"Huh!," Yuuta menghela napas sambil memikirkan tentang Chitose.
"Chitose-chan, apa aku sudah menakuti mu?," gumamnya dengan sedikit penyesalan.
Walaupun Chitose bersikap normal saat datang ke rumahnya, Yuuta tetap tidak bisa menahan rasa menyesal itu karena tindakannya terlihat sangat buruk.
"Eh ... jadi namanya Chitose-chan, ya?," suara perempuan terdengar lumayan dekat dari tempat Yuuta berada.
"Chitanda-san?! Ada apa?," kata Yuuta sambil merasa terkejut.
Tempat Yuuta bersantai berada di belakang restoran, jadi wajar jika Yuuta merasa terkejut karena tempat itu sulit dijangkau oleh beberapa orang. Mereka harus bisa melewati tembok setinggi 1,5 meter untuk bisa sampai kesana.
"Kenapa kau terkejut? Aku ini cukup atletis, kau tahu?," kata Chitanda sambil menatap Yuuta.
"Ya, mungkin," ucap Yuuta dengan sedikit keraguan.
"Kenapa kau meragukan ku?!," balas Chitanda kesal.
Pada dasarnya tubuh Chitada terlihat sangat kurus, jadi atas dasar itulah Yuuta jadi sedikit meragukannya. Jika tubuhnya terlalu ringan, maka ada kemungkinan dia akan terjatuh saat sedang memanjat.
"Maaf, Chitanda-san!," Yuuta pun tidak memiliki pilihan lain selain meminta maaf.
"Sudah, lupakan saja! Aku sudah berusaha keras untuk datang ke sini, jadi setidaknya hargai aku!," seru Chitanda.
"Ba-baik!," balas Yuuta.
Kini Yuuta dan Chitanda duduk bersampingan dan bersantai di balik tembok, mereka menikmati waktu istirahat dengan melihat beberapa bintang di langit malam yang indah.
"Chitose-chan, dia itu seperti apa?," tanya Chitanda.
"Entahlah, aku masih tidak tahu," jawab Yuuta.
"Hah?! Apa-apaan kau ini!? Jatuh cinta tanpa mengetahui apapun tentangnya? Jangan bercanda!"
Sudah pasti Chitanda akan marah dengan jawab yang diberikan oleh Yuuta, karena jawaban itu tidak akan pernah membuat Chitanda merasa puas.
"Maaf, aku masih tidak mengerti. Ketika perasaan gelisah muncul saat melihatnya pertama kali, aku langsung menganggap kalau aku jatuh cinta padanya. Apa aku salah memahaminya?"
"Perasaan gelisah seperti apa yang kau maksud?"
"Seperti apa? Umm ... seperti tubuhku memanas dengan sendirinya, lalu detak jantungku juga tidak beraturan saat melihatnya."
"Oh."
Mereka berdua terdiam sejenak sebelum memulai pembicaraan yang lebih serius.
"Bintang yang kita lihat saat ini, bagaimana menurutmu?," tanya Chitanda.
"Emm ... aku tidak tahu, hanya saja mereka terlihat sangat indah," jawab Yuuta.
Kali ini Chitanda tidak terlihat marah karena sedikit merasa puas dengan jawabannya.
"Ya, bintang di langit memang terlihat indah. Tapi Yuuta-kun, kau tahu? Bintang yang kita lihat saat ini adalah masa lalu yang menyedihkan."
"Apa maksudmu, Chitanda-san?"
"Kita tidak bisa menyamai kecepatan cahaya, jadi ada kemungkinan bintang yang kita lihat sekarang sebenarnya sudah mati."
"Aku tidak mengerti."
"Aku tidak menyuruhmu untuk memahaminya, tapi tolong ingat satu hal ini! Masa lalu adalah masa lalu, jadi jangan menyesal saat sudah melewatinya. Seperti kebanyakan bintang di langit, mereka masih bisa menunjukkan keindahannya walaupun sudah mati sekalipun, mereka sama sekali tidak menyesal karena sudah menunjukkan apa yang mereka punya."
Awalnya Yuuta tidak mengerti, tapi setelah dijelaskan panjang lebar oleh Chitanda, Yuuta jadi lumayan mengerti tentang perkataannya.
"Aku harus melakukan apa yang perlu kulakukan sebelum menyesal karena tidak berbuat apa-apa, begitu?"
"Ternyata kau sedikit mengerti, ya? Baguslah, tidak sia-sia aku berbicara padamu."
"Masih sedikit?"
"Sudah kubilang bukan? Aku tidak menyuruhmu untuk memahaminya, jadi jangan terlalu dipikirkan. Ini hanya karena aku tidak ingin kau mengalami kejadian yang sama, Yuuta-kun."
Yuuta ingin segera kembali, tapi dia merasa tidak bisa kabur dari topik pembicaraan yang sekarang. Ini pertama kalinya bagi Yuuta melihat Chitanda yang seperti membutuhkan sosok pendengar yang baik, jadi pada akhirnya Yuuta tetap berada di tempatnya sampai Chitanda menutup topik pembicaraan.
"Kejadian apa? Kau terdengar menyesalinya, Chitanda-san."
"Ya, aku memang menyesalinya. Saat itu aku dihadapkan pada dua pilihan, menunggu orang yang kucintai mengajak ku berkencan, atau menerima ajakan berkencan dari orang yang menyukai ku."
"Apa yang kau pilih?"
"Aku memilih untuk menunggu dan seperti itulah, pada akhirnya aku gagal mendapatkannya karena terus berharap. Lalu aku hanya memiliki satu pilihan, dan aku menikah dengan Hijume-san secara terpaksa."
"Apa Chitanda-san menyesal karena menikahi Hijume-san?"
"Tidak, kau salah. Aku menyesal karena tidak menerima ajakan dari Hijume-san dari awal, dan tentu saja aku jadi merasa bersalah karena hal itu. Dia terus melakukan apapun demi diriku, tapi aku tidak bisa melakukan apapun yang berarti baginya. Karena penyesalan di akhir itu, aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Ekspresi Chitanda sedikit berubah saat bercerita, jadi Yuuta mulai memikirkan cara agar Chitanda tidak terbawa suasana.
"Begini, Chitanda-san. Menurut ku kalian adalah pasangan yang sangat cocok dan saling melengkapi, Hijume-san memiliki jiwa pemimpin yang tegas dan Chitanda-san terlihat siap mempertaruhkan apapun demi menjaga apa yang sudah Hijume-san pimpin."
"Benarkah?"
"Ya, aku bisa menjamin kata-kataku sendiri."
Dengan menjelaskan tentang kelebihan Hijume dan Chitanda, Yuuta berhasil membuat Chitanda tidak terbawa suasana dan tetap dengan kondisinya yang seperti biasa.
"Terima kasih, Yuuta-kun! Aku jadi lega saat bercerita padamu."
"Sama-sama, Chitanda-san!"
"Ah gawat! Maaf, Yuuta-kun! Aku berniat memberikan saran padamu tapi malah mengacaukannya!"
Chitanda mulai heboh sendiri karena lupa dengan tujuan awalnya yaitu membuat Yuuta merasa lebih baik. Dia merasa kalau Yuuta memiliki masalah, jadi dia ingin memberikan beberapa saran untuk menyelesaikannya. Tapi bukannya memberikan saran, Chitanda malah curhat dengan masa lalunya sendiri, untuk itu dia meminta maaf pada Yuuta.
"Tidak masalah, lagipula aku hanya tidak mengerti."
"Yuuta-kun, apa jantungmu berdetak dengan kencang saat melihatnya?"
"Ya."
"Kurasa kau memang jatuh cinta padanya, atau bisa dibilang cinta pandangan pertama. Oh iya, apa kau pernah merasakan hal itu sebelumnya?"
"Umm ... kurasa tidak pernah, baru kali ini aku merasakannya."
"Oh, jadi berarti dia juga cinta pertamamu?"
"Ya, kurasa."
"Lalu kau memiliki masalah apa dengannya? Tidak masalah jika kau tidak ingin menceritakannya."
Yuuta sempat berpikir dua kali untuk berbicara, tapi pada akhirnya dia tetap ingin membicarakannya dengan Chitanda.
"Aku melakukan hal yang buruk, mungkin aku sudah membuatnya merasa takut. Aku harus apa, Chitanda-san?"
"Entahlah, aku tidak tahu masalahnya. Tapi apa dia masih bisa diajak bicara? Jika iya maka itu hal yang bagus, kau bisa membicarakannya dan meminta maaf jika perlu ... tapi jika tidak, maka kau harus mengusahakan untuk bisa berbicara dengannya."
"Begitu ya?"
"Ya, komunikasi adalah kuncinya. Jika kau merasa ragu, maka kau sudah melewatkan beberapa kesempatan."
"Jadi aku hanya perlu bicara dengannya?"
"Pastinya. Sekali lagi, maaf ... Yuuta-kun! Aku tidak bisa memberikan saran yang begitu berguna."
Chitanda kembali meminta maaf pada Yuuta karena dia merasa tidak bisa membantu banyak.
"Tidak, saranmu sangat berguna, Chitanda-san."
"Benarkah?"
"Ya, malahan aku harus berterima kasih padamu."
"Oi, kalian berdua! Segera kembali dan bantu aku bersih-bersih!"
Saat pembicaraan masih berlangsung, suara Hijume terdengar di balik tembok. Dia menyuruh Yuuta dan Chitanda untuk segera kembali dan membantunya untuk bersih-bersih.
"Ayo kembali, Yuuta-kun!," ajak Chitanda pada Yuuta.
"Ya!," Yuuta pun menerima ajakan Chitanda.
Dan mereka akhirnya kembali bekerja seperti biasanya.