( ... ) = Monolog Yuuta Maru
Entah kesialan apa yang menimpa Yuuta hari ini, dia hampir tidak bisa menemukan Chitose dimanapun padahal Yuuta tahu kalau Chitose bersekolah hari ini.
Sekarang adalah waktu istirahat yang dimana Yuuta berniat untuk menemui Chitose dan mengembalikan sapu tangan yang dia berikan saat itu, namun sejauh apapun Yuuta mencari, dia tidak menemukan Chitose di tempat manapun.
Kelas 1-B, kantin sekolah, atap sekolah, gedung olahraga, dan juga taman sekolah tempat mereka dihukum bersama waktu itu. Semuanya hampir didatangi oleh Yuuta kecuali satu tempat, yaitu toilet perempuan.
Bagi Yuuta, seorang lelaki yang memasuki toilet perempuan pasti akan di cap mesum bagi siapapun yang melihatnya. Yuuta tidak ingin menyebabkan masalah lagi, jadi dia bingung harus berbuat seperti apa jika saja Chitose benar-benar ada di toilet perempuan.
"Apa yang kau lakukan di depan toilet perempuan?," seseorang memanggilnya.
Yuuta pun menoleh ke arah orang itu dan terdiam sejenak, sebelum dia membuka mulutnya dan mencari-cari alasan agar tidak di cap sebagai orang mesum oleh gadis itu.
"Umm ... aku mencari seseorang yang sepertinya ada di dalam toilet," ucap Yuuta.
Gadis itu mengerutkan alisnya sebelum bertanya lagi pada Yuuta.
"Kau yakin dia ada di toilet, pangeran?," tanyanya lagi.
"Hah? Kau bilang apa?," Yuuta bertanya balik karena merasa bingung.
(Kalau tidak salah, aku mendengar kata pangeran tadi.)
(Apa aku salah dengar?)
"Tidak, lupakan saja! Lagipula daripada mencarinya, kenapa tidak makan siang bersama ku saja?"
"Hah?"
"Ayolah! Apa kita tidak bisa makan siang bersama?"
Mendadak gadis itu bersikap agresif di hadapan Yuuta, dia juga melingkarkan tangannya di lengan Yuuta.
Tentu saja Yuuta bingung dengan apa yang terjadi sekarang, dia hanya bisa terdiam dan membiarkan gadis itu bertindak agresif.
(Ada apa dengan gadis ini?!)
(Dia terlalu dekat!)
"Umm ... maaf, aku tidak bisa menerima ajakan mu!"
"Eh, kenapa?"
"Tidak ada hal khusus. Aku masih memiliki urusan dengan orang lain, lagipula aku tidak mengenal mu yang tiba-tiba mengajak ku untuk makan siang bersama."
"Eh, begitu? Ya, sudah. Kita akan berkenalan mulai sekarang. Aku Fuwa Kei, panggil aku Kei-chan! Aku berada di kelas 1-B, tolong kerjasamanya!"
(Fuwa-chan? Bukankah dia ketua klub manga yang dimaksud oleh Chiko?)
(Entahlah, aku harus mencari tahu tujuannya melakukan ini.)
Dengan keadaan tubuh yang masih saling berdekatan, mereka memperkenalkan diri.
"Umm ... kalau begitu, ak-"
"Yuuta Maru, Yuuta-kun. Kelas 1-A."
Sesaat Yuuta merasa terkejut karena gadis itu memotong ucapannya saat hendak memperkenalkan diri, dia juga tersenyum dengan aneh seakan-akan puas dengan apa yang telah dilakukannya.
"Hah?! Kenapa kau bisa tahu?"
"Yah ... dari awal aku tidak berniat menyembunyikannya, pangeran."
"Apa maksud mu?"
"Eru Chitose, kau mengenalnya bukan?"
"Apa-apaan?!"
"Tenang dulu, Yuuta-kun! Aku tidak berniat jahat atau apapun itu."
Perlahan gadis itu mulai melepaskan tangannya dan sedikit menjauh dari Yuuta.
(Aku benar-benar tidak mengerti.)
(Ternyata dia benar-benar memanggil ku pangeran.)
"Lalu kenapa kau membahasnya?"
"Eru-chan, dia mengalami kesulitan akhir-akhir ini. Yah, akulah orang mempersulitnya."
(Oh, aku mengerti.)
Hanya mendengar kata-kata singkat dari Fuwa tadi, Yuuta dapat mengetahui kalau dalang dari rumor yang bertebaran adalah Fuwa itu sendiri. Dia memanfaatkan para guru yang tutup mulut dengan kejadian sebenarnya dan mulai menyebarkan rumor-rumor yang kebenarannya tidak bisa dibuktikan.
"Kenapa kau melakukannya?"
"Karena aku membencinya. Dia tidak bisa jujur dan selalu berbohong, lalu sikap apatisnya itu membuat ku kesal."
"Jadi begitu? Perundungan yang terjadi sebelumnya, dalangnya kau kan? Fuwa Kei?!"
"Kenapa kau berpikiran seperti itu?"
"Itu benar kan?"
Sepertinya ini akan menjadi pembicaraan yang rumit karena Yuuta telah menemukan musuh aslinya dan berniat untuk menghancurkannya.
Fuwa mulai menundukkan kepalanya dan kembali menatap ke arah Yuuta, lalu dia membuka mulutnya sambil tersenyum aneh sama seperti sebelumnya.
"Ternyata kau lebih pintar dari yang kuduga, pangeran. Iya, kau benar, akulah orang yang membuat keenam orang itu membenci Chitose. Tapi aku sedikit tidak menyangka kalau mereka akan melakukan perundungan karena saking bencinya."
"Sial, berhenti memanggil ku seperti itu!"
"Jahat sekali, Yuuta Maru-kun. Padahal akulah orang yang memperhatikanmu lebih dulu, tapi kenapa malah Eru-chan yang kau perhatikan?!"
"Aku tidak mengerti dan tidak peduli dengan itu, aku hanya peduli dengan Eru Chitose yang kau benci itu."
"Eh, benarkah? Jika saja aku yang berada di sana menggantikan Eru-chan, lalu aku menjatuhkan bunga tulip ungu itu, apakah kau hanya akan mencintai ku?"
Yuuta terdiam dan merasa bingung dengan apa yang Fuwa bicarakan, ditambah lagi Fuwa berbicara dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah.
"Apa maksud mu?"
"Yah ... dari awal masuk sekolah, aku sudah tertarik dengan mu. Kau terlihat sangat tampan dan keren seperti pangeran, kau juga ramah senyum terhadap semua orang. Sejak saat itu jugalah aku mulai terus memperhatikan mu, memperhatikan kebiasaan mu, hobi mu, dan berbagai hal lainnya."
"..."
(Jadi aku sudah diperhatikan olehnya selama itu?)
(Mengerikan sekali!)
"Lalu saat aku mengikuti mu pulang, kau bertemu dengan Eru-chan dan aku tahu kalau kau mencintainya pada pandangan pertama. Dari tatapan dan ekspresi tidak biasa mu itu, aku tahu kau sedang jatuh cinta dan terus melirik ke arah Eru-chan."
"..."
"Aku kesal setelah mengetahui hal itu dan aku pun membuat keenam teman sekelas ku sendiri untuk membenci Eru-chan, lalu-"
"Hentikan, aku tidak ingin mendengarnya lagi!"
"Uh."
Fuwa Kei, secara alami Yuuta telah menganggapnya musuh karena dia sudah membuat Chitose merasa kesulitan.
Wajah Fuwa terlihat merah, matanya juga berkaca-kaca, dan tatapan kosongnya menatap ke arah Yuuta, lalu dengan gugup dia mulai membuka mulutnya lagi saat Yuuta menyuruhnya untuk berhenti bicara.
"Yuuta Maru-kun, aku mencintai mu! Hiks ... hiks ..."
Fuwa lalu mengaku pada Yuuta sambil mengeluarkan air matanya, dia terus menangis hingga membasahi wajahnya.
(Yah, jadi ini semua masalah waktu.)
Yuuta yang mendengar pengakuan dari Fuwa dan beberapa ceritanya, dia hanya berpikir kalau semua itu hanya masalah waktu. Andai saja Fuwa lebih percaya diri untuk mendekatinya, maka ada kemungkinan Yuuta tidak akan jatuh cinta dengan Chitose, itulah yang dia pikirkan.
"Maaf, aku tidak bisa membalas perasaan mu. Kau tahu? Ini pertama kalinya aku merasa jatuh cinta pada seseorang, jadi aku juga tidak tahu harus berbuat apa."
"Hiks ... hiks ..."
Sambil terus menyeka air matanya dengan lengannya sendiri, Fuwa terus memberanikan diri untuk menatap Yuuta.
"Fuwa-chan, apa yang akan kau lakukan mulai sekarang? Mencintai ku akan menjadi hal yang sia-sia karena aku hanya mencintai Eru Chitose."
"Hiks ... entahlah, menurut mu apa yang harus kulakukan?"
"Bagaimana dengan mencintai orang lain menggantikan diriku?"
"Itu sulit, ta-tapi aku merasa bersalah karena melibatkan Eru-chan ke dalam urusan ku sendiri. Bahkan kau juga di diskors karena diriku. Tolong maafkan aku yang bodoh ini, Yuuta-kun! Aku pasti yang terburuk dan sangat tidak layak untuk menjadi pasangan mu!"
"Jika kau merasa bersalah, minta maaflah pada Eru-chan! Dan juga, tolong luruskan rumor yang berterbaran itu! Itu saja, aku tidak keberatan dengan apa yang sudah terjadi. Tapi aku akan sulit memaafkan mu jika Eru-chan masih merasa kesulitan."
"..."
"Kalau begitu, aku pergi dulu! Waktu istirahat akan segera habis."
Yuuta pun pergi meninggalkan Fuwa dengan keadaannya yang masih penuh dengan rasa bersalah. Entah dia akan menjadi musuh bagi Yuuta atau tidak, itu tergantung pada perbuatan Fuwa terhadap Chitose nanti.