~ Sudut pandang beralih ke Fuwa Kei ~
"Maaf, Chiko-kun!," ucap Fuwa.
"Ada apa tiba-tiba? Kau memanggil ku karena cuma ingin meminta maaf?," tanya Chiko bingung.
"Ya, aku sudah membuat banyak kesalahan. Sekali lagi, maaf!"
"Kau ini kenapa sih? Aku tidak mengerti."
Waktu istirahat tersisa 10 menit lagi, Fuwa yang ditinggalkan oleh Yuuta dengan penuh perasaan bersalah memanggil Chiko yang ada di kelas 1-A untuk segera datang ke klub manga. Kini hanya ada Fuwa dan Chiko di dalam ruangan klub manga.
Tentu saja Chiko tidak mengerti dengan apa yang sudah terjadi, apalagi melihat Fuwa yang tiba-tiba meminta maaf padanya.
"Hoi, kau kenapa?," tanya Chiko.
"Hiks ... hiks ..."
Seusai dengan meminta maaf pada Chiko, Fuwa mulai menangis dan tentu saja Chiko semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Fuwa-chan? Kenapa kau menangis?," tanya Chiko lagi.
"Hiks ... aku yang terburuk!"
"Apa maksud mu?"
Melihat Chiko yang bingung, Fuwa secara perlahan mulai menjelaskan tentang apa yang terjadi.
"Hiks ... Chiko-kun, aku sudah membuat teman baik mu mendapatkan hukuman. Yuuta-kun, dia di diskors karena aku!"
"Hah? Kau bilang apa?"
"Maaf, Chiko-kun! Sebenarnya aku menyukai Yuuta-kun hingga melakukan cara licik untuk menyingkirkan Eru-chan, melalui teman sekelas ku sendiri."
"Eh, kau menyukai Yuuta?"
"Ya, aku sangat menyukainya hingga berusaha melakukan apapun untuk mendapatkannya."
Fuwa berusaha untuk berhenti menangis agar Chiko mengerti dengan penjelasannya. Dia merasa itu memang sulit, tapi dia tetap mengusahakannya.
Dengan sedikit menahan air matanya sendiri, Fuwa mulai membuka mulutnya dan berbicara.
"Chiko-kun. Aku telah membuat rumor aneh tentang kejadian kemarin dan mengacaukannya, padahal akulah dalang di balik semua kejadian itu."
Chiko terdiam untuk sesaat, lalu dia menatap Fuwa dengan tatapan serius.
"Kenapa kau melakukannya? Bukankah Eru-chan tidak ada hubungannya?"
"Itu karena aku membenci Eru-chan, aku merasa kalau dia sangat curang. Aku kesal melihat Yuuta-kun langung jatuh cinta pada Eru-chan hanya dengan sekali melihatnya."
Tatapan Chiko semakin serius setelah dia mendengarkan penjelasan dari Fuwa. Lalu Fuwa yang merasa ditatap dengan serius hanya bisa memalingkan sedikit wajahnya dari tatapan Chiko.
"Fuwa-chan, apa hal itu mengganggu kegiatan klub manga kita?," tanya Chiko dengan nada tegas.
"Eh? Kenapa kau menanyakan itu?," kata Fuwa bertanya balik.
Fuwa dibuat bingung dengan pertanyaan mendadak dari Chiko, apalagi Chiko juga tidak terlihat marah padahal Fuwa merasa kalau kelakuannya sudah keterlaluan.
"Karena aku tidak peduli dengan itu, tapi jika saja itu menghancurkan klub manga ... maka aku sendiri akan berusaha untuk membela dan mencari sisi baik mu, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja," jawab Chiko.
"Chiko-kun, kau baik sekali! Hiks ..."
Fuwa mulai menitikkan air matanya lagi karena merasa terharu, dia tidak menyangka kalau Chiko memaafkannya begitu saja.
"Yuuta adalah sahabat ku, tapi kau juga orang yang penting bagiku ... tanpamu, klub manga ini tidak akan ada. Dan juga, kurasa kau sudah menyesal dengan apa yang kau lakukan, ketua."
"Ya, kau benar ... aku sangat menyesal."
"Persetan dengan hubungan Yuuta dan Eru-chan, kehidupan 2D pasti lebih menarik. Jadi ketua, bisakah kita berdua mempertahankan klub manga ini?"
Dengan tatapan penuh keyakinan, Chiko mengajak Fuwa untuk mempertahankan klub manga yang sudah menjadi tempat yang nyaman bagi mereka berdua. Fuwa dengan penuh susah payah mempertahankan klub manga dan dengan bantuan dari Chiko, pada akhirnya klub manga bisa bertahan seutuhnya.
Setiap klub harus memiliki anggota minimal 5 orang, jika kurang dari itu maka klubnya akan dibubarkan dan diganti dengan klub baru dengan anggota yang lebih banyak.
Dulunya klub manga terancam bubar karena mereka hanya beranggotakan 4 orang, saat itu Fuwa kesulitan untuk mencari satu anggota karena kebanyakan orang menganggap kalau klub manga itu tidak berguna dan hanya buang-buang waktu. Kemudian datanglah Chiko yang dengan sukarela menawarkan dirinya untuk bergabung, dan tentu saja itu menyelamatkan keberlangsungan klub manga.
"Hiks ... Chiko-kun, kau," ucap Fuwa sambil merasa terharu.
"Terima kasih, Chiko-kun! Kau membuat ku merasa jauh lebih baik," sambungnya lagi.
"Aku tidak berbuat apa-apa, aku hanya merasa kalau semuanya akan gawat jika klub ini bubar."
"Kau sangat senang berada disini, ya ... Chiko-kun?"
"Tentu saja. Lalu ketua, bagiku klub ini sangat berharga. Saat mendengar tentang klub manga, aku langsung bersemangat ingin bergabung ke dalamnya. Aku merasa senang saat ada orang yang memiliki kesamaan hobi denganku."
"Begitu? Syukurlah!"
Lalu dengan perasaan lega, Fuwa kembali tersenyum setelah menangis beberapa menit.
"Waktu istirahat hampir habis ... jadi kau boleh pergi, Chiko-kun!"
"Baik, ketua! Jangan ragu untuk bicara padaku jika ada masalah lagi!"
"Ya, terima kasih ... Chiko-kun!"
Chiko pun menuruti perintah Fuwa dan kembali ke kelasnya.
Kini hanya Fuwa tersisa sendirian di ruangan klub manga, dia terus merenungi atas apa yang sudah dia lakukan. Tapi setelah membicarakannya dengan Chiko, Fuwa merasa sedikit lega dan dia jadi tahu tentang hal apa saja yang harus dia lakukan kedepannya.
"Aku harus menebus kesalahan ku dan meminta maaf pada mereka!," gumam Fuwa.
Fuwa telah menyesali perbuatannya dan merasa kalau apa yang telah dia perbuat memang sangat keterlaluan. Dia terlalu mencintai Yuuta hingga melibatkan orang lain dalam urusannya itu, padahal Fuwa sendiri yang terlalu malu untuk memulai pertemuan dengan Yuuta.
Pada akhirnya, Fuwa menyalahkan dirinya sendiri karena hal itu. Fuwa jadi berandai-andai kalau saja dia bisa lebih berani untuk menemuinya, dan tentu saja dia menyadari satu hal setelah melihat perkembangan hubungan yang cepat di antara Yuuta dengan Eru.
"Aku kalah dengan takdir, ya," gumamnya lagi.
Benar sekali, takdir. Siapapun tidak akan bisa mengubah takdir. Yuuta dan Eru telah ditakdirkan bersama, begitulah yang dipikikan oleh Fuwa. Dia tidak ditakdirkan bersama dengan Yuuta, lalu yang pasti Fuwa berharap kalau dia akan mendapatkan yang lebih baik dari Yuuta.
Fuwa tidak dapat lagi berharap dengan apa yang sudah mustahil untuk didapatkannya, jadi dia hanya bisa berharap pada hal lain saja. Semuanya akan sia-sia saja jika Fuwa terus berharap agar takdirnya bisa berubah lalu berhubungan dengan Yuuta.
"Aku juga harus kembali ke kelas."
Selesai memikirkan banyak hal tentang Yuuta, Fuwa berniat untuk fokus menghadapi masalah yang sudah dia buat sendiri, lalu setelah itu barulah dia akan melupakan Yuuta dan mencari orang baru sesuai perkataannya.
Mencari orang baru memang terasa sulit, karena Yuuta selalu saja ada dalam pikirannya. Fuwa tahu kalau itu akan membutuhkan waktu dan dia memang harus bisa melakukannya. Waktu akan terus berjalan tanpa memberhentikan apapun. Bahkan saat Fuwa tidak bergerak sama sekali, waktu pasti akan terus berjalan.
Ketika Fuwa kembali ke kelasnya, waktu pun masih terus berjalan.