~ Masih di Sudut Pandang Eru Chitose ~
( ... ) = Monolog Eru Chitose
"Apa kau yang bernama Eru Chitose?"
Saat jam pelajaran terakhir berakhir, Chitose mendapat panggilan dari orang yang tidak dikenalnya. Dia sempat merasa takut, tapi pada akhirnya dia memberanikan diri untuk menemuinya.
Orang yang memanggil Chitose berasal dari kelas sebelah, dia adalah seorang lelaki dengan poni rambut yang hampir menutupi bagian matanya sendiri, bahkan Chitose tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana bentuk wajahnya.
"Ya, itu aku," jawab Chitose.
"Bisa bawakan ini?," pinta orang itu.
Lelaki itu menyerahkan beberapa lembar kertas pada Chitose dan tentu saja dia merasa bingung kenapa kertas ini harus dipegang olehnya. Lalu karena Chitose tidak tahu harus berbuat apa, dia menerima lembaran kertas itu.
"Apa ini?," tanya Chitose penasaran.
"Lembaran tugas untuk Yuuta Maru, aku ingin kau membawakannya," jawab lelaki itu.
"A-apa kau adalah temannya?," Chitose bertanya lagi.
"Ah, iya. Maaf karena terlambat memperkenalkan diri, aku Chiko Ryou ... panggil saja Chiko-kun, aku adalah teman terdekat Yuuta, jadi tolong kerjasamanya!"
Lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Chiko Ryou, atau panggilannya Chiko-kun. Dia merupakan teman terdekat dari Yuuta Maru, tujuan kedatangannya adalah untuk mengantarkan lembaran tugas pada Yuuta melalui Chitose.
"Y-ya ... Chiko-kun, namaku Eru Chitose, kau bisa memanggilku Eru-chan ... mohon kerjasamanya! Ta-tapi kenapa harus aku?," tanya Chitose sambil ikut memperkenalkan dirinya.
"Kau keberatan?," Chiko balik bertanya.
"Ti-tidak, aku tidak keberatan," jawab Chitose.
"Kalau begitu tolong antarkan, aku masih memiliki kegiatan di klub manga!"
"A-anu, aku tidak tahu alamat rumahnya."
"Gerbang sekolah, jalan terus hingga 150 meter hingga saat kau menemukan restoran kecil, belok ke jalan itu dan jalan hingga 50 meter, rumah Yuuta ada disana dengan pagar berwarna coklat."
Selesai menjelaskan tentang alamat rumah Yuuta, Chiko pergi meninggalkan Chitose begitu saja.
(Kenapa harus aku?)
(Aku selalu gugup saat berbicara dengan orang, apalagi dengan Yuuta-kun.)
Chitose sempat berpikir sejenak sebelum dia mempersiapkan dirinya untuk pergi menuju rumah Yuuta, pada akhirnya dia mau melakukannya. Selesai memasukkan lembaran kertas ke dalam tasnya, Chitose memasang sepasang sepatunya, lalu dia pun pergi menuju rumah Yuuta.
(Ke gerbang sekolah, jalan terus berapa meter?)
(Kurasa lebih dari 100 meter hingga aku menemukan restoran kecil.)
Chitose berjalan ke depan gerbang sekolah sambil terus mengingat alamat rumah Yuuta yang diberitahu oleh Chiko. Dia terus berjalan hingga benar-benar menemukan restoran kecil, disampingnya terdapat jalan dan Chitose berjalan melewati jalan itu.
(Itu dia, restorannya!)
(Lalu aku hanya perlu belok dan berjalan terus hingga menemukan rumah berpagar coklat.)
Chitose terus mencari rumah berpagar coklat yang dimaksud, tapi rupanya agak sulit untuk mencarinya karena beberapa rumah juga ada yang berpagar coklat. Dan tentu saja Chitose merasa mustahil untuk memastikan satu-satu karena sifat pemalunya itu.
(Tunggu!)
(Jika 50 meter dari restoran, apakah ini adalah rumah Yuuta-kun?)
Dengan mengira-ngira jarak antara restoran dengan yang disebutkan oleh Chiko tadi, maka Chitose berpikir kalau dihadapannya sekarang adalah rumah Yuuta. Dia tidak sepenuhnya yakin, tapi tubuhnya bergerak sendiri melewati pagar coklat itu dan mulai mengetuk pintu rumahnya.
TOK! TOK! TOK!
"Permisi!"
"Ah, iya. Segera datang!"
Kemudian suara seseorang terdengar.
(Tidak salah lagi, ini suara Yuuta-kun.)
Tak lama pintu rumahnya terbuka.
Dan muncullah sosok Yuuta tanpa mengenakan baju sama sekali, dia hanya mengenakan celana pendek.
"Eh?!"
Tentu saja hal itu membuat Chitose merasa terkejut, bahkan dia memalingkan wajahnya ke bawah.
"Hehh?!! Chitose-chan?! Kenapa ada disini?"
Begitupun dengan Yuuta, dia juga merasa terkejut atas kunjungan Chitose yang mendadak.
"A-anu, aku kesini untuk mengantarkan lembar tugas."
Chitose berbicara dengan Yuuta, tapi dia selalu menatap ke bawah karena Chitose merasa malu saat melihat tubuh telanjang Yuuta.
"Chitose-chan? Ada apa?"
"Ba-bajumu, tolong dipakai!"
"Gawat! Aku terlalu santai hingga lupa mengenakan bajuku! Maaf, Chitose-chan!"
(Kurasa dia baik-baik saja.)
"Tidak masalah, kau bisa memakainya lebih dulu."
"Sudah terlambat!," keluh Yuuta.
Dengan setengah keberaniannya, Chitose mulai menatap ke arah Yuuta dan dia terkejut karena perutnya bersusun seperti batu, lalu otot tangan dan dadanya juga terlihat besar.
(Tubuhnya keren sekali!)
"Ya, aku akan segera pergi ... tolong ambil ini!"
Chitose mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa lembaran kertas lalu memberikannya pada Yuuta.
"Ah, baik."
Yuuta pun menerima lembaran kertas itu dari Chitose.
"Kau keren, Yuuta-kun. A-apa kau melatih tubuhmu?"
"Oh, ini? Tidak juga, aku hanya berlatih saat waktu senggang saja."
"Begitu ya? Kalau gitu aku pergi dulu!"
Merasa selesai dengan urusannya, Chitose ingin pergi meninggalkan Yuuta. Tapi ...
"Tunggu, Chitose-chan!"
"Ba-baik!"
Tapi Yuuta menghadangnya, dan Chitose tidak memiliki pilihan lain selain mendengarkannya.
"Jika kau berkenan, mau mampir sebentar? Orang tuaku ada di dekat sini."
"Eh?! Orang tuamu?"
"Dia ada di depan."
"Ta-tapi aku tidak melihat apapun."
Chitose merasa bingung dengan perkataan Yuuta.
"Masuklah!"
"Ya!"
Karena merasa penasaran, Chitose menyetujui ajakan Yuuta untuk masuk ke dalam rumahnya.
(Orang tuanya seperti apa?)
(Kuharap aku tidak merepotkannya.)
Ini pertama kalinya Chitose memasuki rumah seorang lelaki tanpa ditemani orang tuanya. Biasanya saat berkunjung, Chitose selalu bersama dengan orang tuanya, alasannya karena mereka tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Chitose.
Mereka ingin menjaga Chitose dengan baik, mungkin saja seperti itu.
"Ayah, Ibu ... kita kedatangan tamu."
"Eh? Dimana?"
"Lihat kananmu!"
(Apa?)
Saat Chitose menoleh ke arah kanan sesuai perintah Yuuta, dia merasa terkejut karena melihat foto kedua orang tuanya Yuuta bersama dengan beberapa persembahan.
"Yu- Yuuta-kun?"
"Tidak masalah, mereka sudah meninggal 2 tahun lalu."
(Ternyata orang tua Yuuta-kun sudah meninggal.)
"Aku turut berduka, Yuuta-kun," kata Chitose dengan nada pelan.
"Ya, terima kasih! Mereka orang yang sangat baik dan perhatian padaku. Kau tahu? Saat aku sedang kesulitan, mereka selalu membantuku. Saat aku berulah, mereka memarahiku."
Tanpa disadari oleh Yuuta, air matanya mulai jatuh ke lantai saat dia bercerita tentang orang tuanya sendiri.
"Ini, Yuuta-kun!"
Dengan penuh perhatian dan rasa kasihan, Chitose memberikan sapu tangan pada Yuuta untuk menyeka air matanya.
"Ya, terima kasih ... Chitose-chan!"
Yuuta pun menerima sapu tangan pemberian Chitose dan mulai menyeka air matanya.
"Kau boleh pulang, Chitose-chan! Aku akan membersihkan tempat mereka sekarang."
Karena sudah mulai terlihat kotor, Yuuta berniat untuk membersihkan foto kedua orang tuanya dan mempersilahkan Chitose untuk pulang.
"A-anu, biarkan aku ikut membantumu!"
Awalnya Chitose memang ingin segera pulang. Tapi jika dia membiarkannya saja, maka Chitose akan merasa bersalah. Jadi pada akhirnya Chitose menawarkan diri untuk membantu Yuuta.
"Baiklah, tolong ya ... Chitose-chan!"
Itu tidak memerlukan waktu lama untuk Yuuta menyetujuinya.
Sekarang, Yuuta dan Chitose secara bersama-sama mulai membersihkan foto dan tempat kedua orang tua Yuuta dengan penuh teliti. Lalu beberapa menit kemudian, mereka sudah selesai melakukannya.
"Terima kasih untuk hari ini, Yuuta-kun!"
"Ya, aku juga ... Chitose-chan!"
Selesai mengucapkan kalimat perpisahan, Chitose pun pergi meninggalkan Yuuta dan berniat untuk pulang ke rumahnya.
(Aku senang bisa bisa mengenal Yuuta-kun lebih jauh!)
Di dalam pikirannya, Chitose terus berpikiran seperti itu.