"Telepon dari siapa Mas.. kenapa panik begitu..??" Faiz ikut panik melihat Haris menerima panggilan tersebut, karena keduanya memang masih membicarakan perihal pernikahan Vio.
"Mas harus segera pulang, seperti yang tadi mas ceritakan tentang penyakit Emil... dan sekarang sepertinya dia kambuh lagi."
"Astaghfirullah Mas... yang sabar ya."
"Terimakasih Iz, itulah kenapa Mas ingin sekali Anta mengerti.. Apalagi Emil akhir-akhir ini sering sekali kambuhnya, mungkin karena tertekan dengan masalah ini..!!"
Kali ini Faiz enggan merespon, ia masih belum rela melepaskan Vio untuk menikah dengan Laki-laki itu.
"Mas akan temui Vio dulu..!!" Haris menepuk bahu Faiz dan melewatinya.
Sesampainya di ruang bayi..
"Assalamualaikum Vi.. Maaf Kakak Nda bisa antar Vi pulang ke pesantren lagi karena Kakak harus pulang sekarang.. Vi Nda pa-pa kan ??"
"Wa Alaikumussalam.. Oh iya ka Nda pa-pa.. tapi kenapa buru-buru sekali..??"
"Iya karena masih banyak undangan yang belum dibagikan..!!" Haris tidak mengatakan alasannya yang sebenarnya ia harus pulang, karena tidak ingin membuat Vio cemas dan semakin tertekan.
"Oh baiklah.. kalo begitu Kakak hati-hati. Biar Vi antar sampe depan..!!" Vio hendak memberikan Fariha kepada perawat.
"Nda usah Vi, biar Kakak langsung pulang aja..!!" Haris menolak tawaran Vio.
"Iz.. Mas titip Vio ya.. nanti tolong antarkan ia pulang..!!" Lanjutnya lagi ketika melihat Faiz berdiri didepan pintu.
"Pasti Mas !! Lagian tiap harinya juga Ana yang nganterin pulang.." Dumel nya.
"Ingat.. sekarang Vio itu Udah jadi ipar Anta, jadi tolong jaga sikap..!!" Haris menegaskan dengan candaan, sedang Faiz hanya membuang muka.
"Kakak pulang ya Vi.. Assalamualaikum..!!"
"Iya Ka, Wa Alaikumussalam.. sekali lagi hati-hati!!" Haris hanya mengangguk, ia pun keluar dari ruangan itu dan diikuti Faiz dibelakangnya.
Keesokan harinya..
"Terimakasih ya nak Vio karena selama ini udah bantu nak Ilham merawat De Fariha..!!"
Ibunda Faiz memegang tangan Vio ketika Fariha sudah diletakkan di kamarnya. Seperti yang sudah di jadwalkan sang dokter, hari ini bayi tersebut diperbolehkan pulang.
Pihak keluarga Faiz meminta bayi itu untuk bisa dibawa pulang ke rumahnya, karena Almarhumah Riha tidak punya keluarga dan tidak mungkin juga mereka menitipkannya di pesantren. Meski sebenarnya pak kyai tidak keberatan namun Orang tua Faiz lebih memilih untuk merawatnya sendiri.
"Nda pa-pa Umi.. Vi malah senang..!!"
"Sayang sekali Nak Vio Nda jadi menantu Umi, padahal Umi berharap sekali nak Vi itu bisa menjadi Umi sambung de Fariha. Padahal kan Almarhumah nak Riha juga berpesan seperti itu.."
Lagi-lagi Vio harus diingatkan tentang Amanah itu, apakah tidak ada yang mengikhlaskan dirinya menikah dengan Haris..?? Atau mereka hanya iba saja karena ia harus menjadi madu di keluarga sahabatnya itu.
"Iya Umi maaf.. mungkin kita memang belum berjodoh !!" Hanya sepenggal kata itu yang bisa ia ucapkan.
"Assalamualaikum..." Dari luar terdengar seseorang mengucap salam seraya menekan tombol bel.
"Wa Alaikumussalam.." kedua Akhwat itu serentak menjawab salam.
"Biar saya Aja Umi yang buka kan..!!" Bi Ijah sang Asisten Rumah Tangga meminta izin kepada Ibunda Faiz, Wanita tua itu pun langsung mengangguk.
Tidak berapa lama kemudian Bi Ijah kembali menghampiri keduanya dengan membawa seorang Akhwat Cantik yang menenteng tas besar.
"Nak Zalwa.. ?? Masya Allah.. kenapa Nda nunggu supir Umi untuk jemput..!!" Ibunda Faiz langsung memeluk Akhwat tersebut dengan suka cita.
"Nda pa-pa Umi, Zalwa sudah kangen jadi ketika Umi meminta Zalwa untuk kemari Zalwa langsung memesan tiket kereta dan Alhamdulillah jam segini udah nyampe.." Ujarnya seraya melepas pelukannya dan mencium tangan ibunda Faiz.
"Kamu ya... dari dulu memang sangat berani.. Nda Sia-sia Umi mendidik kalian.."
Wanita tua itu kemudian mempersilahkan Akhwat itu untuk duduk.
"Oh iya nak Zalwa.. ini Nak Vio.. sahabat dekatnya Almarhumah nak Riha. Dan Nak Vio ini Zalwa Anak Asuh Umi, sama seperti Almarhumah nak Riha ia juga dari panti Asuhan tapi Umi kirim ia ke pondok pesantren yang berbeda dengan Almarhumah Nak Riha. Sekarang ia sudah menjadi Guru TPQ terkenal di pesantren tersebut, Usianya seumuran dengan Nak Vio.."
"Salam kenal Ukhty Ana Viola, panggil aja Vi.." Vio mengulurkan tangannya.
"NgGiihh Ukhty salam kenal juga, Ana Zalwa.." Akhwat itu menyambut uluran tangan Vio dan kemudian memeluknya.
"Karena nak Vio mungkin Nda bisa bolak-balik ke sini lagi, makanya Umi sengaja menghubungi nak Zalwa untuk ikut membantu Umi merawat de Fariha.. Apalagi Umi masih harus sering bolak-balik keluar negeri untuk menemani Abi nya anak-anak..!!"
Begitulah Orang tua Faiz, ia merupakan seorang kaya raya yang sangat dermawan. Selain mendirikan panti asuhan, beliau juga merupakan donatur diberbagai pesantren teman dekat atau kenalannya.
Ayah Faiz sering tinggal diluar negeri, karena beliau bekerja di kedutaan besar negara-negara Asing Hingga jarang pulang ke Indonesia. Hanya Ibundanya saja yang sering bolak-balik, Kesuksesannya tidak menjadikan keduanya lalai kepada Anak-anak pantinya terutama anak kandungnya Faiz dan I'am.
Orang tua Faiz membebaskan bakat dan cita-cita Anak-anaknya, terserah mau jadi apa asalkan mereka konsisten dan bertanggung jawab. Bahkan anak-anak asuhnya yang di panti itu pun bebas ingin bersekolah dimana saja, Selain Riha dan Zalwa masih ada satu anak lagi yang ia sekolahkan di luar kota untuk menjadi seorang dokter sesuai cita-citanya.
"NgGiihh Umi Nda apa-apa, in Syaa Allah meski Nda sering tapi nanti Vi usahakan supaya bisa jenguk de Fariha sesekali..!!"
"Iya.. yang penting kita sehat semua, Aamiin."
Kedua Akhwat itu juga mengamini.
"Oh ya Umi, Maaf... dulu Zalwa Nda bisa hadir di acara pernikahan mba Riha dan kemarin pun Zalwa juga Nda hadir di pemakaman beliau..!!" Zalwa terlihat sedih
"Nda pa-pa nak.. Semuanya sudah berlalu..!!"
"Sekarang di mana bayinya Umi, Zalwa ingin melihatnya..!!" Ia nampak semangat dan langsung menghapus Airmatanya.
"Di kamarnya.. Ayo Umi antar..!!" Keduanya bangkit.
"Umi.. kalo begitu Vi pulang sekarang ya..??"
"Kenapa buru-buru, Nak Ilham juga belum pulang.. nanti saja ya !!"
"Ayolah Ukhty, Ana kan baru nyampe masa Ukhty langsung ingin pulang." Akhwat itu ikut menimpali.
"Iya maaf Umi.. Zalwa..!! Banyak yang ingin Vi persiapkan besok kan Vi harus pulang..!!"
"Pulang.. ?? Pulang kemana.. ??" Zalwa nampak bingung, Sedang Vio hanya menundukkan wajahnya. Ibunda Faiz hanya memegang tangan Zalwa mengisyaratkan untuk tidak bertanya lebih jauh lagi.
"Tunggu lah sampai nak Ilham pulang dulu, biar bisa antar nak Vio pulang ke pesantren!!"
"Nda usah Umi, Vi bisa pulang sendiri.. nanti Vi naik taksi saja.." Melihat Vio bersikeras untuk pulang, wanita tua itu pun tidak bisa mencegahnya lagi.
"Baiklah.. Hati-hati ya nak..!!" Vio langsung mencium tangan ibunda Faiz dan memeluknya, begitu juga pada Zalwa.
Tidak berapa lama setelah Vio pulang dari rumah tersebut, Faiz pun datang..
"Assalamualaikum..!!"
"Wa Alaikumussalam.." Ibunda Faiz menjawab salam putranya, Ikhwan itu kemudian mencium tangan sang bunda dan ikut duduk disampingnya. Namun tiba-tiba ia langsung bangkit, Faiz seperti teringat sesuatu.
"Mau kemana nak.. ??"
"Kamar De Fariha..!!"
"Assalamualaikum Vi.. Ka Faiz boleh masuk..??" Ucapnya ketika sampai di depan pintu.
"Wa Alaikumussalam Mas.. masuk aja..!!" Meski sedikit bingung karena suara dan panggilan Vi terhadapnya berbeda namun Faiz tetap melangkahkan kakinya ke kamar tersebut.
"Sudah sore Vi masih belum pulang, Ayo ka Faiz antar..!!" Ia langsung mengajak Vi pulang ketika melihat Akhwat tersebut masih menggendong bayi dan membelakanginya.
"Pulang kemana..??"
Faiz langsung terkejut ketika melihat Akhwat itu bukan Vio.
"Za.. Zalwa.. ?? kapan kamu datang.. di mana Vi.. ??"
"Ukhty Vi udah pulang sekitar 15 menit yang lalu..!! Mas Ilham apa kabar ?? Apa itu panggilan sayang kalian berdua ?? Vi dan Faiz..?? Masya Allah romantis sekali..!!" Zalwa justru cengengesan.
Bukannya menjawab pertanyaan Akhwat tersebut Faiz justru kembali keluar menghampiri sang bunda.
"Kenapa Umi Nda bilang kalo Vi ternyata udah pulang.."
"Lah tadi Umi mau bilang tapi kamunya langsung ninggalin Umi aja..!!"
"Trus kenapa Umi Nda nyegah Vi buat nungguin Ilham pulang..??"
"Umi udah coba nyegah nak, tapi nak Vio tetep Nda mau nunggu.. kalo kamu Nda percaya tanya aja sama Zalwa." Faiz tidak merespon.
"Lagi pula sudahlah nak, Kamu jangan ikut campur lagi dengan urusan mereka.. kamu harus secepatnya melupakan Nak Vio, ia akan segera menikah..!!" Lanjutnya lagi, Ikhwan itu malah bangkit lagi menuju kamarnya di atas.
"Ilham mau mandi dulu udah sore..!!" Kilahnya.