Dengan bayaran yang cukup untuk kehidupan sehari-harinya, Yuuta terus bekerja di restoran kecil dekat rumahnya itu. Yuuta digajih saat akhir bulan, tapi terkadang dia juga mendapat bonus harian dari managernya yaitu Hijume dan Chitanda.
Yuuta bersyukur karena managernya yang merupakan sepasang suami istri bersikap sangat baik padanya. Mereka mempekerjakan Yuuta bukan karena kasihan, tapi karena kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi dari Yuuta.
"Apa mejanya sudah bersih?," tanya Hijume ke Yuuta.
"Ya," jawab Yuuta singkat.
Setelah membicarakan beberapa hal dengan Chitanda saat waktu istirahat, kini Yuuta kembali bekerja dengan lebih tenang. Sebelumnya, Yuuta selalu gelisah karena terus memikirkan Chitose saat dia bekerja. Tapi setelah berbicara dengan Chitanda, Yuuta merasa lebih tenang. Tentu saja Yuuta ingin berterima kasih dengan benar padanya nanti.
"Baiklah, selanjutnya bisa kumpulkan sampah di depan?," suruh Hijume.
"Apa aku tidak perlu membuangnya?," tanya Yuuta.
"Kau hanya perlu mengumpulkannya, biar Chitanda-san yang membuang sampahnya," jawab Hijume.
"Baik!"
Selesai dengan mengelap beberapa meja, kini Yuuta diperintah untuk mengumpulkan sampah yang ada di depan halaman restoran. Lalu tanpa pikir panjang Yuuta pergi keluar untuk mengumpulkan beberapa sampah dan membuatnya ke dalam kantong plastik besar. Karena ini malam hari, jadi kebanyakan sampah pasti bertebaran dimana-mana.
Kebanyakan dari sampah yang dikumpulkan Yuuta adalah sampah plastik seperti kemasan minuman botol, sedangkan sisanya adalah sampah dedaunan yang tidak perlu untuk dikumpulkan.
"Bungkus plastik ini, bukankah untuk meletakkan setangkai bunga?," gumam Yuuta saat memegang bungkusan plastik itu.
Bagi Yuuta, itu terlihat seperti plastik pembungkus setangkai bunga, dan tentu saja dia langsung mengingat tentang Chitose saat selesai menggumam.
"Kurasa aku harus menyimpan bungkus plastik ini," gumamnya lagi.
Sesaat setelah berpikir secara singkat, Yuuta memutuskan untuk tidak membuang bungkus plastik itu dan membawanya pulang. Karena bagi Yuuta itu terasa sangat menyakitkan jika dia membuangnya begitu saja.
Dengan memegang bungkus plastik itu di genggaman tangannya, Yuuta berniat untuk membeli setangkai bunga lalu memberikannya pada Chitose. Hanya itu satu-satunya cara bagi Yuuta agar bisa menghilangkan rasa bersalahnya, dan juga Yuuta mengetahui kalau Chitose sangat menyukai bunga dari pengamatannya belakangan ini.
Saat Chitose membantu Yuuta untuk membersihkan foto kedua orang tuanya, matanya terpaku dengan beberapa bunga di sekitarnya. Seolah-olah mengatakan kalau itu sangat indah, Chitose hampir melirik bunga itu setiap saat hingga dia pulang, bahkan dia jadi melupakan sapu tangannya karena bunga itu.
"Uh, ini melelahkan!," keluh Yuuta saat selesai mengumpulkan semua sampahnya.
Setelah kurang lebih 15 menit mengumpulkan sampah, akhirnya Yuuta selesai melakukan pekerjaannya. Semua sampah itu terkumpul dalam satu kantong plastik besar, kemudian Yuuta meletakkannya di samping pintu depan restoran. Dia merasa lelah dan sempat merenggangkan otot-ototnya sebelum kembali masuk ke dalam restoran.
"Kerja bagus! Apa sudah selesai?," tanya Chitanda yang menyambutnya saat masuk.
"Ya, dimana Hijume-san?," Yuuta bertanya balik.
"Apa kau tidak ingin aku yang menyambut mu?," jawab Chitanda kesal.
"Tidak, bukan seperti itu," balas Yuuta santai.
"Hijume-san, dia sedang membersihkan dapur. Lalu Yuuta-kun, plastik apa yang kau pegang itu?," tanya Chitanda penasaran.
"Kurasa ini bungkusan plastik untuk setangkai bunga," jawab Yuuta.
Seakan tidak puas melihat dari jarak beberapa meter, Chitanda mendekat pada Yuuta dan melihat bungkus plastik itu lebih dekat.
"Ah, aku tahu! Kau pasti ingin memberikan sesuatu padanya sebagai permintaan maaf."
"Ya, begitulah. Dari yang aku tahu, Chitose-chan sangat menyukai bunga dan aku terpikir untuk memberikan itu padanya."
"Perhatian memang bagus, tapi tolong jangan terburu-buru ... Yuuta-kun!"
"Apa maksud mu, Chitanda-san?"
"Jika kau ingin memberikan sesuatu, lebih baik dimulai dari hal kecil."
"Hal kecil?"
"Untuk sekarang kau hanya perlu perhatian padanya. Buat dia merasa nyaman saat ada di dekat mu, lalu perhatikan setiap tindakannya ... sekecil apapun akan berguna untuk kedepannya. Kau mengerti, Yuuta-kun?"
"Ya, kurang lebih."
"Dan untuk bunga itu, kau bisa memberikannya saat hendak menjalin hubungan yang lebih dengannya."
"Begitu ya?"
"Maaf, Yuuta-kun! Apa aku terlalu ikut campur?"
"Ti-tidak ... kau sangat membantu, Chitanda-san. Lalu, terima kasih atas apa yang kau ucapkan hari ini, Chitanda-san! Aku jadi merasa lebih tenang saat membicarakanya dengan mu."
"Ya, sama-sama. Dengan begini kita impas karena sama-sama berterima kasih."
"..."
Yuuta terdiam untuk sesaat, dia merasa lega karena sudah berterima kasih dengan benar pada Chitanda atas saran yang dia berikan hari ini.
"Oh, Yuuta-kun. Bisa bantu aku bersihkan dapur? Yah, dapurnya ternyata lebih kotor dari yang kukira."
Suara Hijume terdengar memanggil Yuuta, dia meminta tolong pada Yuuta untuk membantunya membersihkan dapur.
"Aku pergi dulu, Chitanda-san!"
"Ya, pergilah! Aku ingin membuang sampah yang ada di depan."
Seperti itulah pembicaraan Yuuta dan Chitanda berakhir, lagi-lagi pembicaraan mereka terhenti karena panggilan dari Hijume.
Walaupun merasa lelah, Yuuta tetap bersikeras untuk bekerja dengan sepenuh hati untuk restoran ini, itu karena dia sudah banyak dibantu oleh restoran ini saat dia kehilangan orang tuanya.
Hijume, yang lumayan dekat dengan orang tua Yuuta memutuskan untuk membantu Yuuta dengan memberikan makanan gratis setiap harinya. Itu dulu, tapi sekarang Yuuta bisa mencari makan sendiri tanpa bantuan dari Hijume lagi, dan tentu saja semua itu berkat kerja keras Yuuta sendiri.
"Lihat ini! Sangat kotor bukan?"
"Emm ... ya, kapan terakhir kali kau membersihkannya, Hijume-san?"
"Entahlah, mungkin empat bulan yang lalu."
"Kau bercanda kan?"
"Tidak, aku bersungguh-sungguh."
Walaupun Hijume terlihat tegas dan berwibawa, dia tetap mempunyai kekurangan. Salah satunya adalah dirinya yang malas untuk membersihkan tempat yang sulit dijangkau olehnya, seperti area dekat kompor. Itu terlihat sangat kotor dan penuh dengan warna hitam pertanda kalau tempat itu sangat jarang dibersihkan.
"Baiklah, ayo kita bersihkan!"
"Kau saja yang melakukannya, ya?"
"Hah? Tentu saja kita lakukan bersama-sama."
"Aku akan memberi mu bonus hari ini!"
"Huh ... apa boleh buat."
Dengan iming-iming bonus, Yuuta pada akhirnya menerima perintah dari Hijume.
"Tolong ya! Aku membersihkan bagian yang lain saja."
"Baik, Hijume-san!"
Pertama-tama, Yuuta menggeser kompor lebih jauh agar tempatnya mudah dibersihkan. Lalu Yuuta mengambil lap dan ember berisi setengah air, setelahnya dia perlahan mulai mengelap bagian yang berwarna hitam hingga menghilang. Lap yang menghitam itu akan Yuuta celupkan di ember berisi air agar bersih kembali, dan Yuuta kembali melakukan langkah yang sama.
Setelah puluhan menit berlalu, Yuuta akhirnya selesai membersihkan tempat di dekat area kompor yang sangat kotor itu.
"Aku benar-benar lelah," gumam Yuuta.
Yuuta pun mendatangi Hijume tak lama setelah dia selesai membersihkannya.
"Oh, Yuuta-kun. Kerja bagus! Ini, bonus mu!"
"Terima kasih, Hijume-san!"
Sambil menerima selembar amplop berisi uang dari Hijume, Yuuta juga berterima kasih padanya.
"Kau boleh pulang sekarang!"
"Ya, Hijume-san! Kalau begitu aku pamit, jumpa besok!"
Kini setelah bekerja satu jam penuh, Yuuta bisa pulang ke rumahnya dengan perasaan yang lebih baik sebelum dia datang ke restoran itu.
"Ah, Yuuta-kun!"
Suara seseorang terdengar memanggilnya dari belakang, tapi karena Yuuta sudah merasa sangat lelah, dia jadi mengabaikan suara orang itu sepenuhnya. Dan tanpa memperdulikan apapun lagi, Yuuta terus berjalan hingga sampai di rumahnya sendiri.