Sesampainya di rumah sakit..
"Kalian tunggu di sini, dokter akan memeriksanya..!!" Perawat yang biasa menjaga Fariha di rumah sakit itu berkata. Keempatnya pun menurut, mereka duduk di ruang tunggu.
"Keluarga Fariha silahkan masuk..!! Untuk tidak menggangu penjelasan dokter, kami memohon maaf yang diperkenankan masuk hanya dua orang saja..!!" Perawat itu kembali menjelaskan.
"Biar Aku dan Umi aja yang masuk Sus..!!" Vio Refleks berkata seperti itu seraya hendak bangkit. Akhwat tersebut berani memutuskan karena selama dua Minggu lebih ia yang menjaga Fariha d rumah sakit itu, hingga baik Perawat dan dokternya pun hanya tahu Vio dan Faiz saja yang merupakan keluarga bayi tersebut. Sedangkan saat ini ia tidak mungkin mengajak Faiz yang memang keduanya tidak mempunyai ikatan apa-apa meskipun Fariha putri kandung Faiz sendiri.
Dengan adanya Ibunda Faiz kali ini, setidaknya ia tidak harus berduaan lagi dengan Ikhwan tersebut. Namun tidak disangka respon Ibunda Faiz kali ini justru berbeda.
"Biar Umi sama nak Ilham saja yang masuk..!!" Wanita itu kemudian bangkit menghampiri bayi tersebut, Sedang Faiz masih terperangah dengan keputusan sang ibunda.
"Ayo nak.. kasihan de Fariha..!!" Ajaknya lagi, menyadarkan Faiz yang masih mematung. Meski sedikit bingung Perawat itu tetap mengantarkan keduanya masuk.
Ada perasaan sedih yang bergelayut di hati Vio, ia memang harus sadar bahwa wanita itu lebih berhak atas Fariha daripada dirinya yang hanya orang luar. Namun entah kenapa, setelah keluarnya ia saat itu dari rumah Faiz membuat wanita itu seperti berubah sikap terhadapnya. Mungkinkah beliau kecewa karena ia pergi tidak pamit lagi atau justru beliau mungkin sudah tidak ingin melihatnya lebih dekat lagi dengan bayi itu..??
"Yang sabar ya Ukhty.. Ana juga sejujurnya ingin ikut masuk kedalam.. tapi biar kita tunggu di sini saja..!!" Zalwa turut menghibur, ia menepuk bahu Vio pelan. Sedang Akhwat itu hanya mengangguk dengan tersenyum canggung. Tidak lama kemudian Faiz dan ibundanya pun keluar..
"Bagaimana Umi.. Apa de Fariha baik-baik saja..??" Zalwa langsung menghampiri keduanya, Sementara Vio hanya berdiri di tempatnya. Sejak penolakan tadi Vio merasa dirinya tidak harus masuk terlalu dalam lagi pada kehidupan bayi tersebut.
"De Fariha harus di rawat beberapa hari disini, untuk pemeriksaan lanjutan.. karena panasnya masih tinggi...!!" Wanita itu terlihat sedih.
"Bagaimana Vi...?? apa Vi masih tetap ingin pulang melihat de Fariha sakit seperti itu..??" Faiz justru mencecar Vio dengan pertanyaan menohok nya.
"Vi..." Akhwat itu ingin berkata.
"Sudahlah Nak Ilham, biarkan Nak Vio pulang.. ini bukan urusannya lagi, lusa dia harus sudah menikah." Wanita itu memotong perkataan Vio, Sedang Akhwat itu harus tertunduk malu.
"Umi.. waktunya masih 3 hari lagi. Untuk sekarang biarkan Vi merawat De Fariha..!!"
"Nak Ilham mau De Fariha selalu bergantung pada orang yang tetap ujung-ujungnya akan pergi dari sisinya ?? Lihat..!! Sekarang saja de Fariha sudah sakit-sakitan..!! Kamu tahu kenapa.. ?? Karena sudah ada ikatan batin yang terjalin diantara keduanya, saat ini de Fariha badannya panas karena dia tahu wanita yang selama ini telah mengasuhnya akan pergi !!"
"Umi..!!" Ikhwan itu menggelengkan kepala, ia tidak tega melihat Vio harus mendengar ucapan ibundanya seperti itu.
"Ka Faiz... Umi benar..!! Lebih baik Zalwa yang mengurus de Fariha saat ini, Vi harus segera pulang..!!" Vio tidak ingin menyaksikan ibu dan anak itu berdebat lagi, meski sakit ia harus tetap pergi dari tempat itu.
"Umi.. Vi titip de Fariha, maaf sudah membuat semuanya seperti ini..!!" Vio hendak menyalami wanita itu Namun tiba-tiba..
"Mba Vio.. dokter ingin bicara dengan Anda sebentar.. silahkan masuk..!!" Perawat yang memanggil Vio itu memang sudah mengenalnya hingga tanpa canggung ia memanggil Vio dengan sebutan mba.
"Tapi sekarang Aku bukan Walinya de Fariha lagi Sus, kalo ada apa-apa sama Umi aja ya..!!" Begitu juga dengan Akhwat tersebut, ia menyesuaikan bahasa perkataannya terhadap lawan bicara. Ia tidak harus menggunakan bahasa halusnya pada orang luar.
"Tapi Mba.. Dokter hanya ingin bicara dengan Mba Vio.!!" Vio nampak bingung, sepertinya ia ragu jika ibunda Faiz belum mengiyakannya. Vio kembali menatap wanita tua itu dan akhirnya beliau mengangguk, Setelah mendapat persetujuan ia pun masuk bersama suster tersebut.
"Kamu mau kemana nak.. ??" Ibunda Faiz bertanya pada putranya ketika Faiz hendak pergi dari tempat itu.
"Menghubungi Mas Haris bahwa Vio hari ini Nda jadi pulang..!!" Ikhwan tersebut meneruskan langkahnya kembali.
"Nak Ilham...!!"
"Sudahlah Umi.. untuk saat ini kesehatan de Fariha lebih penting, jika memang hanya Ukhty Vio yang bisa membantu mempercepat kesembuhannya biarkan saja. Zalwa berjanji mulai dari sekarang akan lebih keras lagi merawat de Fariha supaya Nda selalu bergantung kepada Ukhty Vio..!!" Zalwa berusaha menenangkan wanita itu.
"Terimakasih sayang.. Untung ada Kamu, dengan begitu Umi merasa sedikit lebih tenang.." Ibunda Faiz memegangi tangan Zalwa dengan penuh perhatian.
Sementara itu Vio yang saat ini masih mendengar penjelasan dokter nampak begitu tertekan, sejujurnya ia ingin sekali melakukan hal-hal yang disarankan dokter tersebut namun ketidakberdayaannya harus kembali memupus keinginan itu.
"Masalahnya sekarang Saya bukan lagi Walinya dok.. Sebaiknya dokter bicarakan itu pada Ayah dan neneknya tadi, karena Saya akan segera pulang ke kampung halaman Saya.."
"Saya mengerti, Tadi juga neneknya berkata seperti itu.. tapi bayi Fariha membutuhkan Anda, jadi Saya harap Anda bisa meluangkan sedikit waktu lagi untuk bayi tersebut. Setidaknya sampai panasnya turun..!!" Dokter sedikit memaksa.
"Kesembuhan pasien tidak hanya dari pihak kami sebagai dokter dan rumah sakit, namun pihak keluarga juga sangat menentukan.. jadi Saya rasa Anda harus mempertimbangkannya kembali.." Lanjutnya lagi.
Kali ini hati Vio kembali terguncang, keputusannya untuk pergi saat ini juga harus ia tepiskan. Namun bagaimana dengan Ibunda Faiz, bukankah sikapnya sekarang sudah berubah.
"Kalo begitu Saya Permisi dok..!!" dokter tersebut hanya mengangguk.
"Bagaimana Vi..?? dokter berkata apa..??" Faiz langsung menghampiri Vio tatkala Akhwat itu baru saja keluar.
"Ka Faiz sudah menghubungi Mas Haris bahwa hari ini Vi belum bisa pulang..!!" Imbuhnya lagi.
"Ka Faiz..!!" Vio sedikit shock.
"Kenapa..?? bukankah dokter juga mengatakan itu kan..?? De Fariha membutuhkan Vi..!!"
Akhwat itu langsung membuang muka.
"Jangan terlalu dipaksakan Nak Vio, jika Nak Vio ingin pulang.. pulang saja Nda usah pedulikan kami.. Toh masih ada nak Zalwa yang akan menjaga de Fariha..!!"
"Bukan begitu maksud Vi, Umi..!!" Vio kembali memelas.
"Ukhty.. Tinggallah untuk sekarang, itung-itung mengajari Ana juga supaya bisa dekat dengan de Fariha. Jika Bayi itu sudah baikan, kami berjanji Nda akan mengganggu kehidupan Ukhty lagi.." Kali ini Zalwa ikut memelas.
"Nak Zalwa..."
Ibunda Faiz memegangi pundak Akhwat tersebut.
"Nda pa-pa Umi.. untuk sekarang inilah yang terbaik untuk semuanya..!!" Zalwa menenangkan wanita itu.
"Bagaimana Ukhty...??" Tanya nya lagi kepada Vio.
"Ana.. terserah Umi...?!" Responnya dengan menunduk.
"Nak Vio.. sejujurnya Umi Nda keberatan, hanya saja Umi kasihan dengan kalian berdua. Umi Nda tega melihat nak Vio seperti ini, karena Umi tahu Nak Vi sangat tertekan. Tapi Nak Vio juga harus tahu bahwa di sisi lain Umi juga memikirkan De Fariha, bayi itu sudah terlanjur terikat pada nak Vio tapi seperti apapun hubungan itu nak Vio Akhirnya tetap akan pergi meninggalkannya kan..??"
Vio tetap terdiam, memang begitulah pada kenyataannya.
"Untuk sekarang Nak Vio memang harus tinggal dulu di sini, ajari Nak Zalwa supaya bisa menjaga de Fariha dengan baik.. Semoga Bayi itu cepat sembuh. Aamiin..!!"
"Aamiin.. terimakasih Umi..!!" Vio nampak sumringah.
"Terimakasih kasih juga Ukhty..!!" Zalwa turut bahagia.
Dari samping Faiz memandangi Vio dengan senyum penuh kelembutan, Sungguh ia tidak bisa berpaling dengan Akhwat tersebut. Ia selalu berharap semoga ada keajaiban supaya Vio batal menikah dengan Haris seniornya itu. Bukannya ia Egois, hanya saja Faiz merasa tidak rela jika Akhwat yang sangat ia Cintai itu hanya menjadi madu dalam keluarga tersebut. Jika saja Vio menikah dengan layaknya Ikhwan seperti biasa, mungkin ia juga bisa berlapang dada.