Chapter 3 - Ribut

Hari ini Sean mungkin bisa dibilang bersemangat untuk sekolah, karena ada ulangan harian Sejarah. Sean tuh orangnya suka banget sama ulangan harian atau ulangan apapun, dia sebenarnya anak rajin cuman sirkelnya aja isi nya bocah pemales semua.

"Kak Ling, anterin Jenan dong please kak" pinta Sean pada Kakak ke 2 nya, Lingga.

Major Lingga Majenendra, anak ke 2 dari keluarga Majenendra.

"Lah? tumben kamu, ngapa?" bingung Lingga karena Sean tiba-tiba meminta diantarkan oleh dirinya, biasanya juga berangkat sama Junjo.

"Papa gamau nganterin Jenan, terus Papa nyuruh bang Dip buat anterin Jenan" ujar Sean memakan sepotong roti yang sudah dioleskan selai roti.

"Yaudah ama Dipta aja, Kaka ada rapat sama bos nanti".

"Kak pleasee, ama bang Dipta ga bakal bener bukannya di anterin ke sekolah malah di ajak mangan di deket kampusnya, udah gitu Jenan digodain sama temennya. Geli banget asli, geli" Cibir Sean sambil melirik Dipta yang masih menikmati roti selainya, Dipta yang denger begitu cuman bisa nyengir dengan remahan roti yang menempel disekitar bibirnya.

"jorok banget anjir" geli Sean dan langsung mengambil tasnya.

"Jenan duluan" pamitnya dan berjalan keluar dari rumah.

Sean menunggu di halte bus yang berada di depan post kompleknya, sudah 15 menit Sean menunggu tapi bus tak kunjung datang.

Tin! Tin!

klakson motor itu membuat Sean menoleh dan menatap sosok yang berada dibalik helm itu, tentu bukan Ale. Motornya saja beda, tapi seinget Sean ini tuh kayak motor musuhnya Ale dah.

"Woy, ngapain lu di sini?" tanya sosok itu membuka helmnya, menampakkan wajah yang tampan.

"buta? lagi nunggu bus lah" jawab Sean dengan nada sinis.

"ppffttt AHAHAHAHAHHAHA mana ada bus yang lewat kalo di situ ada tulisan 'bus lagi ada kendala, untuk saat ini libur terlebih dahulu' hahaha" ucap cowo itu menunjuk sebuah kertas yang tertempel di halte nya.

Sean mengangkat alisnya dan kemudian menoleh ke arah yang ditunjuk cowo itu, dan benar saja ternyata bus nya sedang libur. Sean menghela nafas, pantes aja dia nunggu ga dateng-dateng. "Udah, ayo naek gua anterin" ajak cowo itu.

"ga ya, lu tuh musuhnya Ale, Reka. mending gua naik ojol" tolak Sean.

"masalah amat keknya, udah ayo naek".

"ga, Rek".

"naek, Sean".

"gua udah mesen ojol! sono pergi, gua muak liat lu" tegas Sean dan menjauh dari hadapan Reka, ia berjalan mendekati tiang listrik yang jaraknya hanya 5 meter dari halte bus.

Reka mengeraskan rahangnya, ia paling tak suka ditolak seperti ini. Harga dirinya serasa di injak-injak.

<><><><><>

Sean kini sudah berada di sekolah, ia tak melihat motor Ale dan Lion di parkiran. Sepertinya mereka bakalan telat lagi, Sean mah cuman bisa ngehela nafas sama 2 orang yang sangat malas itu. Ia buru-buru naik ke kelas, berjalan menelusuri lorong koridor yang dipenuhi siswa dan siswi yang lagi ngobrol santai bahkan ada yang ngegibah.

"SEEEAAAANNNNN" teriak seseorang yang Sean kenal kalo itu suaranya Beryl dan Ferdan, Sean menoleh dan benar saja ada 2 cecunguk itu yang berlari kencang untuk memeluknya.

Sean untungnya sempat minggir agar tak kena serangan brutal itu, alhasil Beryl dan Ferdan tersungkur di lantai karena tak ada Sean yang menjadi penahan. "pffttt" Sean menahan tawa nya saat melihat temannya jatuh.

"jahat bener anjir, sakit neh" keluh Ferdan sembari berdiri, sementara Beryl masih diposisi tetap.

"bangun paok!" sentak Ferdan dan mengangkat tubuh bongsor Beryl.

"berat anjingg bangun" Ferdan masih berusaha mengangkat tubuh Beryl, namun sang empu tak kunjung bangun.

"Beryl Lafane Wijaya, bangun" ucap Sean dengan nada sedikit tinggi, Beryl yang denger langsung berdiri.

"siap, sudah, nyonya!" ledeknya dengan cengiran.

"cocot mu" ketus Sean.

"Hehehe" kekeh Beryl dan Ferdan karena muka Sean yang judes itu, bukannya terlihat garang tapi malah terlihat gemas di mata mereka.

Sean memutar matanya malas dan melanjutkan berjalan ke kelas tak mempedulikan Beryl dan Ferdan yang mengekorinya, tanpa sengaja Sean tersandung kaki seseorang dan mendarat di dada bidang milik... Reka.

Beryl sama Ferdan tentu saja kaget, Sean yang notabene nya paling anti nyentuh orang selain Ale malah nyentuh dada nya Reka. Sean pastinya kaget juga, bukan karena di slengkat sama orang tapi dia jatoh nya di dada Reka. Apa pula Reka ada di depannya, Sean juga bisa ngerasain hawa ga enak dari ujung lorong koridor.

Reka yang melihat Ale yang sedang berapi-api di ujung sana tersenyum miring pada Ale, Reka juga langsung meluk Sean. "lu gapapaa kan? syukurlah gua ada, jadi bisa di tangkep" ucapnya dengan nada mengejek ke Ale.

Sean? dia cuman bisa diem, Ale kalo udah liat kayak gini pasti bakal ngamuk. Beryl sama Ferdan tinggal angkat tangan aja, mereka udah gamau berurusan sama hal kayak gini. Jauh-jauh deh mending mereka.

Sean berusaha melepaskan pelukannya, hawa mencengkram Ale semakin kuat. Ia bisa merasakannya.

"lepasin, Rek" kesal Sean.

"ga ah, enakan gini" celetuk Reka.

"BANGSAT LO REKA, LEPASIN SEAN ANJING!!" teriakan Ale bergemuruh di seluruh koridor, membuat semua siswa yang ada di sana menatapnya takut.

"OGAH!" sahut Reka.

Ale yang mendengar itu langsung saja berlari mendekati Reka yang masih setia memeluk Sean, Ale langsung saja mengambil Sean ke dekapannya. "Bangsat lo! punya gua maen di peluk-peluk aja, setan" gertak Ale.

Sean mah pasrah aja, dia udah cape kalo soal ngadu bacot gini. Reka yang mendengar itu langsung saja tertawa kencang, membuat yang lain kebingungan.

"AHAHHAHAHAHAHAHAHA LIAT AJA NANTI, NIH COWO CANTIK BAKAL JADI MILIK GUA".

Reka berjalan menjauh dari geng Denrix itu, sambil melambaikan tangannya tanpa menoleh. Membuat kening Ale mengeluarkan imajenernya, Sean mengelus-elus dada Ale supaya cowo ini tenang.

"Wesss ngabers, ada apa nich sepertinya aku mencium bau-bau ngadu cocot" ucap Lion yang baru saja datang.

"Hooh, noh ketua lu kaga mau hak patennya di sentuh orang" ujar Beryl.

"weladalach".

"Li, stop jamet, jelek lo begitu" ketus Sean yang udah muak dengan kelakuan jametnya Lion, ga digrup chat, ga ditelpon pasti 'Weladalach' nya ga ketinggalan.

"nggih toh, mas" jawab Lion menepuk pundak Sean namun ditepis Ale.

"Wehhhh santai bro santai" kaget Lion pas dapet tatapan tajem dari Ale.

"udah ayo ke kelas, mood bocil ni satu lagi kaga baek" ajak Ferdan berjalan duluan dan diikuti yang lain.