Chereads / Gadis bisu itu, aku! / Chapter 14 - flashback kisah Maya

Chapter 14 - flashback kisah Maya

POV Maya

Maya Andini itulah nama ku , seorang gadis berusia 25 tahun dengan perawakan langsing. Aku adalah seorang mahasiswi dari fakultas kedokteran di salah satu universitas terbaik di kota ini .

Menjadi mahasiswa kedokteran di universitas terbaik tentunya merupakan kebanggaan bagi siapa pun termasuk aku Tentunya.

Bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas merupakan suatu kebanggaan tersendiri untuk ku. Pasalnya keadaan ekonomi keluarga ku tidak lah mendukung sama sekali. Aku bukanlah gadis yang terlahir dari keluarga kaya seperti kebanyakan teman-teman dikelas ku. Kehidupan yang serba pas-pasan sejak kecil membuat ku terbiasa hidup sederhana dan penuh dengan air mata.

Beruntung nya aku menemukan sosok yang sangat menyayangi dan mencintai ku dengan tulus apa adanya. Dia selalu mengerti aku , apapun keluh kesah ku selalu di dengarkannya. Tanpa aku sadari hubungan kami sudah lebih dari enam tahun sekarang.

Waktu itu kami berdua mulai menjalin hubungan sejak kelas 1 SMA. Padahal dulunya aku kira hubungan kami akan berakhir seperti cerita cinta orang-orang disekitar ku. Tetapi membayangkan hubungan kami yang berjalan mulus sejak SMA sampai sekarang membuat ku senang.

Tepat hari ini , Hanafi dan aku resmi menjalani hubungan layaknya sepasang kekasih. Hari ini kamu berjalan-jalan seperti biasanya  di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta pusat. Hanafi membelikan semua barang mewah yang tak terhitung harga nya. Maklumlah keluarga Hanafi adalah orang berada, hal ini beda sekali dengan ku. Bahkan nyaris tidak sebanding dengan nya.

" Sayang, beberapa hari ini kemana aja sih ? Kenapa tidak masuk kuliah ? Sepi tahu Ndak ada kamu ! " Tanya nya di sela kesibukan nya mengupas kulit jeruk yang dibelinya tadi.

" Ah itu aku... semester ini cuti kayaknya. " Jawab ku singkat.

Kondisi ku dan keluarga ku yang tak memungkinkan saat ini tidak lah mungkin membuat ku melanjutkan studi ku tahun ini.

Kondisi kami yang sulit, sekedar untuk makan pun tidak jarang Sulit untuk terpenuhi. Pekerjaan sampingan yang kulakukan sebagai ojek online pun tidak banyak mendapatkan uang lebih. Selain digunakan untuk biaya hidup aku pun juga harus menyisihkan nya sedikit demi sedikit untuk keperluan kuliah kedokteran yang tidak sedikit.

Walaupun saat ini aku mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah. nyatanya, itu pun belum mampu menutupi biaya Kuliah kedokteran ku. Maklumlah kuliah di bidang kedokteran selain harus pintar dan rajin , harus juga diimbangi dengan isi dompet yang tebal.

" Cuti ? " Tanya lagi.

" Iya , cuti kuliah maksudnya. "

" Yang, kamu lupa apa bagaimana sih ? . Ini cuti terakhir kamu loh kalo kamu ndak bayar biaya kuliah semester berikutnya maka mau bisa di dikeluarkan dari kampus. "

" Aku tahu kok ! kamu tenang saja ! Semester depan aku bayar kok ." setuju lagi menyakinkan nya.

" Uangnya belum cukup ya  udah aku jual mobil deh biar semester ini kamu masuk."

" Kamu gila atau bagaimana?. Bunda bisa marah nanti kalo tahu kamu pengen jual mobilnya."

" Tenang aja, lagian ini mobil aku kok . Hadiah pas kelulusan pas seleksi masuk kedokteran waktu itu."

" Tetap aja , bunda yang beli mobil itu. Kamu mau bunda marah lagi ke aku."

Setelah pertengkaran waktu itu Hanafi sedikit menjauh dari ku. Sepertinya ia memang marah akan keputuskkan ku . Bagaimana mungkin aku begitu egois hanya memikirkan diri ku sendiri. Disaat aku bisa melanjutkan mimpi ku sendiri, sedangkan di sisi lain keluarga ku harus kelaparan Karena berusaha menyisipkan uang untuk membiayai biaya yang tidak sedikit.

Setelah memberikan pengertian kepada Hanafi, akhirnya hubungan kami kembali membaik seperti biasanya. Walaupun kadang-kadang ia sempat menyinggung tentang keputusan ku .

Benar saja semester berikutnya aku belum mampu membayar biaya Kuliah ku lagi. Dengan berat hati aku terpana menerima keputusan dari pihak kampus bahwa aku akan di keluarkan secara sepihak karena tidak mampu menutupi biaya Kuliah kedokteran ku.

Hanafi yang mendengar kabar itu pun tentu kecewa berat. Impian nya menjadi sepasang kekasih Yang sama-sama menjadi dokter dirumah sakit terkenal pun harus dikubur dalam-dalam. Walaupun kecewa aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan karena mimpi ku menjadi seorang dokter bedah terbaik pupus dengan begitu saja . Maka tujuan utama ku sekarang adalah berusaha menghidupi keluarga ku. Karena aku adalah anak satu-satunya maka akulah yang harus menjadi tulang punggung dari keluarga.