Chereads / CHUURIPPU / Chapter 8 - BAB 7: Kehidupan Biasa Chitose

Chapter 8 - BAB 7: Kehidupan Biasa Chitose

~ Sudut pandang beralih ke Eru Chitose ~

( ... ) = Monolog Eru Chitose

Ini adalah sehari setelah kejadian perundungan di atap sekolah yang melibatkan Chitose dan juga Yuuta. Karena kejadian itulah beberapa orang yang terlibat diberikan sanksi berupa diskors dalam waktu yang ditentukan, termasuk Yuuta yang di diskors selama tiga hari, sedangkan ke-enam orang yang merundung Chitose di diskors satu minggu.

Kehidupan Chitose di sekolah jadi agak berbeda sejak kejadian kemarin. Biasanya dia selalu diejek dan diabaikan oleh teman sekelasnya sendiri, tapi sekarang Chitose mulai dihargai oleh mereka.

(Bagaimana ini?)

Saat ini adalah waktu istirahat. Chitose sedang berada di kelasnya sendiri, dia merasa bingung karena dikelilingi oleh banyak orang yang merasa penasaran dengan kejadian di atap kemarin.

"Hei, Eru-chan! Kudengar kau diselamatkan oleh sang pangeran? Apa itu benar?"

"Eru-chan, aku merasa iri karena dia telah menyelamatkanmu."

"Ya kan? Yuuta-kun sangat keren, aku menyukainya!"

Chitose dibanjiri banyak pertanyaan oleh teman sekelasnya. Disini Chitose sedikit tidak menyangka kalau Yuuta adalah orang yang lumayan populer, padahal Yuuta sendiri juga tidak menyadari kalau dia dikenal banyak oleh para gadis.

"Y-ya, dia menyelamatkanku," jawab Chitose dengan gugup.

"Wah ... kau jadi mirip dengan karakter utama dalam manga romcom, Eru-chan!," balas teman sekelasnya.

"..."

"Aku adalah gadis yang suram, tapi sang pangeran sekolah menyukaiku! Judul yang bagus bukan?"

"A-anu."

Chitose tidak tahu harus bicara apa, jadi dia memutuskan untuk diam saja.

(Apa aku karakter utamanya?)

"Lalu, Eru-chan. Bagaimana pendapatmu tentang Yuuta-kun? Kau menyukainya?"

"Eh?!"

Saat ditanya seperti itu, wajah Chitose mendadak memerah, bahkan dia sempat memegangi wajahnya untuk sesaat sebelum dia kembali melepaskannya.

(Apa aku, menyukainya?!)

"A-aku tidak tahu," jawab Chitose malu-malu.

Untungnya, secara perlahan teman sekelasnya Chitose pergi keluar karena ingin makan siang. Kini hanya tersisa satu orang yang terlihat masih ingin berbicara dengan Chitose.

"Kau sangat mudah ditebak, Eru-chan!," kata teman sekelasnya sambil menepuk punggung Chitose.

"Ti-tidak, aku benar-benar tidak tahu!"

Sejauh apapun Chitose berusaha menyangkalnya, wajahnya semakin memerah.

"Ya ... ya, kau akan tahu nanti!"

"Oh iya, kurasa hari ini kelas terasa lumayan kosong karena 6 orang sedang di diskors."

Teman sekelasnya mengalihkan topik, dan tentu saja dia akan membahas tentang kejadian di atap karena penasaran.

"Eru-chan, apa saja yang terjadi di sana?"

"Emm ..."

Chitose ingin bercerita tapi dia bingung mau mulai dari mana, terlebih lagi dia tidak pandai berkomunikasi. Perlahan, Chitose membuka mulutnya.

"Yah ... me-mereka berenam membawaku ke atap dan mempermainkanku, lalu Yuuta-kun datang dan menghajar ketiga lelaki itu."

"Heh? Dia keren sekali! Maaf karena tidak bisa membantumu, Eru-chan!"

"Tidak apa, tapi bisakah aku bertanya padamu?"

Chitose merasa penasaran dengan Yuuta dan dia pun berniat bertanya pada teman sekelasnya.

"Ya, aku akan menjawabnya sebagai permintaan maaf."

"Menurutmu Yuuta-kun itu orang seperti apa?"

"Kau ingin mengenalnya lebih jauh? Kukira kalian sudah sangat dekat."

"Kami kenal tidak lama ini, secara kebetulan."

"Sudah kuduga, kau itu memang karakter utamanya! Oh, maaf ... aku kelepasan! Menurutku, Yuuta-kun adalah tipe orang yang baik hati, kalem, dan ramah senyum pada semua orang. Dari sikapnya itulah, dia diam-diam populer di kalangan gadis dan dijuluki sebagai pangeran. Jujur saja, aku agak terkejut karena dia bisa membuat seseorang mengalami patah hidung hingga di diskors 3 hari. Tapi dia tetap keren karena bertindak untuk orang lain!"

(Jadi begitu, pangeran ya?)

"Terima kasih, Fuwa-chan!"

"Ya, aku akan senang jika kau bisa berpacaran dengannya."

Gadis yang sedaritadi berbicara dengan Chitose adalah Fuwa Kei, atau biasa dipanggil Fuwa-chan. Dia adalah gadis berambut hitam panjang dan lurus dengan tatapan mata yang penuh bersemangat, dan yang pasti dia berkebalikan dengan Chitose.

"Itu ... mu-mustahil," kata Chitose dengan pelan.

"Hah? Kenapa?!," tanya Fuwa sambil merasa terkejut.

Sedari awal, Chitose tidak berniat untuk dekat dengan lelaki dan menjalin hubungan. Itu karena dia memiliki masalah dengan keluarganya, jadi Chitose tidak memiliki waktu untuk berhubungan romantis dengan siapapun.

Hampir setiap hari ayah dan ibu Chitose bertengkar hebat, tapi anehnya mereka tidak melakukan perceraian. Chitose adalah anak pertama, dia memiliki seorang adik yang merupakan seorang lelaki, namanya Eru Ryusuke. Alasan ayah dan ibu Chitose bertengkar sebenarnya karena salah paham, tapi kesalahpahaman itu terus berlanjut hingga sekarang.

Chitose berusaha meluruskan kesalahpahaman itu tapi percuma saja, karena itu bukan salah paham biasa. Ayah Chitose mengira kalau Chitose adalah anak dari pelacur karena sebelumnya Ibu Chitose selalu melakukan pergaulan bebas. Mengetahui kalau dirinya yang menjadi sumber permasalahan, Chitose jadi merasa bersalah.

(Andai saja aku tidak lahir, orang tuaku pasti hidup rukun.)

Chitose selalu menganggap kalau dia adalah anak yang tidak diinginkan, jadi dia bersekolah dengan penampilan yang berbeda dengan tujuan untuk menjadi dirinya sendiri. Tapi bukannya menjadi diri sendiri, masalah Chitose menjadi semakin bertambah karena mengalami perundungan.

Chitose merasa takut setiap hari saat bersekolah, tapi dia tetap memaksakan diri untuk datang. Dia tidak ingin menambah beban orang tuanya, jadi Chitose selalu diam saat dia sudah banyak mengalami perundungan.

"Eru-chan?"

"Eh, ya ... maaf!"

Saat tenggelam dalam lamunannya, Chitose disadarkan oleh Fuwa.

"Kau khawatir padanya?," tanya Fuwa.

"A-aku tidak tahu," jawabnya singkat.

Pertanyaan dari Fuwa membuat Chitose bingung.

Siapa yang dikhawatirkan olehnya? Apakah orang tuanya? Atau Yuuta Maru?

Ternyata jawabannya cukup membuatnya menjadi tambah bingung.

(Kenapa aku lebih mengkhawatirkan Yuuta-kun ketimbang orang tuaku sendiri?)

"Eru-chan, kau melamun lagi!"

"Ah, maaf!"

Lagi, Chitose tenggelam dalam lamunannya dan kembali disadarkan oleh Fuwa.

"Jika kau merasa khawatir, kenapa tidak datangi saja ke rumahnya?"

"Eh? Tapi aku tidak tahu apapun."

(Apa tidak masalah jika aku datang ke rumahnya?)

"Ya, memang sih. Yuuta-kun terkesan misterius jika dilihat dari dalam, tapi dari luar dia seolah memancarkan aura seorang siswa SMA biasa yang diam-diam populer."

"Apa maksudmu?," tanya Chitose penasaran.

"Ini hanya pemikiranku, jadi jangan dipikirkan! Kalau gitu, aku pergi makan dulu," jawab Fuwa dengan santai.

"Oh, iya."

Lalu tak lama, Fuwa pergi meninggalkannya karena ingin menikmati waktu istirahatnya.

Setelah berbicara cukup lama dengan Fuwa, Chitose jadi sedikit mengetahui tentang Yuuta, orang yang menjadi perhatiannya belakangan ini. Bagaimana tidak, Yuuta selalu muncul disaat Chitose benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Chitose pernah pasrah dengan apa yang akan terjadi saat sampai di rumahnya, itu karena dia sangat terlambat untuk pulang dan tentu saja orang tuanya akan sangat marah. Di jalanan yang sepi sambil membawa setangkai bunga tulip ungu, Chitose hendak menitikkan air matanya, tapi kemudian seseorang memanggilnya dan Chitose menjatuhkan bunga tulip itu karena terkejut.

Orang itu adalah Yuuta Maru. Bagi Chitose, dia adalah seorang penyelamat dengan senyumannya itu, apalagi saat memberikan Chitose bunga tulip ungunya yang terjatuh. Lalu saat berbicara singkat dengannya, entah kenapa Chitose merasa lega. Dia jadi bisa memikirkan orang itu saat sedang merasa takut, sedih, atau apapun itu lalu merasa tenang setelahnya.

Kira-kira sejak hari itulah, kehidupan Chitose berubah menjadi kehidupan biasa.