Chapter 5 - BATAL PULANG

Keesokan harinya sesuai janji, Vio pamit kepada pak kyai. Ia juga pamit kepada keluarga Faiz sekalian melihat Fariha yang mungkin untuk yang terakhir kalinya.

"Nak Vio pulang sama siapa ??" Ibunda Faiz bertanya tatkala Vio sedang sibuk mengganti popok Fariha yang sudah penuh sekaligus mengajari Zalwa yang akan menggantikannya merawat Fariha.

"Mungkin Angkutan Umum saja Umi..!!"

"Lho kenapa Nda sama Nak Ilham saja, biar cepat sampai..!! jadi Nda harus Gonta-ganti kendaraan lagi.."

"Vi Nda ingin merepotkan siapapun Um...!!"

"Nda repot ko Vi.. jadi Vi pulang sama Ka Faiz aja ya..!!" Ikhwan itu tiba-tiba bersuara dari balik pintu.

"Masya Allah nak.. ucapin salam dulu kek, ngagetin Umi saja.."

"Iya Maaf Umi.. Assalamualaikum..!!" Faiz menurut, Ia menghampiri Fariha yang saat ini sudah rapi dan wangi.

"Wa Alaikumussalam..!!" Ketiganya menjawab serentak.

"Mas Ilham emang Nda ngajar ?? so soan mau nganter Ukhty Vio pulang..!!" Zalwa mengejek seraya menggendong Fariha yang berada di pangkuan Vio.

"Diem kamu anak kecil.. berisik !!" Faiz melotot.

"Wah De Fariha udah cantik dan wangi sekali..!!" Pujinya sembari menciumi wajah bayi itu, namun tiba-tiba Fariha langsung histeris.

"Tuh kan.. kamu sih kasar makanya de Fariha jadi nangis." Ikhwan itu pun langsung mengambil bayi tersebut dari gendongan Zalwa. Bukannya diam, Tangisan Fariha justru semakin keras.

"Astaghfirullah.. Ada apa denganmu nak !!" Ibunda Faiz ikut membantu menenangkan, ia mengambil Fariha dari tangan Faiz. Lagi-lagi Fariha tetap tidak mau diam, bayi itu seperti mencari sesuatu yang hilang.

"Mungkin De Fariha lapar Umi..!!" Vio mengingatkan.

"Tapi tadi sudah Zalwa buatkan ko Ukhty dan udah Zalwa susu kan juga ke de Fariha nya..!!" Akhwat itu menjawab kemungkinan Vio.

"Biar Vi bantu gendong Umi, mungkin ada sesuatu yang dirasa Nda nyaman pada de Fariha nya.." Ibunda Faiz langsung menyerahkan Bayi tersebut kepada Vio dan ajaibnya Fariha langsung terdiam.

"Alhamdulillah...!!" Mereka berkata serempak.

"Mungkin De Fariha Nda mau di tinggal sama Umi Vi ya..??" Faiz berkata sekenanya. Sedang Vio refleks menatap wajah Faiz yang sangat berharap penuh di iyakan oleh yang lain, Vio pun kembali menunduk. Ia kemudian membawa Fariha dan meletakkannya di ranjang bayi yang berayun.

"Nda baik berkata seperti itu nak, kasihan nak Vio nya.. yang ada nanti dia kembali tertekan..!!" Ibunda Faiz berbisik pada putra kesayangannya itu, meski begitu Vio masih bisa mendengarnya.

"Tau nih Mas Ilham, Nda kasian apa sama Ukhty Vio..!!" Zalwa ikut menimpali.

"Justru Ana berkata seperti itu supaya Vi tersadar, bahwa ia harusnya menikah dengan Ana menjadi Umi Fariha seutuhnya bukan malah menikah dengan Mas Haris yang hanya menjadi istri keduanya. Ana Nda ikhlas Vi.. Demi Allah Ana Nda akan ikhlas..!!" Ikhwan itu malah membatin, ia kemudian keluar dari ruangan tersebut yang kemudian disusul ibunda Faiz dan Zalwa.

Mereka memberikan kesempatan untuk Vio menghabiskan waktu bersama bayi itu sebelum Akhwat tersebut pulang ke kampung halamannya.

Vio membelai wajah imut Fariha dengan lembut, hatinya kembali menolak untuk pergi apalagi saat ini Fariha tersenyum lebar padanya seperti sedang meluapkan kegembiraan.

"De Fariha nakal ya..!! kenapa harus menghukum Umi Vi seperti ini.. Apa De Fariha Nda kasihan sama Umi Vi..??" Meski tersenyum namun Airmata Vio justru jatuh berguguran di pipinya.

Seakan mengerti ucapan Vio dan tahu apa artinya air mata, tiba-tiba mimik wajah Fariha berubah menjadi sedih. Ia meringis seperti ingin menangis hingga membuat hati Akhwat itu semakin tak karuan.

"Ya Allah mba Riha.. Vi harus bagaimana..!!" Bisiknya pelan. Vio kembali mengelus pipi bayi tersebut, dengan sesekali mengusap air mata yang selalu turun di pipinya tanpa bisa ia cegah.

Di sisi lain...

"Nak Ilham mau kemana.. ?? Umi bisa bicara sebentar..??" Zalwa yang semula ingin menghampiri keduanya pun tidak berani, ia lebih memilih duduk di sofa dekat kamar bayi.

"NgGiihh Umi.." Faiz terlihat pasrah.

"Kita bicara di teras samping..!!" Wanita itu pun berjalan terlebih dahulu dan Faiz mengikutinya dari belakang.

"Nak Ilham masih tetap berharap pada Nak Vio..??" Sesampainya di tempat yang dimaksud, Ibunda Faiz langsung mencecar putranya itu dengan pertanyaan mengenai perasaannya terhadap Vio. Sedang Ikhwan tersebut masih terdiam dengan pikirannya yang menerawang jauh.

"Umi harap nak Ilham bisa mengerti !! harus sampai kapan nak Ilham bersikap seperti itu.. ??"

"Tapi Ilham mencintai Vi Umi..!!" Ikhwan itu memelas.

"Tapi dia sudah akan menjadi istri orang sayang..!! Istighfar..!!"

"Tapi Vi melakukan itu karena terpaksa... dia kasihan dengan istri Mas Haris yang mandul dan sekarang hampir gila..!!"

"Astaghfirullah Al Adziim.. Nak..!! Nda baik berucap seperti itu. Apapun Alasannya, nak Vi tetap akan menikah..!!"

"Iya Ilham tau, tapi Ilham Nda mau Vi menderita karena keputusannya yang salah itu Umi. Kasihan Vi..!!"

"Jika nak Ilham mencintai dan mengasihani nak Vi, ikhlaskan saja Sayang.. biarkan Vi menikah dengan nak Haris. Jika Nak Ilham tetap bersikap seperti ini yang ada nak Vi menjadi semakin sedih dan serba salah..!!" Kali ini Faiz tidak bisa berkata lagi, ia tengah berpikir keras untuk bisa membuat Vio membatalkan pernikahannya dengan Haris.

Ibu dan putranya itu pun masih serius membahas tentang Akhwat tersebut.

Setelah cukup lama mengelus dan menenangkan Fariha, Bayi itu pun kemudian tertidur. Vio kembali mengamati wajah mungil bayi tersebut, ia seperti masih tidak rela jika harus meninggalkannya. Dengan sangat terpaksa dan berat hati Ia pun kemudian bangkit keluar dari kamar tersebut.

"Bagaimana Ukhty.. de Fariha udah bobo..??" Zalwa langsung menghampiri Vio. Akhwat itu hanya mengangguk, dari sudut matanya Zalwa sudah tahu bahwa Vio pasti habis menangis.

"Ukhty mau langsung berangkat sekarang..??"

"Umi dimana..??" Vio tidak merespon pertanyaan Zalwa.

"Ada di teras samping bersama Mas Ilham.. Mau Ana panggil kan..??"

"Nda usah Wa... Ana langsung pamit saja !! Salam buat Umi.. Assalamualaikum..!!" Vio kemudian buru-buru keluar, ia takut Faiz melihatnya. Karena jika Ikhwan itu tahu ia pasti akan memaksa dan tetap bersikeras untuk bisa mengantarkannya pulang meski Vio tidak mau.

"Tapi Ukhty..." Tiba-tiba suara tangisan Fariha terdengar, Zalwa pun mengurungkan niatnya untuk mengejar Vio dan langsung masuk kedalam kamar menghampiri Fariha.

"Masyaa Allah... panas sekali badanmu De..!!" Zalwa pun buru-buru menggendong Fariha dan menemui Faiz dan ibundanya di teras samping.

"Umi.. Mas Ilham lihatlah de Fariha badannya panas..!!" Keduanya langsung panik menghampiri bayi tersebut.

"Masyaa Allah.. iya.. Ayo kita bawa ke rumah sakit !!" Ketiganya pun Keluar, sedang Faiz langsung menuju garasi untuk mengeluarkan mobil. Sementara ibunda Faiz menenangkan Fariha yang masih rewel.

"Dimana nak Vio, Zalwa ??" Tanya wanita itu, setelah semuanya masuk ke dalam mobil.

"Iya Dimana Vi.. ??" Faiz ikut bertanya.

"Tadi buru-buru keluar katanya mau langsung berangkat.. mungkin belum jauh dari sini..!!"

"Kenapa Nda nunggu.. bahkan pamit pun Nda..!! Apa dia tahu saat itu de Fariha menangis Wa..??" Faiz menyelidik.

"Sepertinya Nda Mas, karena Ukhty langsung keluar ketika pamit sama Zalwa.. Beliau bilang De Fariha udah bobo !!"

Namun ketika keluar dari komplek rumahnya Faiz melihat Vio yang masih berjalan kaki, sepertinya sedari tadi ia belum juga mendapatkan taksi.

TIITT TIITT TIITT

Faiz menyalakan klakson hingga gadis itu menoleh, mobil Faiz pun berhenti.

"Ka Faiz.. ??"

"Nak Vi... de Fariha badannya panas.. kami akan membawanya ke rumah sakit.." ibunda Faiz memberitahukannya karena saat ini jarak beliau lebih dekat dengan Vio.

"Astaghfirullah Al Adziim.. Vi ikut Umi..!!" Akhwat itu pun langsung masuk kedalam mobil dan duduk bersama Zalwa di kursi tengah.

Ditengah perjalanan Fariha masih saja rewel, Vio pun meminta kepada Ibunda Faiz untuk bisa memangku Bayi itu dalam dekapannya. Dan lagi-lagi Fariha langsung terdiam, sepertinya bayi itu memang tidak ingin Vio pergi meninggalkannya.