Setelah 1 jam perjalanan Luciel akhirnya melihat sebuah Kota di cakrawala. Kota Alemania merupakan kota yang paling besar diantara 6 kota yang berada di wilayah utara Kerajaan Bavaria.
Keluarga Kuffstein adalah bangsawan yang memerintah di Kota Alemania sekarang. 40 tahun lalu, pemimpin terakhir dari keluarga Alemania, Count Liutpold von Alemania meninggal tanpa meninggalkan penerus, maka Raja Konrad memberikan kepemimpinan Kota Alemania kepada Baron Dietwin von Kuffstein yang saat itu menjabat sebagai Penasehat Count Liutpold.
Setelah para rombongan tiba di jalur masuk Utara kota, mereka lalu menuju pusat kota. Kota Alemania memiliki Struktur bangunan yang sama dengan Kota Elea, namun berbeda dengan Kota Elea, Kota Alemania memiliki aktivitas yang lebih sibuk. Kota ini awalnya memiliki sekitar 80.000 penduduk. Saat peperangan pecah, ada beberapa yang pergi dari Kota Alemania, namun tidak separah Kota Elea yang merupakan garis depan peperangan antara Kerajaan Bavaria dengan Federasi Nordland.
Tidak beberapa lama kemudian, para rombongan memasuki pusat Kota.
"Baiklah kita akan menetap disini sekitar 3 hari, dan berkumpul lah di jalur masuk Selatan ketika lonceng pertama berbunyi." Thomas menginformasikan Rombongan lalu pergi kesebuah gedung didepan mereka. Para pedagang Lalu turun dari kereta kuda mereka dan mulai pergi masing – masing.
Ketika Luciel dan Liz hendak turun, ada seorang pria yang menghampiri mereka.
"Hey Liz, bagaimana kalau aku mengajakmu berkeliling, aku cukup tahu daerah sini," Ludwig lalu mengajak Liz.
Liz lalu menengok ke Luciel seolah meminta ijin.
"Aku ada beberapa hal yang harus aku siapkan dan aku akan mencari sebuah tempat untuk kita menetap. Dan bawalah ini, jika Liz memerlukan sesuatu sewaktu - waktu.'' Luciel pun memberi 2 keping ral kepada Liz.
" Baiklah, makasih Ciel, " Liz pun tersenyum ke Luciel.
Melihat ini Ludwig memiliki ekspresi kurang suka. Liz dan Ludwig pun pergi meninggalkan Luciel.
**********
Liz POV
Liz dan Ludwig lalu berkeliling pusat kota. Ludwig menghampiri sebuah stall makanan lalu membawa 2 tusuk daging bakar.
"Cobalah Liz, ini adalah daging sapi bakar yang terkenal di Kota ini," Ludwig pun memberikan 1 tusuk kepada Liz.
"Terima kasih Ludwig, tapi aku tidak memiliki uang banyak unt.. "
"Gak papa, aku kan yang mengajak Liz untuk pergi melihat – lihat Kota ini " Mereka lalu duduk disebuah kursi sambil menikmati makanan mereka.
"Ngomong- ngomong, Ludwig dan Caravan Guard lainnya menetap dimana? " tanya Liz.
"Kami menetap disebuah penginapan yang disediakan oleh Merc, jika anggota yang menyewanya akan lebih murah." Ludwig lalu menjelaskan tentang organisasi yang menaungi mereka.
"Hey Liz bagaimana kalau kita mendaftar di Guild menjadi hunter? " tawar Ludwig
" Kenapa? "
"Kita bisa melakukan misi diwaktu senggang dan meningkatkan kekuatan kita dengan membunuh monster – monster kecil. Kau juga bisa menginap selama seminggu bagi seorang pemula," jelas Ludwig.
Tentu bukan itu alasan utama Ludwig menawarkan Liz untuk menjadi hunter.
Liz meletakkan tangannya di dagu lalu mulai berpikir. Melihatnya Ludwig pun menelan air Ludahnya sendiri memandangi wajahnya.
"Baiklah, tapi aku harus membicarakan ini ke Ciel, " ucap Liz
" Mengapa kau harus meminta ijin darinya? kau bukan budaknya," ujar Ludwig dengan nada kesal.
"Iya tapi dia pernah menyelamatkanku, jadi aku berhutang banyak kepadanya. Dan kurasa sangatlah salah memutuskan hal ini tanpa sepengetahuannya." Walaupun Liz ingin mencoba melakukan pekerjaan hunter, Liz ingin terlebih dahulu berbicara dengan Luciel.
"Dia pernah menyelamatkanmu bukan berarti dia harus menghalangimu untuk bertambah kuat, ayo kita ke Guild lalu mendaftar menjadi hunter bersama," Ludwig kembali membujuk Liz.
"Tapi Ludwig, bukankah kamu sudah tergabung dalam Roaring Wolf?" tanya Liz.
"Ketika ga ada panggilan misi, anggota bebas melakukan apa yang mereka mau, lagipula suatu saat aku ingin menjadi ksatria dan mungkin tahun nanti aku akan mengikuti seleksi pelatihan ksatria di Ibu Kota Bavaria." Ludwig lalu memberitahu rencananya kepada Liz dengan maksud tertentu.
"Ayolah kita mendaftar sebagai hunter, ini pasti akan menarik," ajak Ludwig kembali.
" Baiklah. "
Mereka berdua lalu pergi ke sebuah Guild dimana para hunter berkumpul.
**********
Setelah merapikan barang – barangnya, Luciel lalu pergi ke sebuah bar. Ketika Luciel membuka pintunya terdapat 3 orang yang sedang minum santai, Luciel lalu duduk dan memesan minuman.
"Satu birnya tuan," Luciel lalu memesan 1 minuman beralkohol.
"Hey... bukankah kau masih sangat muda, kusarankan kau minum black tea saja," ucap bartender tersebut.
"Nah, aku peminum yang kuat, 1 gelas saja mudah bagiku haha," Luciel lalu menyerahkan 10 obor kepada bartender.
"Hei tuan, rumor apa saja yang sedang sering dibicarakan akhir – akhir ini di kota," Luciel lalu mulai mengumpulkan informasi.
"Pastinya peperangan yang sedang terjadi. Kerajaan sedang banyak merekrut prajurit bayaran untuk mengimbangi jumlah pejuang Nordland yang menginvasi wilayah utara Kerajaan," jelas bartender tersebut.
"Para orang barbar sialan. karena mereka, aku harus meninggalkan kampung halamanku," seorang pria disebelah Luciel lalu mengutuk marah.
"Kau tahu, rumor mengatakan bahwa Pangeran mereka dibunuh karena konflik perebutan kekuasaan yang sedang terjadi di sana. Dan salah satu kandidat menuduh Kerajaan hanya untuk menjadi panggungnya menarik perhatian para Jarl ketika dia sukses dalam peperangan," balas seorang pria disebelahnya.
Mereka lalu berdiskusi dan membicarakan peperangan.
"Guild dan para patrol juga sedang membutuhkan tenaga, mereka merekrut orang – orang yang kehilangan pekerjaan mereka karena perang untuk membantu mereka," ucap Bartender tersebut.
' Guild kah? Aku bisa melakukan tugas – tugas mudah untuk mengumpulkan uang ' pikir Luciel.
"Kurasa para pandai besi kota juga memerlukan seseorang untuk membantu mereka memproduksi senjata perang," ucap Bartender.
" Ohhh " Luciel terlihat tertarik lalu memberikan 1 keping obor ke bartender.
"Bayarannya lumayan, 2 ral perhari mulai dari lonceng pertama hingga berakhir lonceng ketiga," jelas Bartender tersebut.
Setelah mendengar informasi dari bartender, Luciel sudah memutuskan apa yang akan dia lakukan.
"Ngomong – omong apa kau menyewakan sebuah tempat untuk menetap?" tanya Luciel.
"Nah tidak, tapi temanku iya. Tempatnya bernama Botomless Tankard. Letaknya berada dekat pasar Kota," jawab Bartender ith.
"Oke terima kasih tuan. ahhh...Bir yang enak " Luciel pun lalu meminum gelasnya hingga habis dengan sekali tegukan. Setelah itu Luciel pun lalu pergi keluar bar.