmm... Berarti ada faktor lainnya".

"Sesuai dugaanmu, alasan lainnya adalah karena Kota itu punya Barrier Tingkat tinggi yang melindungi satu Kota dan pusat Barrier itu ada di tengah kota".

"Jika memang begitu, wajar jika semua usaha orang-orang serakah itu selalu gagal".

Sesaat kemudian Yuiga kembali bertanya.

"Lalu kenapa sekarang menjadi kota mati?".

"Karena itulah yang ingin aku cari tahu,.... Soalnya 1 tahun yang lalu tiba-tiba saja, semua orang di Kota Galahad yang ramai dan penuh hiruk-pikuk dan dilindungi oleh Barrier kuat, menghilang tanpa jejak dalam semalam saja".

Yuiga tersentak mendengar apa yang dikatakan Barry.

"Menghilang dalam satu malam? Itu terdengar tidak masuk akal!!! Lalu bagaimana dengan pihak Kerjaan? Apa meraka punya inisiatif menyendiri masalah ini?".

"Tidak, mereka bahkan seolah-olah tidak peduli soal ini!!! Padahal selama ini para bangsawan dan keluarga Kerajaan selama ini selalu mengincar Kota Galahad".

"Apa ada petunjuk lain?".

"Ada, tapi ini tidak bisa di jadikan petunjuk juga".

"Kalau begitu katakan padaku".

"Beberapa hari sebelum insiden misterius itu, entah kenapa aktifitas para monster di sekitar Kota Galahad berkurang drastis, hanya itu saja petunjuk nya".

"Berkurang drastis, ya".

Mendengar apa yang Barry katakan, Yuiga mulai berpikir keras dengan menutup matanya dan bergumam.

Setelah merasa berhasil mendapatkan petunjuk kecil Yuiga membuka matanya, dan kembali berbicara pada Barry.

"Jadi, berapa dan siapa saja anggota tim penyelidikan ini?".

"Mereka adalah para petualang Rank B terdiri 6 anggota, 3 wanita dan 3 pria termasuk dirimu".

Yuiga bertanya dimana mereka semua.

"Lalu dimana mereka sekarang? dan apa kau sudah jelaskan semua ini pada mereka?".

"Mereka sedang ada dibawah, berkumpul di Traven dan soal ini tenang saja, aku sudah berbicara dengan mereka".

"Baiklah, kalau begitu aku akan temui mereka lebih dulu. Sampai nanti Barry-san".

"Ya, aku tunggu kabar dari kalian".

Yuiga segera pergi untuk menemui anggota lain dari tim penyelidikan yang dibuat Barry.

Namun, sebelum melangkah keluar Yuiga kembali bertanya.

"Barry-san, jika aku boleh tahu!!! Falma, kau beri misi apa?".

"Dia, aku suruh pergi untuk mengecek aktivitas monster di sekitar kota ini yang perlahan-lahan mulai menurun".

Barry menjawab pertanyaan Yuiga dengan tenang.

Mendengar jawaban itu Yuiga terdiam sejenak, dan kemudian melanjutkan langkah kakinya.

"Aku permisi dulu".

Selama menuruni anak tangga, Yuiga akhirnya menyadari sesuatu yang janggal dalam kasus menghilangnya para penduduk Kota Galahad dalam semalam.

Dan untuk memastikan hal itu sekaligus menguatkan teori yang ada dipikirannya, Yuiga harus pergi dan melihat Kota Mati Galahad dengan mata kepalanya sendiri.