Chereads / The Devil Tears : Lord of The Night / Chapter 17 - Arc 1 Chapter 17 : Quest pertama

Chapter 17 - Arc 1 Chapter 17 : Quest pertama

Paginya, Luciel dan Liz sedang sarapan di lantai 1 penginapan.

"Hey, Ciel. apa pendapatmu tentang seorang Hunter?" tanya Liz.

"Aku pernah bertemu seorang hunter dan melihat cara dia membasmi monster," jawab Luciel.

Waktu itu ketika Luciel baru direkrut menjadi murid gurunya, dia disuruh untuk mencari kayu untuk keperluan gurunya membuat berbagai peralatan. Namun dia diberitahu oleh seorang prajurit patrol, sendang ada pembasmian sebuah monster di hutan dekat kota. Luciel melihat bagaimana 3 orang hunter mempersiapkan dengan teliti apa saja yang harus dibutuhkan untuk membunuh monster yang diburunya.

"Mereka adalah orang – orang khusus untuk memburu monster, mereka bahkan lebih memiliki pengalaman yang lebih banyak ketimbang para ksatria dalam menangani monster," jelas Luciel.

Karena melatih Ksatria sangatlah membutuhkan waktu, menyebabkan jumlah mereka yang tidak terlalu banyak dan membuat para penduduk mendapatkan respon yang lama jika mereka memohon kepada para ksatria. Maka, biasanya para penduduk lebih sering meminta ke Guild untuk mempekerjakan hunter mereka. Karena itulah ketika berurusan dengan monster, para hunter lebih dipercaya.

"Hunter – hunter yang memiliki Rank Silver ke atas biasanya akan membentuk sebuah tim," ungkap Luciel.

"Kenapa? "

"Aku tidak tahu alasan pastinya, mungkin jika mereka bekerja sebagai tim, maka mereka bisa mengalahkan monster yang lebih kuat dan tingkat keselamatan mereka bertambah," jelas Luciel.

"Untuk saat ini hanya aku dan Ludwig saja," ungkap Liz.

"Kurasa tidak apa – apa jika hanya melakukan misi – misi level rendah."

Setelah mereka selesai sarapan, Luciel lalu pegi ke tempat tempa sedangkan Liz pergi ke Guild.

**********

Liz POV

Liz sedang menunggu kedatangan Ludwig dan duduk disudut Guild, namun empat orang pria datang menghampirinya.

"Hey gadis manis, bergabunglah dengan grup kita," ucap seorang pria.

"Kita akan bersenang – senang bersama hehe."

4 orang hunter yang memiliki Rank Cooper lalu mengajaknya untuk bergabung dengan mereka.

"Kau tahu, banyak pemula sepertimu yang mati saat menjalankan Quest pertama mereka," ujar salah satu hunter tersebut.

"Tapi, jika kau bersama kami. Kau akan aman dan akan mendapatkan pengalaman yang berharga," jelasnya.

Seorang pria dengan tubuh agak kurus menyeringai kepada Liz.

Di kelilingi banyak pria membuat Liz mulai gugup

"Hey kalian menyingkir lah, dia sudah memutuskan untuk melakukan Quest denganku," ucap seseorang di belakang mereka.

Ludwig pun datang menghampiri Liz dan menempatkan diri diantara mereka.

"Heh, bocah ingusan sepertimu bisa apa? Jangan sok kalau kau masih Beginner sampah," ujar salah satu hunter tersebut.

"Hey Koszak, mengapa kau membully para Rookie disini." Dibelakang mereka muncul seorang pria besar tegap dan membawa pedang besar di punggungnya.

"Ah, bang Ray. Aku hanya ingin menemani Rookie ini dalam Quest pertama mereka. Seperti yang kau tahu, tidak sedikit para Rookie itu terlalu percaya diri dan mengacaukan Quest bahkan sampai kehilangan nyawa mereka," Koszak, Pria yang berusia sama dengan Ludwig lalu menjawabnya.

"Pergilah kalian, kudengar mereka sedang mengadakan Quest pembasmian di sekitar hutan. Baru – baru ini muncul kawanan Goblin berjumlah besar Di hutan Alema. Mereka baru saja menyerang rombongan Caravan dan mengakibatkan banyak Caravan Guard yang mati. "

Mendengar ini, Ludwig menjadi suram.

"Benarkah bang Ray? " tanya Koszak.

"Iya, Quest ini di Klasifikasikan Tingkat C karena banyaknya jumlah goblin. jadi lumayan buat kalian yang ingin segera ingin upgrade ke Rank Silver karena di sana juga akan ada para ksatria suci," jelasnya.

Mendengar ini mereka berempat langsung bersemangat dan pergi menghampiri Papan Buletin Quest.

"Maafkanlah mereka, mereka awalnya memiliki 5 anggota," ungkap Ray.

Ray lalu menjelaskan perilaku 4 hunter tadi kepada Liz dan Ludwig.

"Ketika masih Rank Novice, mereka melakukan sebuah Quest tingkat E. Namun perbedaan antara Quest tingkat F dengan E adalah, Quest tingkat F tidak memiliki tingkat kematian sama sekali. Sedangkan untuk tingkat E, monster – monsternya bisa mengakibatkan cidera fatal bahkan kematian jika kalian lengah. Dan kalian bisa menebak apa yang mereka alami pada saat itu."

Ray adalah mentor dari 5 hunter tersebut. Dia selalu merasa bersalah ketika mengingat kejadian tersebut.

"Saranku, jika kalian ingin melakukan Quest yang tingkatnya diatas Rank kalian, sebaiknya menyewa jasa para hunter senior agar bisa mengarahkan kalian dalam kondisi – kondisi tertentu saat menjalankan Quest " setelah Ray memberi saran ke mereka berdua, dia pun lalu pergi ke sekelompok hunter.

"Bagaimana menurutmu Ludwig? " Liz betanya langkah selanjutnya.

"Kurasa kita akan coba Quest tingkat F terlebih dahulu," jawab Ludwig.

" lOk "

Mereka berdua pun lalu menghampiri papan bulletin dan melihat Quest yang cocok dengan mereka.

Quest Tingkat F

Mencarikan 20 tanaman Minze ( imbalan 2 Ral )

Menjaga Ternak ( imbalan 1 Ral )

Membunuh Hama Burung Falke ( imbalan 4 Ral )

Membantu Penyembuhan di Kuil ( imbalan 3 Ral )

Liz sudah bisa membaca sedikit Huruf – huruf yang ada di buletin dan melihat Quest – quest yang tersedia.

"Kau mau mengambil yang mana Ludwig?" tanya Liz.

"Kurasa kita akan membasmi burung hari ini," jawab Ludwig dengan tersenyum.

**********

Tang! Tang! Tang! Suara logam beradu. Luciel sedang menempa sebuah pedang dengan palunya. Luciel sudah menempa sebanyak 3 pedang walaupun usia nya masih muda, dia tidak ketinggalan dengan para pekerja lainnya yang sudah dewasa.

"Heh, kau cukup terampil anak muda." Seorang pria lalu membuka percakapan dengannya sambil memukuli sebuah pedang.

"Nah tidak juga, kurasa aku sudah mulai kelelahan haha. Namaku Luciel," ucap Luciel.

"Sebentar lagi kurasa lonceng kedua akan berbunyi dan kau bisa memanggilku Zack."

Merekapun tak lama kemudian mendengar suara lonceng berbunyi.

"Fiuhhh, akhirnya waktunya istirahat, " Ucap Luciel.

"Ayo kita makan bersama," Zack mengajak Luciel.

"Baiklah."

Luciel lalu mengikuti pria tersebut ke sebuah dapur. Dia lalu mengambil sebuah roti dan kentang. Mereka lalu duduk di sebuah meja dekat gerbang.

"Kau tahu, sebelum perang bos selalu memberikan kita keju dan ikan ketika makan siang tiba," ucap Zack sambil menggigit roti yang dimilikinya.

"Kurasa peperangan ini akan berlangsung lama," ungkapnya.

"Kenapa? " Luciel penasaran

"Para Nordland adalah bangsa yang suka akan kekerasan, mereka tidak mempunyai keahlian lain selain bertarung kau tahu," jelasnya.

"Lalu bagaimana mereka bertahan hidup selama ini?" tanya Luciel.

"Mereka kebanyakan berpetualang menjadi prajurit bayaran dan sebagian besar para bajak laut yang ada di lautan sekitaran benua ini adalah para Nordland. Mereka hanya mengandalkan penjualan produk tambang untuk pendapatan keseharian mereka," jelasnya.

"Apa benar jika peperangan akan mengakibatkan Konjungsi Dimensi lebih cepat muncul?" tanya Luciel.

Konjungsi Dimensi adalah dimana terhubungnya benua Asgardia dan Benua iblis yang menyebabkan keluarnya para monster – monster yang berada di benua iblis ke benua Asgardia. Konjungsi yang terakhir yaitu pada 30 tahun lalu di Republik Aquilla.

Dibutuhkan waktu 6 bulan dan kerja sama 4 negeri untuk mengatasi bencana itu.

"iyah, para orang di Teokrasi mengatakan, jika manusia banyak yang mati di satu waktu dan tempat yang sama, maka para Soulmancer Devil Cult dapat memanen arwah mereka untuk jadi katalis Konjungsi tersebut," Zack menjawab pertanyaan Luciel.

Maka dari itu Teokrasi Geneva selalu aktif dalam melakukan mediasi ketika ada peperangan.

"Aku harap, manusia lebih menyalurkan kekuatan mereka untuk menghabisi para monster ketimbang saling bunuh satu sama lain." ucap Luciel, mengeluarkan pendapatnya.

"Bahkan sekarang di saluran pembuangan air sedang berkeliaran banyak tikus gigi besar, namun Kerajaan lebih berfokus mengerahkan pasukannya dalam perang ini. Jka dibiarkan, mereka akan berkembang biak cepat dan akan memenuhi kota, " balas Zack.

"Apakah tikus itu berbahaya? "

"Jika kau digigit dan tidak ditangani dengan cepat bisa berakibat fatal, kurasa besok Guild akan melakukan pembasmian," jelasnya.

Setelah mereka menyelesaikan makan siang, mereka pun meneruskan pekerjaan mereka.

**********

Liz POV

Di wilayah luar sekitaran Kota terdapat beberapa peternakan, namun pada hari ini terdapat seorang pria dan gadis yang sedang membasmi burung Falke yang sering memangsa ternak para penduduk kota.

Burung Falke memiliki ukuran 1 meter yang membuat penduduk lumayan kesulitan untuk memburunya.

"Hey Liz, kau sudah membunuh berapa burung itu?" tanya Ludwig.

"8 ekor," jawab Liz.

Liz lalu berkonsentrasi mengumpulkan mana dan menyalurkan ke pedangnya, lalu menebaskan pedangnya ke arah salah satu burung yang sedang melayang. Ciakkk!!! Burung itu lalu terbakar dan terlihat ada luka sayatan di tubuhnya.

"Sekarang 9," ucap Liz dengan puas setelah memperlihatkan teknik barunya.

"Hey, sejak kapan kau bisa melakukan sihir?" Ludwig yang sudah memburu burung – burung itu selama 2 jam hanya baru bisa membunuh 2 ekor saja.

"Ciel mengajariku beberapa teknik sihir yang baru saja dia pelajari pada gulungan sihir," ungkap Liz.

"Begitukah."

"Ya, mau ku ajari? " Liz lalu berdiri dengan dua tangannya menekan pedang ke tanah layaknya seorang master sedang menasehati muridnya

Ludwig yang melihatnya terasa sangat jengkel karena dia yang terbiasa mengajari Liz tentang teknik berpedang.

"Baiklah-baiklah, kita bereskan dulu Quest ini dan kumpulkan salah satu bagian tubuh burung itu untuk kita berikan sebagai bukti ke Guild "

Setelah beberapa jam kemudian mereka telah berhasil membasmi semua burung yang ada disekitar peternakan.

"Hahh...hah...aku lelah sekali terus – terusan lompat," ujar Ludwig.

"Iya, manaku juga hampir habis," balas Liz.

"Ayo kita kembali ke Guild dan membuat laporan, " ajak Ludwig.

Sesampainya di Guild, mereka lalu menghampiri meja resepsionis

"Ada yang bisa kubantu anak muda? " tanyanya.

" Kami ingin melaporkan Quest yang kami selesaikan." Ludwig lalu menaruh karung yang berisi bagian tubuh dari burung Falke

"Pergilah dan bawa karung itu di gudang belakang gedung, dan berikanlah kepada seorang pria paruh baya di sana," Ludwig lalu pergi keluar membawa karung tersebut.

"Tolong berikan kartu huntermu, aku akan memperbarui informasinya," ucap resepsionis tersebut.

"Baiklah. "

Setelah selesai dengan urusannya di meja resepsionis, mereka lalu mendapatkan imbalan atas Quest yang mereka selesaikan.

"Mau mencari makanan sebelum pulang? " Ludwig mengajak Liz untuk mencari makan

"Baiklah "

Mereka berdua lalu berhenti disebuah stall dan memesan sup daging yang masing – masing berharga 15 obor.

"Hey Liz, aku melihat di bulletin tadi. Akan ada misi pembasmian di saluran air kota ini. Kurasa akan ada beberapa tim pemula yang berpartisipasi," ucap Ludwig.

"Quest macam apa yang akan kita lakukan besok? " tanya Liz.

"Questnya adalah tingkat E. kita ditugaskan untuk membasmi tikus dan serangga – serangga yang ada di saluran air," jawab Ludwig.

"Bagaimana detailnya?" tanya Liz.

"Saluran air ini bersambung sampai sungai yang kita lewati ketika perjalanan kemari, saluran air ini mengarahkan air buangan dan hujan ke sungai. jadi tempatnya agak kurang menyenangkan saat kita melakukan misi nanti.

"Tapi, aku bahkan masih belum memiliki armor sepertimu. Apa tidak apa – apa?" Ludwig memakai armor kulit ringan sebagai pelindung tubuhnya, sedangkan Liz tidak memiliki apa – apa untuk perlindungannya.

"Tidak apa – apa dan tidak hanya kita yang akan disana, tapi tim pemula lain banyak yang akan ikut serta," jawab Ludwig.

"Baiklah. "

"Sebelum Lonceng pertama berbunyi kita harus sudah ada di Guild untuk menerima arahan dari Guild," jelas Ludwig.

Mereka lalu mendengar bunyi lonceng ketiga menandakan hari sudah petang dan malam akan tiba, namun mereka tidak pulang dan membicarakan tentang Quest yang akan mereka lakukan besok.

Liz lalu pulang ke penginapan ketika hari sudah malam, dia pun mengetuk pintu kamar Luciel untuk membicarakan tentang Quest yang dia akan ambil, namun tidak ada jawaban ' mungkin dia sudah tertidur ' Liz lalu pergi ke kamarnya dan langsung tidur.