Chereads / The Devil Tears : Lord of The Night / Chapter 18 - Arc 1 Chapter 18 : Pembasmian

Chapter 18 - Arc 1 Chapter 18 : Pembasmian

Keesokan harinya Luciel mengetuk kamar Liz, namun tidak ada jawaban. Luciel lalu pergi kebawah menanyakan ke Resepsionis.

"Kurasa dia keluar tidak lama tadi," jawab resepsionis tersebut.

"Begitukah? Baiklah kurasa aku akan sarapan terlebih dahulu," ucap Luciel.

Luciel setelah sarapan lalu pergi ke kamarnya dan mengambil beberapa botol cairan dan mencampurkannya dengan sebuah tanaman.

Sniff Sniff, Luciel lalu mencium ramuan yang barusan dia buat.

"Kurasa aku masih kekurangan beberapa bahan." Luciel merasa ramuan yang dia buat tidak sama dengan ramuan yang dibuat oleh seorang herbalist yang dia temui di Kota Elea.

"Mungkin aku akan mencari bahannya di kota nanti."

Setelah mengetahui masalah saluran air dari Zack, Luciel berasumsi bahwa Liz akan ikut dalam Quest tersebut. Luciel ingin memberikan sebuah ramuan yang pernah dia lihat untuk berjaga – jaga, namun ternyata ramuan yang dia buat tidak sekuat yang dibuat oleh kenalannya dulu.

**********

Liz POV

Pagi itu didalam Guild, beberapa Hunter pemula berkumpul di aula guild sedang mendengarkan Ketua Guild Hunter Alemania.

"Kalian akan memasuki saluran air dan membasmi sebanyak mungkin monster yang ada disana. Quest kali ini dikategorikan Rank E walaupun monster – monster yang ada disana tergolong level terendah. ketika selesai kalian akan mendapatkan masing – masing 10 ral. Setiap monster yang kalian bunuh, kalian akan mendapatkan 10 obor. Apakah ada pertanyaan? "

Lalu seorang Hunter muda kira – kira berusia 1 tahun diatas Liz menanyakan sesuatu

"Bagaimana Guild memutuskan jika Quest kita sudah selesai?"

"Guild akan mengirim Hunter senior untuk melihat keadaan disana besok dan melaporkannya ke Guild. Kalian setidaknya harus membersihkan monster – monster itu sejauh 3 persimpangan. Setiap masuk persimpangan kalian akan berada lebih dalam dari permukaan," jelasnya.

Pembasmian ini diikuti oleh sekitar 20 Hunter muda yang terdiri dari 7 tim.

"Ketika Lonceng pertama berbunyi, kalian segeralah bergerak."

Para hunter itupun lalu pergi ke lokasi saluran air. Saluran pembuangan air Kota Alemania memiliki tinggi 2 meter dan lebar 5 meter, mereka semua tidak akan muat jika masuk secara berbarengan.

"Lebih baik kita berpencar ketika masuk kesana, aku tidak mau kalian menghalangiku ketika didalam nanti." Anak muda tadi lalu masuk duluan diikuti dengan 3 temannya.

"Ahaha, dia adalah Gunter. Dia sedang diambang untuk naik menjadi Rank Novice jadi dia agak sedikit kompetitif," seorang hunter wanita seumuran Liz lalu mendekatinya.

"Namaku Amelia, Role ku adalah Mage mohon kerja samanya ketika didalam nanti," Amelia dan 2 rekannya lalu ikut masuk.

"Ayo Liz, kita masuk juga," ucap Ludwig.

Mereka lalu masuk dan berjalan disekitaran saluran air, tak lama kemudian mereka mendapati sebuah persimpangan. Gunter dan timnya mengambil lurus diikuti 2 tim lainnya, 2 tim lain masuk ke arah kanan, sedangkan Liz dan Tim Amelia ke arah kiri.

Mereka harus memasuki sebuah lorong yang mengarah kebawah yang hanya cukup untuk 1 orang.

Setelah masuk lebih dalam, cahaya yang terdapat dalam saluran air menjadi lebih gelap.

"Hey Amelia, mengapa kau tidak menggunakan ignite untuk menerangi kita? " tanya seorang laki – laki di tim Amelia

"Kau tahu Fran, sihirku itu terbatas dan aku hanya menggunakannya jika memang diperlukan," jawab Amelia.

Tak lama mereka menyusuri Saluran air, mereka melihat ada segerombolan tikus berukuran sebesar bayi manusia yang baru berusia 1 tahun.

"Ayo kita bunuh tikus – tikus itu Liz," ucap Ludwig.

"Ummm" Liz lalu mengangguk.

Tikus – tikus itu menyadari kedatangan para Hunter dan langsung bersiap untuk bertarung menunjukkan gigi – gigi mereka yang seperti gigi seekor hewan buas.

Tikus – tikus itu lalu mulai mendatangi mereka. Tim Liz dan Amelia pun mulai bertarung.

Slashh! Slashhh! Liz membunuh tikus – tikus itu satu demi satu.

"Cyat!!Cyattt!! " Tikus – tikus kembali mulai berdatangan dengan jumlah yang banyak

"Sial, mereka banyak sekali," ujar Sword Dancer Tim Amelia.

"Tenang saja Klaus, mereka tidak berukuran terlalu besar haha," seorang Assasin dengan mudahnya membunuh 2 tikus yang sedang mengerubungi temannya.

Setelah beberapa saat mereka dapat membunuh semua tikus yang ada di lorong tempat mereka bertarung.

" Fyuhhh. Hei yang di sana. Berapa yang kalian bunuh?" Seorang assassin lalu menghampiri Liz dan Ludwig.

"Namaku Ludwig dan ini Liz, kami mungkin berhasil membunuh 20," jawab Ludwig.

"Heh, ternyata gadis manis ini memiliki skill yang hebat. Kami hanya membunuh 15," ucap ssasin itu sambil menghampiri Liz.

"Terima kasih," Liz lalu tersenyum kepada assassin tersebut.

"Namaku Fran senang berkenalan denganmu Liz," mereka lalu berjabat tangan.

Melihat ini Ludwig merasa kurang senang.

"Ayo kita lanjutkan lebih dalam Liz," ajak Ludwig untuk memecahkan suasana.

"Baiklah."

"Seorang abang yang tidak ramah sekali," ujar Assasin tersebut.

"Ayo Klaus kita juga jalan," ajak Amelia yang tidak menyukai melihat rekannya tidak akur dengan tim lain.

**********

Tang!! Tang!! Tang!!

Luciel sedang menempa pedangnya namun Zack tiba – tiba berbicara padanya.

"Hey Luciel, kau besok akan pergi dari kota ya?"

"Ya, Para rombongan Caravan akan bergerak lagi besok " Luciel mengelap keringat yang ada di dahinya.

"Aku berencana pergi ke Kekaisaran Suci Isenburg, apakah kau pernah kesana? "

" ya, aku pernah tinggal di sana 4 tahun lalu sebelum menetap disini. Kalau tidak salah imigran yang akan kesana ditarif biaya 50 ral hanya untuk memasuki negeri tersebut "

Lonceng kedua pun berbunyi dan para pekerja mulai beristirahat dari pekerjaan mereka.

"Hey Zack, apakah kau tahu dimana menemukan Toko Herbal? "

" Hmm… kurasa di dekat Kantor patroli di pusat kota."

Luciel lalu pergi ke pusat kota untuk mencari bahan – bahan yang dia perlukan.

Setelah sampai di sana, Luciel lalu masuk ke sebuah Toko yang menjual berbagai tanaman dan bubuk obat.

"Ada yang bisa kubantu anak muda? " seorang ibu – ibu lalu menyapa Luciel

"Apakah toko ibu mempunyai tanaman Kugel dan Wiebel? "

" Berapa yang kamu butuhkan? " Luciel lalu berpikir sebentar.

"Hmm… kurasa masing – masing setengah ons " Ibu itu lalu mencari disebuah rak dan menimbang tanaman yang dicari Luciel.

"Ini, masing – masing setengah ons dan harganya 1 ral." Luciel lalu memberikan sekeping koin perak kepada ibu tersebut.

Setelah kembali dari pusat kota, Luciel lalu menambahkan bahan – bahan yang baru dibelinya dan meraciknya dengan ramuan yang telah dia buat pagi tadi.

Sniff.. Sniff… Luciel mencium aroma botol yang berisi ramuan yang dia racik.

"Kurasa aromanya sudah cukup kuat." Luciel membuat masing – masing 3 botol ramuannya.

"Baiklah, kembali bekerja."

**********

Liz dan hunter lainnya berada disaluran air yang lebih dalam yang memiliki tinggi 4 meter dan lebar 10 meter.

Mereka tidak hanya menemukan tikus – tikus saja ketika menjelajah lebih dalam, namun mereka juga menemukan serangga – serangga seperti kecoa yang berukuran sebesar paha orang dewasa.

"Hey menurutmu seberapa dalam lagi kita harus membasmi monster – monster ini?" Klaus bertanya kepada Amelia

"Well… kalau tidak salah, Guild meminta kita membersikan sampai dengan persimpangan ketiga agar monster – monster itu tidak terlalu dekat dengan penduduk," Fran menjawab kebingungan Klaus.

Mereka baru saja menjumpai satu persimpangan ketika berpisah dengan hunter – hunter yang lain. Di setiap persimpangan terdapat Ruangan besar berukuran 20x20 meter dan memiliki penerangan dari lubang yang berasal dari permukaan.

"Hey, lihat disana," Ludwig melihat sebuah persimpangan tidak jauh dari dia berdiri

" Hm… terdapat 2 persimpangan, bagaimana menurut kalian?" Amelia menanyakan pendapat Liz dan Ludwig

"Kurasa lebih baik kita tetap bersama. Kita tidak tahu ada makhluk apa saja di dalam sana," Liz menyampaikan pendapatnya. Setiap persimpangan membuat mereka lebih jauh dari permukaan dan menurun lebih jauh kedalam dasar saluran air.

"Aku setuju, dan jika kita bersama – sama peluang hidup dan daya tarung kita lebih tinggi," tambah Ludwig.

"Hehh… bukannya karena kau takut? " ujar Fran memprovokasi Ludwig.

"Ap-apa yang kau katakan bocah tengik!!! " Ludwig tidak terima dikatai oleh orang yang lebih muda darinya, apalagi didepan Liz.

"Mengapa kalian jadi bertengkar, baiklah kita akan tetap bersama. Dan untuk pembagian hasil monsternya kita akan bagi sama rata. Kalian setuju? " Amelia menawarkan pendapatnya.

"Hey Amelia, mengapa kita harus berbagi sama rata dengan mereka. Kita mempunyai 3 orang, harusnya kita yang mendapatkan lebih banyak," protes Klaus

"Bagaimana menurutmu?" Amelia lalu menanyakan pendapat Liz.

"Kurasa Klaus benar, kita akan setuju membaginya 3 – 7," jawab Liz.

"Heh… selain cantik, kau juga baik hati Liz " Fran lalu memuji Liz yang membuat Ludwig kesal.

" Liz, ayo jangan dengarkan omong kosong dia," ujar Lidwig.

Mereka pun masuk ke arah kanan persimpangan saluran air. Setelah mereka berjalan beberapa saat, mereka menemukan sebuah tulang - belulang yang diduga dimiliki oleh seorang anak kecil.

"Hey Ludwig, bagaimana menurutmu? " Liz lalu bertanya kepada Ludwig langkah selanjutnya setelah penemuan tulang – belulang tersebut.

"Liz, untuk itulah kita disini agar monster – monster itu tidak mendekati penduduk," jelas Ludwig.

"Aku tahu."

Mereka lalu semakin masuk kedalam saluran air dan cahaya pun semakin meredup yang mengharuskan mereka menyalakan sebuah lentera. Namun yang mereka tidak tahu adalah terdapat makhluk yang berbeda sedang mengintai mereka di kegelapan.