Chapter 9 - KECELAKAAN

Faiz hanya melajukan mobilnya lagi tanpa sedikitpun bersuara apalagi merespon permintaan akhwat tersebut, ia nampak masih belum bisa menerima kenyataan saat ini.

Sekitar setengah jam berjalan dan saling terdiam Tiba-tiba jalanan macet..

"Lihat Vi.. mungkin ini sudah rencana Allah, jalanan pun Nda mendukung.. Kakak yakin kita pasti telat sampai sana..!!"

"Itu karena Kakak sendiri yang menghambat perjalanannya, jika saja tadi Nda pake drama hampir jatuh dari jembatan.. kita pasti udah nyampe ka..!!"

"Astaghfirullah Al Adziim.. drama apa siihh Vi, tadi kakak beneran terpeleset. Vi pikir Kakak sengaja..?? Kakak Nda akan sepicik itu". Faiz nampak gusar, ia tidak menyangka Vio akan berkata seperti tadi. Mendapati respon sang Ikhwan seperti marah padanya, Vio hanya bisa menunduk.

"Sekarang bagaimana caranya ya Robb, biar Nda telat sampai rumah..!! Emil pasti lagi panik.. Astaghfirullah.." Akhwat itu mulai gelisah. Tiba-tiba handphone Faiz berdering.

"Assalamualaikum Mas..!!"

"Iya.. kita baru setengah jalan..!!"

"Iya maaf Mas, Jalanan tiba-tiba macet.."

"Baiklah..?!"

"Vi.. Emil ingin bicara..!!" Ikhwan itu menyodorkan handphone nya kepada Vio.

"Assalamualaikum Mil.."

"Wa Alaikumussalam Vi, hhemm.. Kamu udah nyampe mana.. udah jam segini lho.." Suara Emil terdengar parau.

"Kenapa Mil, Kamu sakit..??" Vio langsung khawatir.

"Hanya Nda enak badan sedikit, mungkin karena semalem kurang tidur. Badan juga agak lemes..!!"

"Masya Allah.. Udah periksa belum Mil..?? Kamu harus sehat"

"Nda perlu Vi.. obat Aku hanya kamu. ini udah jam 7.. 2 jam lagi akadnya akan di mulai. Kamu kan harus di rias dulu.. apa masih sempet ??"

"In Syaa Allah Vi.. Ka Faiz akan mengusahakannya, bukankah begitu ka.. ??" Sayangnya Faiz enggan untuk merespon, ia sudah tidak ingin berpura-pura lagi.

"Sudah dulu ya Mil, doa kan saja semoga perjalanannya lancar. Aamiin.."

"Iya Vi Aamiin.."

"Assalamualaikum.."

"Wa Alaikumussalam.." Panggilan pun berakhir, Vio langsung menaruh handphone tersebut di depan si empunya.

"Kenapa ka Faiz Nda iya kan saja ucapan Vi tadi..??" Gumamnya pelan.

"Ka Faiz Nda mau berpura-pura lagi Vi, karena pada kenyataannya Ka Faiz emang Nda ingin Vi menikah dengan Mas Haris..!! biarkan saja mereka tahu..!!"

Untuk yang kesekian kalinya Vio harus kembali mengatur nafas dan emosinya, ia tidak ingin kemarahan kembali menguasai hati dan pikirannya.

Beberapa saat kemudian,

"Apa Nda ada jalan lain lagi ka.. ??" Vio kembali bersuara ketika Hampir satu jam kendaraannya tidak bergerak, Sedang Ikhwan itu hanya menggelengkan kepala.

"Masya Allah.. Udah hampir telat..!!" Gerutunya lagi dengan perasaan was-was.

Tiba-tiba handphone Faiz kembali berbunyi, Ikhwan itu hanya melihatnya sebentar dan kemudian menaruhnya lagi. Dari gelagatnya saja Vio sudah tahu bahwa panggilan tersebut pasti dari Haris, namun ia tidak cukup berani untuk bisa memintanya kepada Faiz. Ada kurang lebih sebanyak tiga kali handphone itu berbunyi, namun sayangnya tidak ada satu pun yang mau ia terima.

Lima belas menit kemudian handphone itu kembali berdering, kali ini Vio memberanikan diri ingin langsung mengangkatnya namun ternyata Faiz lebih dulu mengambilnya dan langsung memasukkannya ke dalam saku celana. Saat ini ia enggan untuk menerima panggilan tersebut.

"Ka Faiz kenapa sih ka.. tolong tuk saat ini, buang sikap egois Kakak..!!"

Dan untuk yang kesekian kalinya Handphone Faiz kembali berdering, namun tidak ada tanda-tanda Ikhwan itu mau menjawabnya. Mobil perlahan melaju, semakin ke depan jalan tersebut semakin lancar.

"Stop Ka.. jika Kakak bersikap kekanak-kanakan seperti itu lebih baik Vi pulang sendiri..!!" Vio sudah hampir Membuka pintu mobil tersebut.

"Nda perlu buru-buru Vi, waktunya juga sudah lewat.. jadi percuma juga Vi pulang !!"

"Percuma apanya ka.. Nda ada yang percuma..!! mereka pasti mau menunggu..!!" Lagi dan lagi handphone Faiz kembali berdering, Sepertinya Haris tidak mau menyerah untuk bisa menghubungi keduanya. Dengan penuh emosi Ikhwan itu langsung menjawab panggilan tersebut.

"Assalamualaikum Mas, Ana mohon batalkan pernikahan itu.. Ana Nda sanggup kehilangan Vi..!!"

"KA FAIZ..!!" Bentak Vio spontan, ia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"APA..??" Faiz justru nampak shock mendengar penuturan Haris dari sebrang telpon. Melihat hal tersebut Vio semakin panik..

"Ka Faiz ada apa..?? Cepat katakan..!?" Karena terlalu terkejut mendengar kabar dari Haris, Faiz malah hilang kendali pada kendaraannya. Ia oleng ke tengah dan hampir menabrak mobil di depannya, namun dengan refleks Faiz justru membanting setirnya ke arah kiri dan BRAAKKK..!! Kecelakaan pun tak dapat di hindarkan, Mobil Faiz menabrak bahu pembatas jalan dengan sangat keras. Apalagi saat itu ia memang sedikit ngebut karna jalanan sudah mulai lancar.

"AAAHHHH...!!" Vio langsung terpental dari dalam mobil dan seketika itu juga tak sadarkan diri. Sedang Faiz hanya terbentur setir mobil, meski berdarah namun ia masih bisa tersadar.

"Vviiiii...." Teriaknya dengan keras, ia langsung keluar dari mobil dan menghampiri Akhwat tersebut. Namun belum sempat berada di depan Vio, Faiz langsung tak sadarkan diri. Ia juga ikut pingsan disamping Vio, mungkin karena luka di kepalanya yang mulai bereaksi.

Kecelakaan tersebut akhirnya membuat jalanan di sekitar macet total, karena selain kendaraan yang lalu lalang banyak juga orang yang ingin melihat keadaan korban secara dekat. Bersyukur karena masih ada orang yang mau menghubungi mobil Ambulance dan juga seseorang yang dengan sengaja memeriksa keadaan mobil Faiz, untuk mendapat petunjuk supaya bisa menghubungi keluarga korban.

"Hallo Iz... Anta kenapa Iz.. ?? Hallo..??" Di sebrang telepon sayup-sayup suara Haris masih terdengar, ternyata panggilan tersebut masih tersambung. Karena merasa tidak ada yang merespon Ikhwan itu pun mengakhiri panggilannya dan kemudian menghubunginya kembali dengan harapan kali ini ada yang mau menjelaskan alasan yang menyebabkan Faiz tidak merespon panggilan nya.

"Hallo Assalamualaikum.. ini keluarga yang punya handphone..??" Benar saja dugaan Haris karena kali ini yang menjawab panggilan tersebut bukan Faiz.

"Iya Wa Alaikumussalam.. ada apa dengan yang punya handphone mas..??" Perasaan Ikhwan itu tidak enak, ia semakin panik. Apalagi Emil saat ini ikut menunggu jawaban dari sang Suami, ia tengah berbaring di rumah sakit karena beberapa saat yang lalu pingsan.

"Beliau mengalami kecelakaan di jalan xxxx KM 17.. Sepertinya yang perempuan mengalami luka yang sangat parah Mas, karena terpental ke luar sejauh 3 meter.. cepat kesini ya mas, Kemungkinan akan dibawa ke rumah sakit terdekat.. Assalamualaikum..!!" Panggilan pun langsung terputus.

"Wa Alaikumussalam..!!" Haris memeluk handphone nya erat.

"Innalilahi... Vi...!!" Tanpa sadar Ikhwan itu menitikkan Air Mata.

"Ada apa Ka.. ?? Vi kenapa..??" Haris langsung tersadar dan buru-buru mengusap air matanya, ia tidak ingin Emil tertekan dan pingsan kembali.

"Nda pa-pa sayang.. Vi dan Faiz hanya mengalami insiden kecil, Ka Haris akan segera menyusulnya. Kamu baik-baik di sini ya sayang..!!"

"Insiden apa ka..?? tolong bicara yang jelas..!!" Akhwat itu justru semakin panik.

"Emil tarik nafas pelan-pelan.. hembuskan." Emil menurut.

"Sekarang dengarkan Kakak baik-baik. Emil tetap di sini bersama Umi, Kakak akan ke sana untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya..!! Kakak mohon kali ini Emil nurut ya...!!" Haris berusaha meyakinkan sang istri.

"Tapi Emil khawatir ka.."

"Sstt sstt... doakan saja sayang semoga Nda terjadi apa-apa kepada mereka. Kakak akan menjemput Umi untuk menemani Emil di sini..!!"

"Nda perlu ka, cukup hubungi mang Ujang saja.. kalo kakak jemput umi dulu kelamaan..?!"

"Ya sudah, tapi janji ya Emil harus tenang.. jangan khawatir, jangan buat Umi panik juga.. Kita rahasiakan dulu dari Umi takutnya beliau malah histeris..!!"

"Iya Ka, kabari Emil ya jika sudah tahu kabar mereka..!!"

Ikhwan itu hanya mengangguk,

"Kakak pamit ya sayang.. Inget jangan stres Emil kan sekarang udah Nda sendiri..!! Assalamualaikum.." Haris mengecup kening sang istri, sedang Emil langsung mencium tangan Haris dan mengangguk.

"Wa Alaikumussalam.. hati-hati ka..?!"

Haris pun langsung keluar seraya menghubungi mang Ujang.