Chereads / The Tyrant Duke Altham[Malay] / Chapter 3 - 2. Labirin

Chapter 3 - 2. Labirin

"B.."

"Buruknya.."

Eloise menatap datar pintu di hadapannya. Kondisi pintu depannya sangat buruk. Dengan cat berwarna bekas biru tua yang pudar dan mengelupas. Terdapat lubang-lubang kecil. Pintu itu terlihat seperti zaman feudalisme yang sudah tua, tiada yang menjaga atau memperbaruhinya. Eloise dapat melihat barisan semut-semut bergerak.

"Haaa.."

Eloise menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan beberapa kali dan menggeleng untuk mereda rasa tidak aman dan pening. Dia menggenggam erat tombol pintu itu dan memulasnya perlahan.

Sebuah meja kecil bersama dengan dua kerusi yang saling berhadapan.

Eloise tidak merasa akan kehadiran seseorang dalam ruangan itu. Tanpa berfikir panjang, gadis itu melangkah masuk dan pintu tua itu tertutup dengan sendirinya lalu menghilang.

'S-saya terperangkap sudahkah?'

Eloise tertawa pelan.

"Heh..Matilah saya untuk kali kedua"

Eloise sudah mengaku kalah. Dia menundukkan kepalanya sedikit ke depan. Bibirnya secara tidak sedar ke depan.

"Haa.. Baik saya duduk dulu. Sudah penat saya jalan dari tadi"

Gadis itu duduk di salah satu kerusi yang ada. Dia menarik nafasnya.

"Hhaaa..."

Eloise memejamkan matanya. Kepalanya berada di atas meja dengan kedua tangan melingkari wajah.

+

+

+

^

'Di mana pula saya ini...'

Mata gadis itu terpejam dengan senyuman yang senget. Kepalanya sangat pusing dengan situasi yang dialami. Dia memegang kepalanya dengan tangan tangan kanan.

Eloise membuka matanya untuk memerhati situasi yang dia berada. Kini dia berada di dalam satu ruangan yang serupa seperti pejabat. Terdapat banyak buku-buku yang tersusun di dalam almari. Ada meja dengan Dua sofa yang panjang dan saling berhadapan dan dekat dengan pintu. Dari arah dinding yang menghadap pintu, terdapat kerusi yang seperti kerusi bos syarikat tetapi kayu dengan kusyen dan meja yang tepinya ditempati satu dua buku, beberapa fail dengan timbunan kertas tersusun rapi di atas.

Dengan menghela nafas kasar, Eloise bergerak ke arah sofa dan duduk. Dia meletakkan kedua belah kakinya ke atas sofa. Dia tersenyum sambil memejamkan matanya. 'Mari kita tidur dalam tidur. Teringat aku dengan cerita adik aku, Elise. Dia mimpi satu yang menakutkan dan dia tidak dapat bangun. Setiap kali dia bangun, dia masih dalam mimpi. Kalau bukan sebab Elena yang sedang tidur tidak sengaja meletakkan tangannya dengan kasar di atas muka Elise, Elise mungkin tidak akan terjaga. Namun akhirnya, dia mengamuk dengan Elena yang menumbuk mukanya dengan senyuman di muka seperti sedang mimpikan perkara yang senang'. Eloise senang dengan kenangan semasa dia masih hidup sehingga dia tidak perasan jika ada seseorang yang melangkah masuk ruangan itu.

Pkkk...

Matanya kembali terbuka. Eloise membetulkan posisi duduknya dan melihat seorang lelaki yang berpakaian mewah dan gaya bajunya seperti zaman yang ada hiarki seperti bangsawan. Macam mana Eloise tahu? Gadis ni pernah belajar sejarah dan baca buku tentang reinkarnasi transmigrasi ke zaman lampau, tau!

Matanya tidak lepas dari figura yang berjalan ke kerusi ala bos tapi kayu itu.

Tak lama kemudian, pintu kembali terbuka dan sosok yang serupa seperti lelaki itu tapi lebih muda, lebih kurang lapan tahun, melangkah masuk dengan wajah sedikit gelap dan tidak memiliki sebarang ekspresi.

"Ayah" ucap sosok itu.

Lelaki yang dipanggil 'ayah' menatap sosok muda itu dengan ekspresi gelap. Mata lelaki itu sangat tajam sehingga Eloise yang bagai halimunan merasa tidak senang. 'Apa lelaki tu mahu lakukan kepada anaknya itu. Kalau pasal perkara kecil, jangan dibesarkan sehingga memutuskan hubungan keluarga ye..'

"Sudah berapa kali ayah kata tentang pakcik Dresden. Ayah kata, jangan dekat dengan dia dan keluarga dia sama seperti abang-abang kamu yang bodoh itu! Kenapa kamu masih bergaul dengan mereka? Esther"

Sosok muda yang dipanggil Esther itu terdiam buat seketika sebelum membuka mulutnya. Esther menatap ayahnya yang tajam.

"Itu hanya salah faham. Saya hanya melintas dan terserempak dengan mereka. Ayah. Kenapa ayah biarkan abang-abang saya dekat dengan mereka?"

'Masalah keluarga ke ini?' bisik Eloise sambil makan keripik yang datang entah dari mana. Eloise tidak mempersoalkan dari mana dan memuji rasa keripik itu. 'Tontonan drama keluarga secara `live` gitu'