Kematian om firman
POV Rendra
" Bun, plis stop aku belum siap menikah ! Masa depanku masih panjang, karir sebagai dokter bedah terbaik di Indonesia belum kucapai bun. Tolong ! , jangan rusak masa depan ku dang masa depan gadis itu . " Ujar ku sembari bersimpuh di kakinya.
Bunda ku memilih memalingkan wajahnya dariku. Aku tahu hatinya sedikit goyah dengan penuturan ku tadi. Dapat ku yakinkan dia pasti akan membatalkan perjodohan ini.
" Tidak bisa, pokoknya kamu harus menikah dengan Anindia. Mama pengen punya cucu secepatnya. Rendra , kamu harus bertanggung jawab atas kematian ayahnya Anindia . " Ujarnya lagi, dengan penuh penekanan.
" Bertanggung jawab untuk apa Bun ? Apa salah ku ! Aku sudah berusaha semampuku ! , kematian manusia sudah di atur oleh tuhan , kapan ,dimana ? Semuanya sudah di atur ! . Hanya karena ia tidak dapat diselamatkan oleh operasi dadakan yang dilakukan gagal bukan berarti aku penyebab kematiannya. Aku sudah melakukan semampuku , mengerti lah. " Ujarku sambil menyeka sedikit genangan air mata di pipiku.
Aku tidak percaya bundaku juga ikut menyalahkan ku atas kematian Abi nya Anindia. Om firman adalah kakak kandung dari bunda , kakak laki-laki satu-satunya. Padahal sudah dengan tegas ku katakan bahwa aku sudah melakukan yang ku bisa. Bukan salahku jika om firman meninggal, aku sudah memberikan penolongan pertama untuknya. Aku juga pergi mengantarnya ke rumah sakit. Lalu di mana salah ku.
Penyakit jantung yang diderita oleh om firman membuatnya menghembuskan nyawanya. Itulah yang rekan sesama dokterku katakan di depan ku dan di depan semua keluarga besar om firman.
Lalu dimana salahku , aku bukanlah dokter spesialis jantung tapi dokter bedah, ! pemahaman ku tentang penyakit jantung sangat lah minim tapi segala pembelaan dan argumen sanggahan yang ku keluarkan dibantah dengan mentah-mentah oleh mereka semua.
" Alah itu cuma alasan kamu saja kan , ! bilang saja kamu tidak mahu membantu bibikmu ini kan. Karena keluarga bibik mu ini miskin makanya kamu tidak mau membantu kan. Apa salahnya kamu bantu keluarga miskin ini sekali aja.! " Bibik Ani istri om firman berujar sambil meraung-raung di tempat tunggu keluarga pasien. Setelah dokter yang menangani om firman keluar dari ruangan dengan wajah penuh kekecewaan, berita duka yang disampaikan oleh dokter Rusdi Bahalwan teman seprofesi ku, beberapa menit yang lalu.
Semuanya syok , bibik dan keluarga menangis sejadi-jadinya. Aku dan bunda yang tadinya menyempatkan hadir dia acara yang tadinya seharusnya bahagia sekarang malah berubah menjadi kesedihan yang berkepanjangan.
Bukan hanya kabar duka dari dokter Rusdi tadi yang membuat ku sedih sekarang , tetapi tatapan mata keluarga besar om firman lah yang membuat ku semakin sedih. Mereka sama sekali tidak mau mendengarkan penjelasanku . Dan memilih acuh tak acuh dalam menanggapi argumen pembelaan dari ku.
om firman adalah ayah kedua ku , beliau adalah sosok lelaki yang mampu membuat taman yang berisikan bunga bermekaran kembali di dalam tubuhku. Sejak kematian ayah , om firman lah ayah pengganti nya. Om firman memperlakukan ku seperti anak kandungnya selama empat tahun tinggal bersamanya tidak pernah sekalipun beliau marah kepadaku.
Om firman memperlakukan ku seperti raja , raja yang setiap keinginan nya harus dituruti. om firman tidak pernah membedakan ku dengan ke tiga anaknya yang lainnya. Maklumlah anak om firman semuanya perempuan. sedangkan setahuku om firman memang menginginkan anak laki-laki sebagai penerusnya
Walaupun kehidupan di kampung terbilang sederhana dan seaadanya tapi kami semua cukup bahagia. Segala yang ku inginkan akan selalu di usahakan untuk dipenuhi oleh om firman. Tak jarang om firman tak pulang berhari-hari demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk sekedar memberikan ku pakaian dan makanan enak.
Mengingat semua kenangan dan kebaikan dari om firman membuat senyuman ku kembali. Walaupun sedetik kemudian aku tersadar akan kenyataan bahwa om firman baru saja dikuburkan di pemakaman umum di kampung lestari.
Sepulangnya para satu persatu pelayat dari makam justru membuat ku semakin betah berlama-lama di pusara om firman saat ini.
Ku tatap begitu lekat, lama sekali seolah saat ini aku tengah bercerita tentang kehidupan ku pada om firman. Sesosok perempuan dengan gamis berwarna hitam dipadukan dengan hijab coksu membuat ku berpaling sejenak. Seketika detak jantung ku tidak karuan, apa mungkin aku jatuh cinta pada sepupuku ini ?.