Pria dengan wajah cantik itu kini sedang berada di dalam sebuah ruangan lega yang bisa dibilang adalah markas geng Denrix, ia sedang bermain kartu UNO bersama dengan teman-temannya. Sean, dia sudah memenangkan beberapa kali permainan ini hingga membuat teman-teman nya frustasi.
"kok lu menang mulu si njir, ngecheat kamu ya dek?" ucap Lion dengan nada bercanda sambil menepuk-nepuk pundak Sean.
"dak dek dak dek, tua lo" kesal Sean dan langsung menjintak kepala Lion dengan penuh kasih sayang a.k.a kencang.
"duh anjing, sakit banget" ringkih Lion mengelus-elus kepalanya, sementara yang lain hanya bisa menertawakan Lion.
"ini si Ale kemane? tumben bener belom dateng" tanya Ferdan.
"tau, kemane tuh anak dah, Se?" tanya Beryl.
"nanya? gua kan dari tadi di sini pea, nanya ke gua ya gua mana tau jawabannya" jawab Sean tersenyum paksa di hadapan teman-temannya.
"ya maaf ndoro ratu, kan kita niatnya hanya bertanya" ucap mereka ber3 bersamaan dan habis itu tertawa, Sean juga ikutan tertawa lantaran wajah teman-teman nya sangatlah lucu saat tertawa. ga juga si, karena emang lucu aja kalo ngeliat mereka ketawa.
BRAKKKKK.
4 orang itu terkejut saat ada seseorang bertubuh kekar dengan darah di bajunya mendobrak pintu markas, Sean yang tau orang itu siapa langsung bangun dari duduknya dan mendekati orang itu. Dibantu dengan Ferdan, Beryl dan Lion untuk membopong tubuh kekar nan tinggi itu ke sofa.
"Le, ngape lu anjir?! dateng-dateng darah gini" panik Beryl melihat ketua gengnya yang dilumuri darah.
"gua di serang sama sekolah sebelah njing, gua cuman lewat doang sumpah sshh" ringis Ale menahan sakit di bagian kepalanya, muka gantengnya sekarang penuh lebam dan lecet.
"bangsat, sialan tuh Geng" misuh Lion.
"udah misuh nya?" tanya Sean yang membawa kotak p3k di tangannya, syukurnya di markas lengkap semua peralatan.
2 Orang yang sedari tadi misuh langsung menjadi diam, Sean menatap rendah ke arah Ale yang masih meringis kesakitan. Sean mengambil alkohol dan menuangkannya di wajah Ale, membuat sang empu berteriak kesakitan.
"AARGHHHHH ZE SAKIT ZE SERIUS PERIH BANGET ANJIR MUKA GUA ZE".
"aihhh berisik Le, diem dulu kayak anak kecil aja" cibir Sean mengelap wajah ganteng milik Ale dengan kapas.
"ya wajar anjir Ze, lu ngucurin alkohol kek ngucurin aer. masalahnya ini muka gua anjir perih banget cok" gerutu Ale memanyunkan bibirnya, dia pingin di manja sama Sean malah di giniin. kan sedih hati kecilnya.
Sean menatap sinis ketua geng nya itu, setelah selesai ia langsung menyuruh Ferdan menaruh kotak p3k di tempat semula. Beryl dan Lion yang sedari tadi menahan ngilu sekarang bisa bernafas lega, Sean kejam banget cok kalo udah kek gini.
"Sean, sumpah lu ga kejam banget apa ama ketua sendiri?. liat tuh beliau masih merasakan perih" tanya Lion melihat Ale dengan wajah ngilunya.
"ga, lu pada juga nanti kalo begitu gua bakal giniin juga" jawab Sean dengan wajah datarnya, ia mendekati Ale dan melebarkan tangannya siap untuk menerima badan bongsor Ale. Tentu di sana ke 3 orang itu bergidik ngeri dengan ucapan wakil ketua mereka.
Ale yang melihat itu langsung tersenyum lebar dan masuk ke dalam pelukan Sean, ia menduselkan wajahnya di dada bidang milik Sean. "Hehehe dada nya Ze" kekeh Ale yang masih menduselkan wajahnya di dada Sean.
sang empu memutar matanya malas tapi tetap membiarkan Ale menduselkan dirinya sepuasnya, Ia membuka sebuah novel dan membaca nya. sementara Lion, Beryl dan Ferdan melanjutkan permainan UNO mereka, mereka sudah malas saat melihat ketua mereka bermanja-manjaan dengan wakil ketua.
"besok sekolah ga? bolos kuy!" ajak Lion.
"lah gas bro, buseh gua mau mangan siomay nya mang Udin" setuju Beryl sambil mengelus perutnya membayangkan memakan siomay nya mang Udin dengan lahap dan nikmat, tentu tak berhutang hwhwhw.
"ck gado-gadonya mbok Siti the best dah, gua bikin top 1 hahaha" bantah Ferdan dengan omongan Beryl.
"lah kaga ya jancok, lebih enak siomay mang Udin" sentak Beryl.
"Gado-gado mbok Siti".
"Mang Udin".
"Mbok Siti".
"Mang Udin".
"Mbok Siti.
"HEH UDAH ANJING MALAH NGERIBUTIN ORANG NYA, TOLOL SERIUS GUA PUNYA TEMEN" teriak Lion yang sudah muak dengan pertengkaran makanan ini, bukannya ributin makanan nya malah orang nya.
"ppffttt BAHAHAHAHAHAHA" tawa Ale.
"pffttt" Sean berusaha menahan tawa nya, ia hanya bisa tertawa kecil sambil menutup mulutnya. wajah Ferdan sama Beryl kalo abis diomelin Lion lucu banget cok, udah mah lucu makin lucu kalo begini.
"yaudah lah gas aja besok bolos, lagian Geng selatan ngajak tawuran" ujar Lion.
"ikut, Se?" tanya Beryl.
"besok gaada ulhar, ya... yaudah ikut dah gua" jawab Sean menutup novelnya dan mengelus-elus kepala Ale agar bocah itu diam tak menduselkan wajahnya lagi.
"eitsss bray, ini bukan waktunya mesra-mesra brayyy. ini waktu buat nge UNO, gasken sini yang kalah traktir mekdi sepuasnya" ajak Ferdan.
"Weh gua ikut ini mah" Sean mendorong tubuh Ale dan langsung bergabung ke dalam game UNO, begitupun dengan Ale yang murung lagi karena Sean lebih mementingkan UNO dibandingkan dirinya.
#Author; lah kamu siapa coba? pacar bukan suami bukan, masih temen karib mah iya buwhahahaha.
#Ale: Thor jangan jahat sumpah :(
#Author; makanya confess dek, gitu aja ga berani. payah, ga punya mental, bukan cowo jantan.
Mereka menghabiskan waktu bermain UNO hingga akhirnya tersadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, geng Denrix kemudian bubar. Sean kali ini pulang di anterin sama Ale, sebenernya Sean juga punya motor cuman gegara waktu itu ga sengaja nabrak tiang listrik jadinya motornya penyok di bagian depan dan masih di bengkel sampai saat ini.
kesian Sean.
Mereka ber2 telah tiba di depan rumah keluarga Majenendra, Sean turun dari motor dibantu Ale agar ia tak terjatuh. Sean sangat di princess treatment kan oleh Ale, ya wajarlah crushnya. udah gitu Sean tuh sebenernya baper cuman di sembunyikan aja, hatinya dugun dugun.
"Lah, itukan mobil bonyok gua" ucap Ale menunjuk ke arah mobil yang sangat mewah berada di dalam bagasi milik keluarga Majenendra.
"Lah iya, bonyok lu lagi maen kali. udah masuk sini" ajak Sean membuka pintu gerbang sedikit lebih lebar agar motor Ale bisa masuk, setelah masuk Sean langsung menutup gerbang dan menyuruh Ale masuk duluan.
benar saja, ternyata nyonya dan tuan Hendra sudah berada di ruang tamu dengan orang tua Sean. Mereka bercanda, tertawa gembira, serta ngobrol-ngobrol hal yang menurut Ale dan Sean adalah jokes 18+.
"Mah, Pah Jenan pulang" ucap Sean.
FYI: Jenan adalah nama khusus Sean di keluarganya, karena nama ini pemberian dari alm. Nando atau kakak tertua nya Sean. Ia meninggal karena sebuah penyakit kanker paru-paru stadium tingkat akhir, nama itu diambil dari marga mereka Majenendra tapi Nando mengubah sedikit marga mereka untuk nama panggil Sean. jadinya Jenan lah yang di ambil. Sean sangat terpukul saat tau kakak sulung kesayangan nya telah pergi untuk selama-lamanya, meninggalkan dirinya.
"Ade sini duduk, de" titah Tuan Majenendra, pak Junjo. Sean menuruti perintah sang Papa untuk duduk di sampingnya.
"eh kamu kok di sini, Al?" tanya nyonya Hendra, Hera.
"tadi nganterin Ze, Mom" jawab Ale duduk di samping Mommy nya karena disuruh sang Mommy.
"oalah, yaudah sana mending Ale main di kamar Jenan aja. Biar kalian ga ganggu orang tua mengobrol".
"oke Mah".
"oke, Tante".